Menuju Kuala Lumpur, Bis sempat berhenti sebentar, dan kami segera menuntaskan panggilan alam, lalu berkerumun mengelilingi dua pickup penuh jajanan khas Malaysia. Berbagai minuman dan buah-buahan dalam kantong plastik yang dimasukkan dalam peti kaca bersuhu dingin, nikmat sekali disantap saat cuaca panas terik. Pasangan Suami-istri yang melayani kami sangat ramah, dan ternyata keduanya TKI asli Cirebon yang bekerja sebagai karyawan pemilik pickup jajanan. Kami sempat bercanda dan bertanya kenapa tidak menjual nasi jamblang dan tahu gejrot.
Dalam perjalanan, Bu Ita menyalakan karaoke dan karena bergiliran, maka saya yang sehari-harinya penggemar progressive metal terpaksa menyanyikan Ayah nya The Mercys, Kisah Seorang Pramurianya, Hati Selembut Saljunya Jamal Mirdad dan juga Angin Malam nya Broery Pesulima. Koleksi Pak Aseng bahkan meliputi Endang S. Taurina, Tetty Kadi, Chrisye, Panbers, Tommy J. Pisa, Jamal Mirdad, Diana Nasution dan sejumlah koleksi jadul lainnya. Hemm lagu-lagu Indonesia sepertinya laris di Malaysia. Malah tak ketinggalan koleksi dangdut oplosan dengan musik berdentam-dentam, yang dengan semangatnya dinyanyikan oleh Sang Ginekolog dalam rombongan kami.
Sesampai di Kuala Lumpur sekitar jam 12:30 kami langsung menuju Cisco Thai Bistro Resto. Entah karena lapar rasanya makan di sini nikmat sekali terutama ayam goreng-nya. Masakan datang satu persatu, dan karena merupakan Resto Thailand, bumbunya terasa asam dan pedas. Namun jangan salah, resto ini tidak ada hubungan dengan Cisco, produsen alat-alat komunikasi.
Dari sini kami menuju Istana Negara, sayang tempatnya sangat gersang dan panas. Istananya terlihat di kejauhan, sementara di bagian depan dibangun Gapura Raksasa. Bu Christine mengatakan bahwa Sultan dipilih dari semua kandidat Negara Bagian, lalu akan menetap di Istana Negara. Selama masa pemerintahan beliau, diberikan gelar Yang Di Pertuan Agung. Ada tidaknya beliau bisa dilihat dari Bendera Kuning yang ditempatkan di halaman, jika Bendera Kuning berkibar maka artinya Sultan sedang berada di Istana. Di bagian depan nampak prajurit tampan berkuda yang selalu sadar dalam mengarahkan wajahnya ke arah para wisatawan yang tertarik mengabadikan momen. Sangat berbecda dengan prajurit di Istana Ratu Inggris yang justru lebih terlihat seperti patung.
Lalu kami menuju Dataran Merdeka, suasananya mengingatkan saya akan Senado Square di Macau, dimana banyak bangunan-bangunan kuno terawat dan benar-benar lokasi pemotretan yang asyik bagi wisatawan. Para wisatawan nampak antri di huruf raksasa “I Love KL” sementara saya memilih membeli es krim roti dengan penjual India bersurban dan berkumis ekstra besar. Ada banyak bangunan disini termasuk salah satu menara bendera tertinggi di dunia.
Tujuan berikutnya adalah menuju menara kembar Petronas di KL City Center, untuk sesi foto sana sini dengan segala pose, dan setelah kehabisan gaya, saya memilih untuk memotret beberapa pencakar langit di sekitarnya. Saat ini sebagaimana Monas di Jakarta, Tugu di Yogya, Gedung Sate di Bandung, Merlion Statue di Singapore, menara kembar adalah lambang kedatangan kita di Malaysia. Namun udara sangatlah panas, sehingga tidak tahan rasanya berlama-lama di sini
Dari menara kembar kami menuju Beryl's Chocolate Kingdom, di sini kita bisa menemukan coklat berbagai rasa, mulai dari jeruk, kacang, pisang, durian, dark chocolate, bahkan sampai coklat khusus dewasa alias Tongkat Ali. Namun harganya cukup tinggi, sekotak kecil saja sudah sekitar 150 ribu IDR. Enaknya di tempat ini selalu tersedia tester, jadi dengan bolak balik beberapa potong coklat gratis bisa masuk ke perut. Setelah membeli beberapa kotak coklat durian untuk oleh-oleh maka kami pun pergi meninggalkan tempat ini. Tidak melihat larangan berfoto saya sibuk foto kian kemari, untung si sulung mengingatkan larangan tsb.
Lalu kami meneruskan perjalanan ke Sungei Wang Plaza di kawasan Bukit Bintang. Keliling mal dan naik turun, secara keseluruhan malnya bersih meski tidak mewah, gang-gangnya lebar dan bersih. Anak-anak yang sudah mulai kelaparan makan sashimi di salah satu warung Jepang, sedang saya dan istri menyantap buah-buahan. Saat kembali ke Bis, gerombolan Oma menghilang, untung kami sempat mencegah Opa yang ingin mencari istrinya, dan setelah dijemput Tour Guide baru gerombolan Oma masuk kembali ke Bis.
Akhirnya kami sampai di Mandarin Pacific Hotel di Jalan Sultan, lokasinya persis disamping Petaling Street, alias China Town. Bau masakan China yang harum dan sedap tercium sepanjang jalan Sultan yang sejajar dengan Petaling. Berbagai barang yang bisa kita beli di Petaling Street, mulai dari sepatu, berbagai macam pisau/senter, jaket, kaos, gantungan kunci, sampai pijat ada di Petaling Street. Namun Tour Guide mengingatkan untuk tidak membawa barang-barang berharga, karena Petaling cukup tersohor copet-nya, dan dianjurkan untuk bepergian dalam rombongan serta tas di selempangkan di depan tubuh.
Kami bergegas menelusuri Petaling dan lalu jalan Sultan, sayang sama sekali tidak ada tulisan halal di resto-resto sepanjang jalan Sultan, padahal suasananya asik sekali. Mengingatkan saya akan Kia Kia awal-awal dibuka pertama kali di Surabaya. Hotel-hotel dan bangunan di sepanjang jalan Sultan memiliki dua gerbang masuk, yang satu menghadap Jalan Petaling dan yang lain yang menghadap ke Jalan Sultan. Karena KFC tutup maka kami langsung menyebrangi jalan Pudu untuk makan di McDonald.
Catatan Perjalanan
- Seandainya saja salah satu dari Restoran sepanjang jalan Sultan ada yang berjualan Halal Chinesse Food, mertinya akan bisa sangat menguntungkan bagi si penjual.
- Sembilan negara bagian Malaysia memiliki penguasa yang dikenal sebagai Sultan, Raja atau Yang di-Pertuan Besar. Penguasa Johor, Kedah, Kelantan, Pahang, Perak, Selangor dan Terengganu dikenal sebagai Sultan. Penguasa Negeri Sembilan memiliki jabatan Yang Dipertuan Besar. Perlis ialah satu-satunya negara bagian Malaysia di mana penguasanya bergelar Raja. Mantan koloni emas Inggris di Penang, Melaka, Sabah dan Sarawak memiliki gelar Gubernur.
No comments:
Post a Comment