Pagi-pagi setelah
sarapan, kami kembali berkumpul dengan peserta lain. Kami diminta untuk sekalian checkout, karena hotel berikutnya akan pindah lebih ke dekat Narita. Anehnya tak perlu bicara dengan petugas hotel saat check out, cukup buang kartu akses kamar ke kotak yang disediakan. Di Jepang, mereka percaya semua tamu hotel jujur, sehingga tidak diperlukan pengecekan khusus sebelum check out.
Kali ini kami langsung ke Eisan Duty Free Shop, tempat segala pernik dengan harga bersahabat. Tak lama disini, kami lanjut ke Shinjuku untuk melihat pernik-pernik di Don Quijote Shinjuku Kabukicho. Sayang sampai saat ini saya masih tidak tahu persis dimana sebenarnya lokasi Duty Free Shop ini karena saya tidak mengaktifkan location di HP yang saya gunakan untuk memotret.
Benda yang paling ajaib dijual di sini buat saya adalah bidet, alias perlengkapan kloset dengan berbagai tombolnya. Sambil bercanda saya sempat bilang pada Si Bungsu, bagaimana kalau ini jadi hadiah ultah mamanya akhir tahun.
Kali ini kami langsung ke Eisan Duty Free Shop, tempat segala pernik dengan harga bersahabat. Tak lama disini, kami lanjut ke Shinjuku untuk melihat pernik-pernik di Don Quijote Shinjuku Kabukicho. Sayang sampai saat ini saya masih tidak tahu persis dimana sebenarnya lokasi Duty Free Shop ini karena saya tidak mengaktifkan location di HP yang saya gunakan untuk memotret.
Benda yang paling ajaib dijual di sini buat saya adalah bidet, alias perlengkapan kloset dengan berbagai tombolnya. Sambil bercanda saya sempat bilang pada Si Bungsu, bagaimana kalau ini jadi hadiah ultah mamanya akhir tahun.
Don Quijote merupakan
salah satu tempat favorit belanja bagi penduduk lokal dan juga turis, ada
banyak item yang dijual disini makanan, minuman, kosmetik, bahkan juga popok,
tissue dan perlengkapan cosplay yang digemari anak muda Jepang. Selain di
Shinjuku, Don Quijote juga terdapat di Akibahara, Asakusa, dan Ikebukuro
Higashiguchi. Kelebihan Don Quijote adalah bisa menerima mata uang asing, ada
wifi yang memungkinkan pembeli bisa diskusi dengan sanak saudara di rumah, jasa
antar ke bandara, dan tentu saja bebas pajak.
Setelah puas belanja ala
kadarnya di Don Quijote, kami makan siang dengan menu Yakiniku dan Yakitori depan
shelter bis Senzoku. Dibawahnya terdapat toko buah, namun pas naik ternyata ada
tempat makan ajaib yang pintu masuknya kecil namun di dalamnya ternyata cukup
luas.
Temyata menu paling
banyak justru daging babi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Sayang seafood
yang tersedia cuma dua jenis ikan dan cumi-cumi. Tak terlihat adanya udang.
Setelah mengingatkan anak2 untuk hati2 memilih kami lalu makan siang. Saya
sempat membakar jagung yang juga tersedia dengan menggunakan alat pemanggangan
yang tesedia di meja. Tak ada nasi putih, namun digantikan dengan nasi goreng
sayuran serta mie goreng sayuran.
Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.com/2018/07/jalan-jalan-ke-tokyo-part-6-dari-8.html
Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.com/2018/07/jalan-jalan-ke-tokyo-part-6-dari-8.html
No comments:
Post a Comment