Wednesday, July 25, 2018

Jalan Jalan ke Tokyo Part #8 dari 8 : Kesan-kesan, perincian biaya dan kembali pulang.



Apakah saya puas dalam perjalanan kali ini, sejujurnya tidak puas, kami tak sempat ke Tower Records yang ingin dikunjungi Si Bungsu, juga ke Shibuya untuk melihat sosok legenda patung anjing nan setia alias Hachiko juga lokasi revolusi fashion di Harajuku, serta juga tak sempat ke Budokan, lokasi legendaris yang menjadi impian banyak group rock karena atmosfirnya. 




Saya juga sangat ingin ke Ramen Ayam Halal di Stasiun Shinawaga, Ramen Seafood Halal Kaijin di Stasiun Shinjuku dan shalat di Masjid Asakusa. Jangan lupa Ikan Fugu di Restoran Genpin Fugu di kawasan Roppongi. Jadi ingat pepatah Jepang mengenai Ikan Fugu “fugu wa kuitashi, inochi wa oshishi” yang artinya, aku mau ikan fugu, tapi aku tak mau mati. Duh kalau saja masih ada hari ekstra sekitar dua hari lagi, baru rasanya benar-benar puas. 


Apa saja pernik-pernik menarik dan oleh-oleh selain Tokyo Banana yang tersohor di Jepang ? istri sempat beli semacam miniatur warung khas Jepang yang harus dirangkai satu persatu, dipotong dan juga dicat. 





Apalagi hal-hal khusus yang berkesan di Jepang ?, buat saya wajah-wajah serius pekerja kantoran di kereta yang sepertinya disebabkan disiplin luar biasa, zero tolerance terhadap kesalahan, hidup membujang serta tekanan pekerjaan yang tinggi ini yang saya kira ada kaitannya dengan tingginya tingkat bunuh diri di Jepang. Bayangkan menurut buku Shocking Japan karya Junanto Herdiawan ada sekitar 33.000 kasus bunuh diri pertahun. Berbeda dengan kebanyakan bangsa Indonesia yang sangat sabar dan toleran, sekaligus senantiasa berbahagia sepertinya di Jepang kebahagiaan sesuatu yang langka. Sulit sekali mencari kata-kata romantis dalam Bahasa Jepangm seperti sayang, cinta, manis, kekasih hati, belahan jiwa. Orang Jepang juga tidak biasa berkata tidak, mereka akan berusaha untuk mengiyakan.


Saya jadi ingat buku yang ditulis Hisanori Kato, yang pernah tinggal di Indonesia mengenai angka bunuh diri yang relatif tinggi di negara maju seperti Jepang sbb;

Di negara2 maju, kehidupan berjalan dengan nyaris sempurna, orang2 cenderung individualias alias tak perduli dengan orang lain, tidak sabaran dan sangat penuntut. Cara yang keras dalam menjalani kehidupan membuat angka bunuh diri dan ketidakbahagiaan justru relatif tinggi. Di Indonesia orang2nya sangat toleran, pemaaf dan suka menolong orang lain, dan banyak orang tetap bahagia meski hidup berjalan dengan sulit. 

Apalagi hal yang menarik di negara yang terkenal dengan industri otomotifnya ini ?, buat saya ya Kei Car, mobil mini dengan kapasitas mesin sekitar 700 cc, yang sangat cocok di perkotaan Jepang dimana jalannya relatif tidak terlalu besar, dan cocok digunakan pekerja kantoran yang hidup membujang , sebagaimana trend di kota-kota besar Jepang. Namun mobil ini tidak dijual di pasaran Indonesia, krn orang Indonesia lebih suka bepergian dengan mobil yang berkapasitas besar. Saya sempat menangkap salah satu penampakan Kei Car, berikut ini. 




Berapa biaya kepergian untuk perjalanan 5D3N kali ini (seharusnya 4N, krn ada 1 N sebelumnya yang dihabiskan di AirAsia, 2 N di Tokyo Bay Makuhari dan 1 N terakhir di Marroad Inn Narita) ?
  • IDR 10.900.000 x 4 untuk hotel dan pesawat plus 3x makan di Tokyo dan 2x makan di pesawat.
  • IDR 490.000 x 4 untuk tips guide
  • IDR 11.000.000 dana taktis selama di Jepang termasuk pernik2 dan jajanan tradisional Jepang.
  • IDR 670.000 x 4 untuk biaya VISA masuk Jepang
  • IDR 952.000 x 4 untuk tiket masuk Disneysea Tokyo
Total biaya menjadi IDR 63.048.000, sehingga rata-rata perorang sekitar IDR 15.762.000, mahal ?jangan salah tahun lalu saat saya sekeluarga ke NTT, 5D4N biaya perorangnya IDR 13.600.000. Jadi jangan selalu mengira lokal pasti jauh lebih murah ketimbang perjalanan ke luar negeri. 

Singkat kata, entah kapan bisa kembali ke Jepang, saya kira akan lebih asik jika backpacker sekalian mengunjungi Osaka, Kyoto atau kalau perlu sekalian dirangkai dengan Korea, agar lebih hemat khususnya soal tiket pesawat. Seperti biasa perjalanan keluar negeri selalu menyebabkan rindu yang sangat pada makanan khas Indonesia, untung di Soekarno Hatta terminal 3 kini ada Mie Baso Afung. Setelah mengambil mobil di apartemen di kawasan Grogol, kami langsung tancap gas menuju Bandung dan menuntaskan kerinduan masakan Sunda ala "sambal dadakan" di Ibu Haji Ciganea km 88 dan alhamdulilah akhirnya sampai tengah malam di Bandung.

No comments: