Monday, October 05, 2015

Everest (2015) - Baltasar Kormakur

Minggu lalu saya dan keluarga menonton Everest karya Baltasar Kormakur. Hemm ternyata tidak seindah bayangan, mengingat teknologi kamera yang saat ini semakin hebat, harapan akan disuguhi pemandangan dahsyat ranking 1 dari 7 atap dunia, namun ternyata secara fotografi, film ini terlihat biasa-biasa saja, khususnya jika dibandingkan film dengan tema yang sama, yakni alam. 

Dari perspektif ketegangan, juga masih kalah dengan Vertical Limit yang dibuat 15 tahun lalu oleh Martin Campbell. Potensi bintang-bintang relatif sudah punya nama seperti Jake Gyllenhaal, Keira Knightley, Sam Worthington, Josh Brolin, dll, akhirnya tidak terekpsloitasi secara baik. Namun khusus Emily Watson menurut saya berhasil memerankan "ibu asrama" alias sosok yang paling bertanggung jawab di basecamp dengan sangat baik. 




Saya kira satu2nya kelebihan Everest adalah cerita nyata (Tahun 1996) yang menjadi sumber inspirasi pembuatan film ini memiliki pesan menarik yang disampaikan ke penonton. Film ini juga mengingatkan saya untuk segera menuntaskan buku Norman Edwin, juga buku Three Cup of Tea karya Greg Mortenson saat berjuang menaklukkan K2 alias Karakorum.  

Jika kita melihat sosok2 yang bermain dalam film ini, kita akan melihat beberapa karakter menarik. 

* Rob Hall sosok yang ingin menjadikan hobi mendaki gunung sebagai lahan bisnis, dan secara tak langsung "tega" meninggalkan istrinya yang tengah hamil. 
* Doug Hansen, sosok yang tak mau menyerah karena merasa dibiayai sekumpulan anak yang mengharapkannya berhasil dalam misi, sehingga bahkan membahayakan nyawanya sendiri. 
* Beck Weathers, sosok pria pembosan, meninggalkan keluarga yang mengasihinya demi tantangan baru dalam hidupnya, dan akhirnya menemukan kebahagiaan sebenarnya setelah kehilangan hidung, kedua lengan dan bahkan nyaris kehilangan nyawanya sendiri. 

Akhir film semakin mengharukan, saat pemeran dalam dunia nyata muncul satu demi satu menjawab pertanyaan penonton akan keadaan mereka saat ini. Sekali lagi cerita yang menarik namun tidak didukung visualisasi hebat. Untuk menjelaskan Everest dalam posisinya terhadap 7 atap dunia (Seven Summit), seharusnya ada sedikit background yang membantu kita, misalnya atap dunia lainnya, yakni secara keseluruhan (total ada 8 karena adanya perbedaan pendapat mengenai 7 tertinggi saja, 7 tertinggi di masing-masing benua, atau 7 tertinggi di masing-masing lempeng.  

Everest - Himalaya/Nepal/China - 8848 m
Aconcagua - Andes/Argentina - 6961 m
Denali - Alaska/USA - 6194 m
Kilimanjaro - Tanzania/Afrika - 5895 m
Elbrus - Kaukasus/Rusia - 5641 m
Vinson - Sentinel Range - 4892 m
Cartenz Pyramid - Indonesia - 4884 m
Kosciuszko - Australia - 2228 m
  


Saat pulang saya bertanya-tanya, kenapa Everest ditemukan Edmund Hillary (dan bukan Tenzing Norgay ?), atau kenapa Amerika ditemukan Colombus (dan bukan penduduk asli Indian ?) ,  atau kenapa Australia di temukan James Cook (dan bukan penduduk asli Aborigin ?), atau kenapa Afrika ditemukan Bartolomeus Diaz (dan bukan penduduk asli Afrika ?) atau kenapa Indonesia di temukan Alfonso D’Albuequerque (dan bukan penduduk Indonesia sendiri atau setidaknya Marco Polo ?).   Seakan akan Eropa lah dunia yang sebenarnya dan yang lain cuma pelengkap ?  


No comments: