Monday, December 28, 2015

Inspirasi dari Bangkok Part #1 of 3 : Menuju Bangkok


5 Desember 2015 sd 10 Desember 2015, saya mendapat penugasan dari kantor untuk ke Bangkok dalam rangka evaluasi FY15 dan menetapkan rencana di FY16. Di Bangkok saya akan bertemu dengan berbagai perwakilan kantor dari 12 negara khususnya di South East Asia dan Pacific. Sayang sekali ini adalah perjalanan murni urusan pekerjaan jadi memang keluarga tidak bisa ikut serta, saya sendiri juga rasanya tidak akan mendapatkan banyak kesempatan untuk menyalurkan hobi fotografi saya.

Menyadari cukup sulit mencari makanan halal di Thailand, saya minta istri menyiapkan beberapa bahan penganan seperti Bubur Instan Kimbo (yang tinggal dipanaskan dalam air mendidih), Rendang Nenek, Tuna Pedas dalam Botol, Nasi Uduk 1001 berbagai rasa seperti cumi, teri dan jambal roti, serta saya sendiri membeli rice cooker mini sebagai alat masak utama. Sementara rekan sekamar juga menyiapkan beras, rendang dan teri pedas. 

Setelah menyiapkan semua dokumen yang diperlukan seperti e-ticket untuk penerbangan dengan Garuda pp, hotel booking document di JW Marriot saya berangkat Sabtu subuh, setelah sebelumnya bangun jam 02:45, dan jam 03:00 dinihari saya diantar istri ke terminal Primajasa di Batununggal. Sesampai di Soekarno Hatta, dan turun di Terminal 2,  saya sarapan di Hoka Hoka Bento dan lalu check in untuk penerbangan jam 09:40 dengan Flight GA866.

Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Bangkok, sedangkan perjalanan ke Thailand sebelumnya saya hanya sempat ke Hat Yai, yakni salah satu propinsi terdekat Thailand dengan Malaysia. Pesawat mendarat menjelang jam 13:00, tidak ada perbedaan waktu dengan Indonesia. Bandara Suvarnabhumi terlihat sangat mengesankan, meski tampak seperti pabrik raksasa, karena arsitekturnya didominasi besi dan kaca  namun secara penampakan tetap terlihat berusaha menekankan cita rasa Thailand.




Setelah melewati pos imigrasi yang mengular, saya lalu menuju Gate 7, untuk membeli kartu komunikasi AIS paket 7 hari seharga 399 Baht alias IDR 160.000. Hal ini perlu untuk menghemat pengeluaran komunikasi selama di Bangkok, serta juga menjadi amunisi bagi aplikasi Google Maps dan tethering untuk bisa tetap online dengan berbagai aplikasi kantor.

Lalu saya turun lagi satu lantai untuk mencari taksi. Unik juga taksi di Bangkok banyak yang menggunakan Innova, selain itu sangat jarang penampakan mobil mobil Eropa. Nyaris semua mobil didominasi buatan Jepang. Setelah mendapatkan nomor tiket untuk taksi yang dipesan, saya sempat kagum juga, karena pada tiket tersebut sudah tercantum, nama supir, no polisi serta berbagai informasi penting lainnya.




Untuk menuju JW Marriot, kami harus menempuh sekitar 28 kilometer, biaya tol kira-kira 75 Baht, Top Up untuk supir 50 Baht dan biaya taksi sekitar 400 Baht. Jadi total 525 Baht. Sepanjang jalan saya mengawasi Google Map, memastikan supir melewati jalan yang seharusnya. Akhirnya sampai lah kami di JW Marriot sekitar jam 15:00. Lalu saya segera check in, dan menempatkan deposit 6000 Baht, karena saya memang tidak memiliki Credit Card. Sebagaimana rata-rata kamar di Marriot, kamarnya berukuran besar, dan dihiasi interior berwarna gelap dan mewah. Entah karena kurang tidur, kepala saya terasa berat sekali, dan akhirnya tertidur, dan mendadak bangun menjelang jam 22:00, segera saya memasak nasi uduk dan membuka satu kaleng rendang. 

Lanjut ke http://hipohan.blogspot.com/2015/12/inspirasi-dari-bangkok-part-2-of-3.html

No comments: