Untuk mengapresiasi Si
Bungsu setelah berhasil masuk salah satu jurusan favorit di PTS Kota Bandung,
maka saya dan istri menimbang-nimbang permintaannya untuk jalan-jalan ke Korea.
Sebenarnya secara budget fokus saya dan istri kali ini harus mempersiapkan dana
untuk kuliah ybs, sehingga saya dan istri lebih memilih pergi di akhir tahun, apalagi
kami baru melewati lebaran dimana kami harus menunaikan kewajiban membayar THR
karyawan klinik dan juga paket lebaran.
Namun tawaran menarik justru datang dari TX Travel yang menawarkan paket
bersahabat untuk ke Jepang. Lagipula
setelah kuliah belum tentu Si Bungsu memiliki waktu, jadi ya mau tak mau
setelah menimbang-nimbang selama seminggu saya memutuskan untuk mengambil
tawaran TX ini.
Kenapa harga TX cukup
bersahabat, ya karena pertama menggunakan Air Asia, lalu pada akhir Juli dimana
rata-rata hotel juga menawarkan paket harga yang cukup bersahabat dan yang
terakhir ada hari dimana wisatawan diperkenankan jalan sendirian sehingga
travel dapat menekan harga sementara wisatawan dapat menyusun agenda sendiri. Namun
jangan berharap dapat melihat bunga Sakura (umumnya terjadi di Maret dan April)
atau Gunung Fujiyama dengan puncak saljunya yang melegenda (umumnya terjadi di
September sd Oktober).
Bagi saya pribadi, Jepang
adalah destinasi yang menarik, selain karena terinspirasi Musashi karya Eiji Yoshikawa, juga
konser legendaris band-band rock di Budokan dan beberapa legenda musik rock
seperti Akira Takasaki dan bandnya Loudness. Hal-hal lain tentu saja sejarah
peran penting Jepang dalam World War II (salah satunya ketika menghajar pendudukan Belanda di Indonesia) dan prinsip Ganbatte yang mampu mendorong
bangsa ini dari kehancuran perang menjadi salah satu kawasan dengan ekonomi
paling maju di dunia. Bukan cuma itu, sejak kecil akrab dengan produk Sony, Toshiba, Suzuki, Hitachi, Sanyo, Toyota,
Daihatsu dan juga Nissan-Datsun, membuat saya tertarik mengunjungi Jepang.
Untungnya tanpa pikir
panjang Si Bungsu setuju, awalnya karena dia mengira bisa ke Universal Studio –
Jepang, namun dia lupa bahwa itinerary TX hanya sekitar Tokyo, sedangkan
Universal Studio adanya justru di Osaka, yang berjarak 500 km dari Tokyo.
Disneysea lah yang akhirnya menjadi penyelamat, yang bisa kami jadikan
destinasi pada hari dengan acara bebas.
Singkat kata itinerary dari
TX adalah sbb.
- 17 Juli 2018 : Terbang dengan Air Asia XT Flight 407 (23:50 – 09:50) ke Narita – Jepang
- 18 Juli 2018 : Mt Fuji dan Gotemba Premium Outlet.
- 19 Juli 2018 : Acara bebas (yang rencananya kami gunakan untuk ke Disneysea)
- 20 Juli 2018 : Shinjuku, Asakusa, Nakamise, Sumida River dan Divercity Tokyo serta Tokyo Decks (Seaside Mall) di Odaiba
- 21 Juli 2018 : Terbang dengan Air Asia XT Flight 408 (11:30 – 17:20) ke Soekarno Hatta – Jakarta.
- Tokyo Bay Makuhari (2 malam)
- Marroad Narita (1 Malam)
Dokumen yang harus dipersiapkan antara lain, surat sponsor dari perusahaan tempat kita bekerja, salinan transaksi keuangan pribadi 3 bulan terakhir, salinan kartu keluarga, salinan KTP, salinan akte lahir (atau salinan kartu pelajar jika belum memiliki KTP), pas foto 4,5 cm x 4,5 cm masing-masing 2 lembar dan paspor asli. Dokumen-dokumen ini diperlukan untuk mengurus VISA di kedutaan Jepang.
Diluar itu saya membeli
tiket Disneysea via tokopedia (kenikura) yang konon kabarnya bisa digunakan
hanya dengan e-Ticket, lalu menukar IDR ke Yen Jepang dan dapat di harga 130
IDR per 1 Yen. Tak lupa browsing peta subway Jepang dan menyusun itinerary
tambahan seperti ke Shibuya, Akibahara, dan Harajuku. Khusus Shibuya, karena memang Si Bungsu
sangat berhasrat mencari CD progressive rock di Tower Records yang berjarak 500
meter dari Shibuya Station. Lalu cek map Disneysea, dan menyusun itinerary
tambahan khusus.
Kenapa harus ke Disneysea
? pertama Disneysea lebih cocok buat dewasa ketimbang anak2 seperti Disneyland,
kedua secara arsitektur setiap kawasannya memiliki nilai artistik dan
arsitektur yang tinggi, terakhir Disneysea juga merupakan wahana satu-satunya
di dunia ketimbang Disneyland yang skr ada di Hongkong, California, Tokyo,
Shanghai, Orlando dan Paris. Lagipula saya sekeluarga sudah pernah ke
Disneyland Hongkong. Ajaibnya pemilik
area ini ternyata bukan Walt Disney melainkan The Oriental Land Company yang
memiliki izin dari Walt Disney.
Beberapa hari menjelang
kepergian, kami di call via whatsapp oleh sebut saja Rico, tour leader muda yang
ditunjuk oleh TX travel untuk memimpin rombongan. Dalam perjalanan Rico sempat
mengatakan tak begitu paham (tertarik) soal destinasi domestik. Hemm jangan salah, Rico
mungkin tidak tahu destinasi wisata seperti Pulau Kanawa di NTT meski hanya
mengandalkan cottage yang lebih mirip gubuk, justru merupakan favorit turis-turis kaya Eropa. Begitu juga
Labuan Bajo, Lombok dan tentu saja Bali. Baik versi tripadvisor maupun
lonelyplanet, Indonesia selalu memiliki nilai tinggi secara destinasi.
Hal- hal lain yang perlu diketahui
- Pakaian akan mengacu pada kondisi musim di Jepang.
- Perbedaan waktu 2 jam antara Jepang dan Indonesia.
- Obat2an pribadi secukupnya.
- Batasan bawaan baik bagasi (AirAsia membatasi sd 20 Kg) maupun tentengan (AirAsia membatasi sd 7 Kg).
- Aturan terkait powerbank (kebanyakan maskapai melarang powerbank di bagasi, dan membatasi kapasitas sd 15.000 mAh).
- Tidak boleh ada cairan diatas 100 ml per botol di tas tentengan.
- Jack listrik di Jepang menggunakan model gepeng.
- Koneksi internet sebaiknya menggunakan provider lokal yang memiliki kerjasama dengan provider Jepang, karena sewa hotspot dan beli kartu Jepang cukup mahal.
- Jika ada rencana kunjungan ke tempat-tempat seperti Disneysea/Disneyland akan lebih praktis membelinya di Indonesia secara online.
- Jangan lupa tukarkan mata uang anda dengan Yen.
- Merokok hanya boleh di tempat2 tertentu saja.
- Biasakan mengantungi sampah dengan wadah sendiri, karena sangat sulit menemukan tempat sampah di Jepang.
- Karena bakal banyak berjalan pastikan membawa sepatu yang enak dipakai berjalan jauh.
- Tidak usah risau dengan banyaknya kembalian dalam bentuk uang receh logam, bisa digunakan langsung untuk membeli minuman di mesin yang tersebar dimana-mana.
·
No comments:
Post a Comment