Thursday, August 13, 2015

Menjadi Enterpreneur Part #2 of 7 : Akhirnya Berdiri Sendiri.


Pada tahun 2001, Klinik pindah ke depan rumah yakni, Blok I4 No 7 untuk mengantisipasi terbatasnya space (khususnya ruang tunggu pasien). Sampai dengan saat itu layanan masih berupa pelayanan dokter umum (termasuk khitan) dan dispensing obat generik. Namun bagi saya dan istri, ini momen penting yakni saat klinik memiliki bangunan sendiri, meski secara layanan masih praktek umum dan fisoterapi. 




Karena klinik terus berkembang, maka tahun 2008 Klinik kembali pindah ke Blok I3 No 17, jika dulu hanya menempati paviliun, maka kali ini seluruh bangunan ex rumah kami dijadikan sebagai klinik. Sementara kami sekeluarga pindah ke Tirtawangi Raya sekitar 400 meter dari lokasi rumah lama atau klinik baru. Dimasa itu saya bertugas mendampingi istri belanja obat, ke percetakan, pengurusan izin ke lokasi sekitar, mengembangkan sistem layanan IT, dan yang berhubungan dengan kepegawaian.

Lantai dua kami gunakan untuk supir klinik beserta keluarganya, sementara  lantai satu masih berupa layanan fisioterapi dan dokter umum. Pada tahun ini kami sempat membuka layanan kebidanan, namun karena tidak memiliki bidan standby, layanan ini tidak berkembang. Sementara untuk layanan fisioterapi, karena partner kami memiliki lokasi praktek lain, layanannya kurang konsisten, dan masih sering bolong-bolong alias kadang ada dan kadang tidak. 

Awal tahun 2013, istri akhirnya keluar dari Rumah Sakit Al Ihsan, setelah diakuisisi Pemda, baginya birokrasi Rumah Sakit menjadi terlalu kompleks dan tak lagi nyaman. Sejak itu istri lebih fokus mengelola praktek pribadi di lokasi rumah kami yang lama. Namun kadang istri merasa sedih karena management skill sebagai Kepala Seksi Layanan Medis, yang dia jabat saat di Rumah Sakit tidak mendapatkan penyaluran dalam klinik kami. 

Pada masa itu, kami lebih fokus untuk menabung untuk persiapan hari tua dan sekolah anak-anak, lalu rumah di I4 No 7 kami jual, begitu juga rumah kami di Pinus Regency. Tahun 2013 istri yang sangat ingin wisata ke Blue Mosque dan Hagia Sofia di Istanbul menyisihkan sebagian tabungan kami untuk rencana akhir tahun tersebut. Belakangan rencana ini berubah menjadi Umrah dan Mesir saja, lantas berubah lagi disesuaikan dengan keuangan menjadi Umrah saja. Namun karena tabungan yang ada terus menerus disedot oleh aktivitas pembangunan klinik, maka tujuan liburan berubah lagi menjadi jalan2 ke Pulau Seribu.Untung saja anak-anak dapat memahami, meski Si Sulung sangat ingin kami umrah sekeluarga. 

Moral of The Story 
  • Menabung memang baik namun seberapa banyakpun tabungan selama tidak dinvestasikan akan segera habis. Menempatkan tabungan dalam bentuk logam mulia, properti dll akan memberikan peluang secara finansil untuk stabilitas nilai tukar, namun akan lebih baik lagi jika diinvestasikan dalam bentuk usaha. 
  • Anda mungkin berpikir bagi saya dan istri situasinya akan lebih mudah karena profesi istri, namun setiap orang sebenarnya dapat memilih bidang yang menjadi minatnya dan dapat memulai usaha segera, apakah kursus musik, kursus bahasa asing, kursus memasak, kursus komputer, kursus menyetir, kursus menjahit, bimbingan belajar, warung, agen properti di lingkungan anda, salon. dll


No comments: