Wednesday, September 18, 2013

Prioritas Hidup

Dalam salah satu pelatihan yang saya ikuti, dibahas salah satu kasus yang menjadi standar untuk survival Angkatan Udara Amerika. Peserta dibagi menjadi beberapa group lalu diberikan kartu plastik bergambar yang mewakili item sebenarnya yakni sbb;

 
  • Pistol Kaliber 45 dalam keadaan terisi.
  • Buku mengenai hewan2 yang bisa dimakan di gurun.
  • Sebotol tablet garam.
  • Beberapa botol air.
  • Parasut merah dan putih.
  • Kotak peralatan P3K seperti kompres, gunting, obat2 sederhana  dan kain kasa.
  • Peta udara sekitar lokasi.
  • Senter
  • Pisau
  • Jas hujan
  • Jaket
  • Sepasang kacamata
  • Cermin hias
  • Kompas magnet

Ceritanya adalah, saya dan beberapa teman mengalami kecelakaan pesawat di Gurun Sonora setelah sejauh 104 km menyimpang dari rute awal. Untung tak satupun diantara rombongan yang luka, meski pilot dan kopilot ternyata tewas. Namun sebelum tewas, pilot sempat mengatakan suhu di gurun sangat tinggi sehingga tidak mungkin bertahan dengan suhu seperti itu.  Komunitas terdekat di daerah itu berada pada posisi 112 km dari lokasi kecelakaan, yakni kamp sebuah perusahaan tambang.

Pertanyaan-nya adalah, apakah rombongan akan menuju tambang untuk mencari bantuan atau tetap menunggu di lokasi ?. Lalu peserta diminta berdiskusi dengan anggota rombongan untuk membuat urutan berdasarkan prioritas terpenting dalam kondisi tersebut. Karena saya dan team memilih ke habitat terdekat, maka otomatis saya memilih kompas magnet, air, jaket, kotak P3K, dan senter. Namun  ternyata saya memutuskan hal yang salah dan juga memilih barang yang salah. Saya dan team berpikir kami tidak memerlukan pistol karena tidak bermaksud mencelakakan siapapun, juga tidak memerlukan cermin karena dalam rombongan tidak ada yang merasa harus tampil keren, serta tak mungkin membawa parasut, karena memang-nya mau terjun dari mana ?

Dalam buku Nando Parrado yang bisa dilihat di http://hipohan.blogspot.com/2010/09/miracle-in-andez-nya-nando-parrado.html mereka bisa bertahan hidup karena memakan korban yang sudah meninggal dan akhirnya selamat justru karena meninggalkan reruntuhan pesawat. Setelah menunggu berhari-hari tak pernah ada penyelamatan, sehingga dua diantara mereka terpaksa memisahkan diri dari rombongan dan selamat karena menemukan habitat penduduk di lokasi terdekat. Itu sebabnya saya berpikir lebih baik meninggalkan peswat dibanding menunggu.

Ternyata berbeda dengan jawaban versi manual,  kondisi di gurun, seharusnya memaksa kita untuk tetap di tempat (selama masih memiliki persediaan air).  Jadi tidak usah cari resiko dengan membuang-buang stamina berjalan ke lokasi yang sulit dicari apalagi kalau diantara rombongan tidak ada yang memiliki kemampuan navigasi. Dengan demikian item2 terpenting salah satunya justru adalah cermin karena pantulan-nya dapat terlihat dari jauh, lalu pistol karena suara-nya juga dapat terdengar dari jauh, jas hujan karena menjaga tubuh tetap lembab dalam kondisi terik dan parasut sebagai kemah perlindungan sekaligus menjadi tanda bagi kelompok penyelamat serta tak lupa air untuk menyambung hidup. 

Hemm benar2 jawaban yang tak terduga, dan mengingatkan kita kembali bahwa apa2 yang penting dalam hidup tergantung sepenuhnya pada tujuan kita, karena itu pastikan kembali tujuan hidup dan dan jalani sesuai prioritas terpenting dalam hidup kita.  Kadang kita berpikir tabungan penting untuk hari tua, namun ternyata harta yang disumbangkan di jalan-Nya untuk membantu sesama lah yang kekal sebagai ganjaran amal baik kita kelak.

No comments: