Tuesday, August 13, 2013

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3 - Ajahn Brahm


Buku ini merupakan buku ketiga Ajahn Brahm yang saya beli, dan saya cukup yakin bakal menarik, sebab buku kedua diluar dugaan tidak kalah asyik-nya dengan buku pertama. Umum-nya produksi yang menyusul kesuksesan pendahulu-nya jarang berhasil, namun untuk buku kedua dan ketiga Ajahn Brahm ini sepertinya bisa dikatakan sama sukses-nya.

Dibuka dengan cerita pertama "Perangkap Tikus", kita sudah langsung terbetot dengan gaya Brahms, yang sederhana tanpa harus kehilangan makna. Cerita ini bahkan sempat saya kutip dalam salah satu ceramah taraweh saya dalam lingkungan keluarga besar.  Ini benar2 cerita yang sangat pantas sebagai pembuka dalam buku ketiga Si Cacing ini.




Ceritanya adalah tikus yang ketakutan melihat petani dan istrinya membeli perangkap tikus dan lantas "curhat" pada ayam, babi dan sapi.  Namun ketiga rekan-nya dalam lingkungan rumah petani tsb tidak ada yang perduli. Mereka malah mengatakan itu sepenuh-nya urusan tikus. Saat ternyata yang terjebak adalah ekor Ular, dan lantas memagut istri Petani, maka justru ayam, babi dan sapi yang menjadi korban untuk menjadi obat serta acara makan bersama keluarga besar petani, sedangkan tikus selamat. Moral of The Story-nya adalah kadang kita mengira sesuatu bukanlah urusan kita, namun ternyata yang terjadi adalah sebalik-nya.

Cerita lain adalah bagaimana Brahm yang tidak biasa menggunakan kaus kaki mau menggunakan kaus kaki yang dengan susah payah di buat seorang wanita pengagum-nya. Brahm bukan cuma menggunakan kaus tersebut bahkan juga membuat gerakan2 sedemikian rupa sehingga si pembuat dapat melihat dengan jelas kaos buatan-nya, digunakan Ajahn Brahm, meski setelahnya oleh Brahm diserahkan pada orang yang lebih membutuhkan.

Saat harus ceramah di depan komunitas bisnis, Ajahn menghindari untuk berbicara macam2 hal yang muluk sekaligus kompleks, dia hanya menjelaskan seni mendengar sebagai salah satu tips terhebat dalam berkomunikasi.  Sederhana, dan juga  membumi namun tetap memberikan dimensi kedalaman dari apa2 yang disampaikan, begitulah ciri Ajahn Brahm.  Apa sih yang ingin disampaikan Brahms ? saya rasa Brahm ingin menyampaikan bahwa untuk bahagia itu sebenar-nya mudah, dan jangan biarkan orang lain mendefinisikan arti “kebahagia an” bagi anda. 


Ada cerita lucu saat, Brahm pulang ke London menjenguk ibu-nya. Ibu langsung memasak masakan kesukaan Brahm, dan karena biksu biasanya cuma makan 1x sehari, bagi Brahm momen ini sangat penting. Namun mendadak bel pintu berbunyi dan ada seorang gypsi menawarkan gelang, yang tentu saja ditolak Brahm yang memang tidak punya uang.  Namun si gypsi setengah mengancam siapapun yang tidak mau beli akan mengalami kutukan, dengan santai Brahm menjawab, siapa yang berani mengutuk seorang biksu akan mengalami kutukan biksu ang jauh lebih hebat, sehingga si gypsi kabur ketakutan. Lalu Brahm menjelaskan tidak ada kutukan dalam Budha, sebaliknya yang ada adalah doa bagi siapapun.

Apakah cerita ini orisinil ?, pada buku ke #1 dan ke #2 sepertinya cukup banyak yang orisinil, karena memang merupakan pengalaman Ajahn Brahm secara pribadi. Namun semakin kesini terasa ada beberapa cerita yang memosisikan Ajahn sebagai  seorang yang mendengar-nya dari orang lain pula. Sehingga jangan kaget kalau anda merasa pernah mendengarnya atau membacanya dari sumber lain. Salah satu  contoh-nya adalah  kisah Pendeta, Biksu dan Rabbi yang berusaha mengubah pendirian Beruang soal keyakinan.  Demikianlah 108 cerita singkat, sederhana namun bermakna sekaligus  membuat kita dapat melihat potret kehidupan dari sudut pandang seorang Ajahn.


3 comments:

papoyz said...

lucu dan bagus

Unknown said...

Saya baca seri pertama dan kedua... Kemarin sempat nyari seri ketiga habis... Nice share

andy said...

saya merasa buku 3 nya tidak menarik. jauh sekali kalau dibandingkan buku 1 dan 2