Tuesday, December 01, 2015

Love, Fear and the Time Machine - Riverside

Setelah Richard Wright kembali ke pangkuan Sang Pencipta, saya sempat terhibur dengan permainan-nya yang bernuansa spacey sekaligus psychedelic di album Pink Floyd terakhir alias The Endless River. Tentu kita harus berterima kasih pada Gilmour yang mampu merangkai karya Wright ini dalam album mereka yang justru dibuat setelah kematian Wright. Nah apa hubungannya dengan Riverside, bagi saya permainan Michał Łapaj sangat bernuansa Wright, sahdu, muram, dan melayang.

Sampai September album ini meraih posisi 2 di Polandia, dan posisi kedua tertinggi diraih di Belanda alias 4, selebihnya masih merayap di posisi 18 kebawah, seperti Jerman, dll. Hemm Belanda ?, jadi ingat produser rekaman legendaris Yess yang dulu mangkal di jalan Veteran juga mengatakan nara sumber semua album rilisan Yess berasal dari Belanda. Sepertinya Belanda memang gudang penikmat musik progressive.  





Album band asal Polandia ini memiliki total track sepanjang 60:25 dengan 10 track sbb; 


1.Lost (Why Should I Be Frightened By a Hat?) 5:52
2.Under the Pillow 6:47
3.#Addicted 4:53
4.Caterpillar and the Barbed Wire 6:56
5.Saturate Me 7:09
6.Afloat 3:12
7.Discard Your Fear 6:42
8.Towards the Blue Horizon 8:09
9.Time Travellers 6:42
10.Found (The Unexpected Flaw of Searching) 4:03


Jangan mengharapkan permainan dengan teknik dan skill tinggi dalam album rilisan September 2015 ini. Bagi saya Riverside, Pink Floyd dan juga Porcupine Tree (atau tambahkan sekalian RPWL jika perlu) berada dalam kelas yang sama. Namun jangan merendahkan Riverside, mereka benar-benar memiliki materi berkelas. Meski demikian kadang saya berpikir alangkah asyiknya jika Mariusz Duda bermain bas saja, sedangkan sektor vokal diisi dengan suara yang lebih berkarakter seperti Peter Gabriel atau Fish. Namun begitulah Riverside dengan semua kelebihan dan kekurangannya, dan tetap mendapatkan tempat khusus di hati saya. 

Lost (*****)
Pas sekali sebagai track pembuka, latar keyboard, sound gitar yang bening sekaligus bergema, serta suara lirih Mariusz Duda langsung mencuri hati kita. Sampling sound ala beat box samar-samar memperkaya sektor perkusi di track ini. Solo gitar Piotr Grudziński disini mengingatkan saya akan sound Steve Rothery. 

Under The Pillow (*****)
Dimulai dengan akustik gitar dan bas, lalu echo dari Duda yang pelan pelan menghilang kembali mengingatkan kita akan Pink Floyd. Pergantian beat di tengah, dan lalu kembali ke gaya awal di menit 02:40 benar-benar nyaman bagi telinga. 

#Addicted (****)
Kali ini Duda mengawali track ini dengan permainan bas, dan lalu keyboard yang cara masuknya mengingatkan saya akan Tony Banks di track legendaris seperti Abacab. Menit keempat setelah track yang relatif cepat, suasana hati kita langsung didinginkan dengan petikan Piotr Grudziński.

Caterpillar and The Barbed Wire (*****)
Tak jelas benar bagaimana Duda saat konser, karena tidak mudah memainkan ritem sekaligus menjadi vokalis (itu sebabnya saya kagum dengan Sting), namun disini Duda dan basnya menunjukkan betapa apiknya track ini. Di 2:50 an, track ini berubah layaknya musik pengiring meditasi, dan kembali ke jalur utama, diikuti solo gitar indah dan lalu bergantian dengan keyboard

Saturate Me (*****)
Lagi-lagi track indah dari Riverside. 

Afloat (****)
Track ini menyadarkan kita betapa pentingnya Duda bagi Riverside, bukan cuma dari sisi vokal, namun juga permainan bas-nya, yang benar-benar dominan, dan berkali kali menjadi pengiring tunggal vokalnya. Track terpendek ini mengingatkan saya akan track Kevin Moore saat masih bersama Dream Theater yakni Wait For Sleep, baik dari suasana yang dibangun maupun pendeknya. 

Discard Your Fear (*****)
Kali ini kolaborasi sektor ritem Duda dan drum Piotr Kozieradzki berdentam dengan asyik dengan sound yang lebih raw mengingatkan saya akan Tool. Duda kali ini menunjukkan keahliannya memilih nada serta teknik slap nya yang pas sekali dalam track ini. 

Towards the Blue Horizon (*****)
Petikan gitar disini awalnya mengingatkan saya akan album solo Hackett, alias Bay of Kings, sahdu dan muram. Track ini merupakan track terpanjang dalam album ini. Menit keempat pergantian nadanya membuat saya teringat Opeth. Lalu petikan gitar ala palm mute membuat sektor ritem mendapat suntikan segar dan memikat. 

Time Travellers (*****)
Suara lirih Duda menyeret kita ke dalam gelap, menyusuri lorong muram nada-nada Riverside, seakan tanpa harapan bisa lolos.Menit 3:18, Piotr Grudziński memainkan nada-nada ala Pat Metheny, lalu Duda kembali menyeret kita terseok seok merambat dalam kesuraman. Mendekati akhir lagu keyboard serempak bersama gitar memainkan nada alias unison yang sama. 

Found (***)
Kalau mendengar track ini diputar, bisa jadi saya tidak bisa membedakan Riverside dengan RPWL, pada track ini sangat terasa bagaimana kedua band progressive yang mempunyai idola sama ini terasa begitu mirip. 

Akhir kata, bagi saya album ini bagus dan tema yang diangkat sangat sesuai dengan artworknya, intinya sama sekali tidak ada track yang jelek. Kalaupun dibanding-bandingkan, track terakhir mungkin sedikit dibawah kualitas yang lain, dan rasanya kurang berkesan sebagai track penutup, namun tetap salut bagi Riverside yang konsisten dengan album keenamnya untuk terus bertahan di jalur progressive

Meski digawangi gitaris mantan band metal dan drummer yang bahkan sempat bermain di dua band death metal, sebagaimana Opeth, Riverside menancapkan benderanya dengan meyakinkan dalam ranah progressive. Seperti Pink Floyd, RPWL, Porcupine Tree, dengan album ini  lagi-lagi Riverside juga membuktikan progressive tidak harus selalu memiliki skill tinggi. 








No comments: