Apa menariknya Asakusa
Temple ? pertama ada Jinrikisha (alias semacam riksaw) atau becak roda dua yang
ditarik manusia dengan tarifnya lumayan mahal. Penariknya merupakan penduduk
sekitar yang kekar, kebanyakan tampan, kulit kecoklatan dan berotot plus berkeringat
pula. Tak heran teman wanita di kantor
lama yang pernah kesini langsung titip salam buat para penarik Jinrikisha ini.
Lalu gerbang merah
Kaminarimon dengan lampion raksasa diagian depan yang sering menjadi latar
belakang pemotretan. Setelah melewati Nakamise Street sekitar 500 meter kita
akan menemukan kuilnya. Mirip seperti di Masjid, disini juga diharuskan untuk
membasuh wajah, tangan dan kaki sebelum masuk kuil di sebuah tempat yang
dimakan dengan Osuisha. Bagi yang percaya ramalan, disini juga tersedia kertas
ramalan atau Omikuji yang bisa kita dapat dengan membayar 100 Yen dimasukkan
dalam kotak uang. Kocok kotak sampai mengeluarkan batang kayu kecil, lalu nomor
di batang kayu yang keluar digunakan untuk menuju rak dengan nomor yang sama untuk
mengambil kertas ramalan.
Nakamise Street terdiri
dari berbagai toko yang bersih dan sebagian besar menjual makanan, pakaian, dan juga pernik-pernik khas Jepang.
Ada berbagai macam penganan tradisional Jepang yang dijual disini. Dan
penjualnya ramah-ramah. Lokasi inilah yang disebut dengan Nakamise Street.
Situasi ini mengingatkan saya akan lokasi Masjid Sunan Ampel yang jalan
masuknya juga harus melalui pasar kecil dengan berbagai barang jualan di
Surabaya. Di beberapa lokasi tiba-tiba menyembul Tokyo Tower. Jangan
lupa,tempat ini juga tempat yang pas buat yang ingin menikmati Mochi yang akan
lebih lezat jika disantap dalam keadaan dingin. Hanya saja di sini pengunjung
dilarang makan sambil berjalan.
Selesai disini kami
langsung berjalan kaki ke Sumida River yang dilewati Azuma Bridge dengan latar
belakang Tokyo Tower. Sumida River ini salah satu sungai terpenting di zaman
Edo. Pemandangan nya benar-benar bagus sayang atap pelabuhan Tokyo Cruise
terlalu lebar dan agak menganggu artistik pengambilan gambar.
Sisi kiri terlihat Tokyo
Tower menjulang tinggi, lalu bangunan keemasan di sebelahnya yang merupakan
simbolisasi dari gelas bir lengkap dengan busanya, karena memang merupakan
kantor Asahi Beer, lalu bangunan paling ajaib yang mirip seperti ubi Cilembu
berwarna emas rancangan desainer berkebangsaan Perancis Philippe Starck dikenal
dengan nama Asahi Flame. Bangunan ini salah satu landmark arsitektur modern di
Jepang yang dibuat dengan menggunakan teknik pembuatan kapal selam.
Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.com/2018/07/jalan-jalan-ke-tokyo-part-7-dari-8-ke.html
No comments:
Post a Comment