Thursday, October 01, 2015

Kenangan Soal Mobil Part #3 dari 10 : VW



VW Variant 1968

Awalnya ini adalah punya almarhum Uwa alias abang ayah yang juga seorang purnawirawan ABRI dan mobil ini merupakan bawaan beliau dari  USA setelah kembali dari misi ke Congo.  Setelah Uwa meninggal, Ayah membeli mobil ini dari istri Uwa. Ayah juga lah yang pertama kali berhasrat bisa mengendarai mobil ini, namun suatu hari setelah beberapa hari berlatih, beliau mengajak saya ikut, dan pulangnya sudah langsung saya kendarai ke rumah, menelusuri jalan ke arah Awiligar yang sempit dan curam. Saat itu saya berlatih di tol Pasteur yang masih baru dibuat, seingat saya sekitar tahun 1991.




Sehari hari saya service di Padasuka motor, bengkel khusus VW. Kalau tidak salah nama montirnya Pak Aja. Ketika utak atik sendiri, suatu waktu karburatornya bocor, tidak berhasil menyelesaikannya sendiri, saya bawa ke Padasuka Motor, dan dengan tenang Pak Aja membuat motif packing karburator menggunakan kertas kardus bekas sepatu, lalu digunting dan Jrenggg ! VW Variant kesayangan kembali meluncur di jalan.




Saat itu khusus mobil Eropa, packing tidak bisa dibeli secara satuan, melainkan harus satu set. Jadi kotak sepatu ini  serta keahlian Pak Aja, menyelamatkan isi dompet saya di bulan itu. Saya juga berburu spion, logo depan, emblem belakang, lalu melengkapi asesoris lain, seperti radio tape, melapis seluruh jok, dll. Karena sayangnya pada mobil ini, saya rela jalan kaki kemana-mana meski hujan deras asalkan VW kesayangan mengkilap. Namun akhirnya karena istri kurang nyaman, Si Putih dijual 10.000.000 tahun 1995 ke abang saya, dan beberapa tahun kemudian dijual oleh abang saya 30.000.000 ke seorang kolektor mobil antik.

Mobil ini saya bangun kembali dengan gaya orisinal, mungkin itu sebabnya beberapa kali orang meminta saya berhenti dan bertanya berapa harganya. Namun saat itu saya belum mau menjualnya. Beberapa pengalaman saya, pernah saat hujan deras seorang Enci, mengetok kaca jendela minta dijual, atau saat menambal ban, seorang pria bermobil mewah berhenti dan minta agar dijual. 

Pengalaman menarik selain ditawar orang ketika sedang dipakai, adalah menyundul pelan jip di lampu merah, karena salah memperkirakan jarak. Namun yang lebih parah saat menyundul becak di jalur tengah Jalan Pahlawan kala hujan lebat, meski Tukang Becak sempat terlempar mendahului becaknya dan ban belakang becak terlipat, namun syukur tidak ada korban jiwa. Lalu komponen transimisi patah, karena saya sempat parkir di jalan curam hanya dengan mengunci gigi di posisi satu. 

VW Golf  1978

Ketika merasa sudah perlu dua mobil, saya memutuskan untuk mencari mobil antik saja, sehingga saya dan istri dapat tetap menjalankan aktifitas dengan kendaraan masing-masing. Saya memilih VW Golf, setelah berburu berminggu-minggu akhirnya dapatlah sebuah VW Golf berwarna hijau yang sudah bertahun-tahun tidak digunakan.




Akhirnya saya boyong pulang Si Golf ini, harus diakui bentuknya masih manis dan baunya khas mobil-mobil Eropa. Untuk servis saya menggunakan jasa bengkel VW kakak beradik di terusan Buah Batu.. Namun suatu hari, moil ini mogok setelah terdengar suara krek di bagian transmisi, setelah bengkel VW kakak beradik  menarik mobil ke bengkel, akhirnya bisa kembali jalan.


 

Suatu hari, saat melihat ke bagian bawah di tengah diantara dua kursi depan, saya melihat dudukan transmisinya sudah berkarat, hemm karena duit terbatas sepertinya lebih baik Si Golf dilepas  pada pemilik yang lebih mampu dibanding saya. Setelah memasang iklan beberapa kali akhirnya seorang pemuda yang ternyata putra seorang pelukis ternama di Bandung tertarik. Sayangnya sebelum mengantar Si Golf inisiatif saya mencuci Si Golf pagi-pagi berbuah sial, karena relaynya basah dan akhirnya membuat kipas cadangan gagal berputar, alhasil mobil sampai dalam keadaan panas, dan nyaris menggagalkan transaksi.  

Pengalaman lain adalah saat mogok di terusan buah batu, ternyata salah satu komponen transimisi ada yang patah. Mesin tidak dapat menyalurkan tenaga ke roda, untung ada sepasang kakak adik pemilik bengkel VW di daerah tersebut, mobil akhirnya ditarik dan di servis di bengkel mereka.   

VW Beetle 1967

Sejarah awalnya mirip dengan Si Golf, mobil ini saya beli di daerah kompleks perumahan dosen di Dago atas. Sayangnya dimodifikasi habis dengan suspensi keras luar biasa, lalu demikian juga dengan over fendernya dibuat lebih lebar, sehingga saat melintasi polisi tidur berulang kali terkena ban. Perlahan-lahan saya kembalikan mobil ini ke model orisinilnya, termasuk memotong over fender, lalu mengganti shock breaker depan. 



Catnya sangat bagus, menggunakan Sikkens oranye, dengan velg keren, sayang suatu saat istri rebutan jalan dengan angkot di daerah Pasar Kordon, si angkot yang memiliki bemper besi tambahan menyeret over fender ban kiri sampai penyok terlipat. Meski memberikan KTP-nya namun si supir, yang bernama Suhaya akhirnya kabur dari kewajibannya.




Karena istri memang kurang sreg dengan Si Beetle, akhirnya saya harus merelakannya lepas pada tetangga yang berkerja di Jiwasraya, dan beliau langsung memboyong Si Beetle untuk digunakan putra bos-nya di Yogyakarta. 


Silahkan lanjut ke artikel berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-4-dari-8-toyota.html

No comments: