Wednesday, July 25, 2018

Jalan Jalan ke Tokyo Part #6 dari 8 : Asakusa Temple, Nakamise Street dan Sumida River




Apa menariknya Asakusa Temple ? pertama ada Jinrikisha (alias semacam riksaw) atau becak roda dua yang ditarik manusia dengan tarifnya lumayan mahal. Penariknya merupakan penduduk sekitar yang kekar, kebanyakan tampan,  kulit kecoklatan dan berotot plus berkeringat pula.  Tak heran teman wanita di kantor lama yang pernah kesini langsung titip salam buat para penarik Jinrikisha ini.







Lalu gerbang merah Kaminarimon dengan lampion raksasa diagian depan yang sering menjadi latar belakang pemotretan. Setelah melewati Nakamise Street sekitar 500 meter kita akan menemukan kuilnya. Mirip seperti di Masjid, disini juga diharuskan untuk membasuh wajah, tangan dan kaki sebelum masuk kuil di sebuah tempat yang dimakan dengan Osuisha. Bagi yang percaya ramalan, disini juga tersedia kertas ramalan atau Omikuji yang bisa kita dapat dengan membayar 100 Yen dimasukkan dalam kotak uang. Kocok kotak sampai mengeluarkan batang kayu kecil, lalu nomor di batang kayu yang keluar digunakan untuk menuju rak dengan nomor yang sama untuk mengambil kertas ramalan. 





Nakamise Street terdiri dari berbagai toko yang bersih dan sebagian besar menjual makanan,  pakaian, dan juga pernik-pernik khas Jepang. Ada berbagai macam penganan tradisional Jepang yang dijual disini. Dan penjualnya ramah-ramah. Lokasi inilah yang disebut dengan Nakamise Street. Situasi ini mengingatkan saya akan lokasi Masjid Sunan Ampel yang jalan masuknya juga harus melalui pasar kecil dengan berbagai barang jualan di Surabaya. Di beberapa lokasi tiba-tiba menyembul Tokyo Tower. Jangan lupa,tempat ini juga tempat yang pas buat yang ingin menikmati Mochi yang akan lebih lezat jika disantap dalam keadaan dingin. Hanya saja di sini pengunjung dilarang makan sambil berjalan.






Selesai disini kami langsung berjalan kaki ke Sumida River yang dilewati Azuma Bridge dengan latar belakang Tokyo Tower. Sumida River ini salah satu sungai terpenting di zaman Edo. Pemandangan nya benar-benar bagus sayang atap pelabuhan Tokyo Cruise terlalu lebar dan agak menganggu artistik pengambilan gambar.

Sisi kiri terlihat Tokyo Tower menjulang tinggi, lalu bangunan keemasan di sebelahnya yang merupakan simbolisasi dari gelas bir lengkap dengan busanya, karena memang merupakan kantor Asahi Beer, lalu bangunan paling ajaib yang mirip seperti ubi Cilembu berwarna emas rancangan desainer berkebangsaan Perancis Philippe Starck dikenal dengan nama Asahi Flame. Bangunan ini salah satu landmark arsitektur modern di Jepang yang dibuat dengan menggunakan teknik pembuatan kapal selam.   

Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.com/2018/07/jalan-jalan-ke-tokyo-part-7-dari-8-ke.html

No comments: