Tuesday, August 27, 2013

Doorstoot Naar Djokja - Julius Pour

Memalukan !" Demikian komentar Merle Cochran mengenai sikap Belanda yang mengabaikan perjanjian Renville lalu menyerang Yogya, dan menangkapi para pemimpin revolusi. Dilain pihak Cochran wakil Amerika bersama tim dewan keamanan KTN (komisi tiga negara dengan mandat PBB) dari Australia dan Belgia justru sedang berada di pusaran konflik operasi Kraai yang dilakukan Belanda. Tindakan Belanda ini sekaligus seakan akan mengabaikan keselamatan KTN dan mementingkan ego kepentingan mereka sendiri. 

Beberapa tahun sebelum-nya Belanda di hajar Jepang di lokasi penjajahan mereka di Indonesia, sekaligus  di hantam Jerman di kampung mereka sendiri. Ironisnya meski tahu sakitnya diduduki bangsa lain, justru entah mereka sadari atau tidak mereka meniru Jerman dengan berusaha menduduki kembali Indonesia dengan operasi Kraai (Burung Gagak) yang agak mirip dengan Blietzkrieg Jerman. 



Amerika yang sudah merealisasikan Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah WW2, kecewa karena merasa Belanda terkesan justru menggunakan program pemulihan Marshall untuk menduduki kembali Indonesia 19/12/1948. Kesuksesan Indonesia mengatasi pemberontakan PKI tahun 1948 membuat Amerika simpati dengan gerakan perlawanan pada Belanda.

Buku ini mengeksplorasi konflik strategi antara sipil dan militer. Sipil yang menganggap cara keras kurang berhasil memilih untuk menggunakan dialog serta merangkul bangsa2 lain. Sedangkan militer tetap berusaha menggunakan cara2 perang. Namun perang dalam hal ini lebih ke perang gerilya karena berhadapan dengan kekuatan tempur Belanda secara langsung saat itu sama sekali sulit.

Perbedaan strategi sipil-militer sangat terlihat saat Soekarno mengatakan pada Soedirman "Dirman engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan perang bersama pasukanmu. Tempat ini bukan tempat pelarianku. Aku harus tinggal disini dan mungkin bisa berunding untuk kita, serta memimpin rakyat kita". Cover buku ini menunjukkan dengan cantik hubungan antara Soekarno mewakili sipil dan Soedirman mewakili militer.

Namun Tahi Bonar Simatoepang (saat itu sebagai Wakil KSAP), sempat mengusulkan agar Pemerintah meski memutuskan perjuangan non kekerasan, tetap memberikan instruksi agar militer tetap meneruskan perjuangan. Penyebarluasan dokumen yang di tanda tangani Hatta inilah yang menyebabkan perjuangan tetap terjadi secara sporadis dimana-mana, meski para pemimpin revolusi sudah ditahan oleh Belanda. Itu sebab-nya serangan umum 1 Maret yang masih kontroversial menjadi ide siapa, tetap dapat dilaksanakan.

Sementar Spoor mengatakan "Mereka harus kita hancurkan, wilayah republik harus dihapus dari peta, dan seluruh ekstrimis harus diringkus dan selesai dalam waktu kurang dari tiga bulan". Dan lalu Spoor memimpin penyerangan dengan seluruh kekuatan darat, laut dan udara. Merebut landasan Magoewo sebagai batu loncatan, mendobrak Yogya, dan menangkap Soekarno Presiden dan antek2nya.

Melihat foto2 sebagian prajurit KST Baret Merah Belanda Hal 149 pimpinan Simon Spoor, justru memiliki raut wajah Indonesia Timur membuat saya sedih. Politik pecah belah Belanda terbukti berhasil disini, dengan mengadu konflik antar suku, sementara Belanda yang akan menikmati keuntungan.

Nehru menyatakan sikap India "Asia telah mengalami kemelaratan akibat penjajahan, sehingga perjuangan Bangsa Indonesia untuk merdeka merupakan usaha bangkit-nya kembali Asia. Dengan demikian, kita semua telah dihina dan juga ditantang. Dan jika tantangan tersebut tidak bisa kita lawan, maka peristiwa serupa akan dapat dialami oleh negara2 lain di Asia, dan juga bisa terjadi di bagian lain dunia".

U Win menyatakan sikap Birma "Serangan kepada Indonesia membuktikan, Belanda sedang kembali menghidupkan penjajahan dan imperialisme bentuk baru".

Carlos Romulo menyatakan sikap Filipina "Kita harus menghukum perbuatan Belanda, dan menyatakan dengan tegas, kita tidak akan mengakui apa yang telah didapatkan melalui agresi militer serta melanggar kedaulatan negara lain".

Negara lain seperti Ceylon (Srilanka), Pakistan, Birma, Mesir dan Arab Saudi melarang pesawat Belanda mendarat. Sehingga Belanda terpaksa melewati Afrika Selatan.

JJ Hedaly sekjen gabungan buruh Australia menyatakan sikap "Tentara Belanda harus ditarik kembali ke posisi mereka semua. Sebelum penarikan dilakukan , semua anggota kami tidak akan bersedia memuat barang2 strategis yang akan dikirim ke Indonesia". 
Pidato dan pernyataan mereka didengar dunia, dan semakin menekan Belanda secara politis. Bangsa Indonesia berhutang pada mereka sekaligus mengingatkan bahwa perjuangan fisik semata apalagi kalau sekedar mengandalkan bambu runcing, tidak akan dapat membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Julius Pour, pengarang kelahiran Klaten ini  menggunakan lebih dari 50 buku dan referensi untuk menyelesaikan buku menarik ini. Kejadian yang sama di potret dari berbagai saksi sejarah membuat buku ini komprehensif. Kita juga dapat mengetahui bagaimana Benny Moerdani terlibat sebagai prajurit saat bocah serta misalnya akhir nasib Amir Syarifuddin (Harahap) setelah di duga terlibat pemberontakan PKI 1948. Terimakasih besar atas upaya Pour menjahit sobekan2 sejarah, agar menjadi pelajaran bagi generasi yang lebih muda. 

No comments: