Thursday, March 01, 2018

Left Ventricular Hyperthrophy

Sudah beberapa bulan terakhir perjalanan saya dari Jakarta sampai ke Bandung nyaris selalu sampai dini hari, bahkan kadang sampai di Bandung sekitar 02:30 dinihari. Saat peak season seperti Imlek lalu, bahkan bisa memakan waktu 9 jam. Begitu banyak nya proyek sepanjang jalan seperti LRT, Elevated Cikampek, membuat jalur jalur cepat di kedua sisi terpaksa digunakan untuk kepentingan proyek. Sehingga kita harus ekstra waspada terhadap hal-hal berikut 


  • Keluar masuk kendaraan proyek di jalur cepat. 
  • Kondisi jalur tengah dan lambat yang saat musim hujan begini cukup banyak berlubang, dan ukuran lubangnya bukan main2 (seorang sahabat sempat posting velg rusak Mercedes Benz dari komunitas W204)
  • Genangan air di jalur cepat yang tak tersalur ke pembuangan di tengah tol, yang berpotensi menyebabkan kendaraan terpleset saat kecepatan tinggi. 
  • Jalur yang mendadak menyempit tanpa rambu-rambu yang memadai. 

Kondisi saya saat letih yang langsung disambut pekerjaan lain saat akhir minggu, membuat fisik saya drop. Diawali dengan keluhan pusing dan lalu radang tenggorokan serta batuk, membuat saya memutuskan untuk cuti sakit selama sehari. Mendadak istri langsung menyarankan sekalian untuk cek lab, apalagi saya memang tidak disiplin dalam meminum obat. Astaga ternyata tekanan darah sudah mencapai 160/90, lalu hasil EKG tak kalah anehnya alias ada ischemia (bagian tubuh yang tak cukup mendapatkan suplai darah /anemia lokal,  karena ada masalah pembuluh darah), serta hasil periksa darah juga menunjukkan indikator kolesterol total 238 (normal maks 200), kolestrol LDL direct1 180 (normal maks 100) dan trigeliserida 191 (maks 150). Apakah ini penyebab keluhan kepala pusing saya yang semakin terasa sebulan terakhir ? 

Sebelumnya saya pernah juga melakukan pemeriksaan tepatnya di 2012 dan dapat dilihat di link berikut http://hipohan.blogspot.sg/2012/11/ischemia-heart-disease-inferior-wall.html Pada saat itu saya melakukan pemeriksaan coronary CT angio akibat adanya indikasi Ischemia Heart Disease di Inferior Wall. 

Karena dokter spesialis di Lab Kimia Farma, menyarankan untuk konsultasi ke spesialis jantung, istri langsung kontak teman sejawat yang kebetulan teman seangkatan di FK Unpad, yakni dokter Agus Thosin Sp.JP di salah satu klinik di bilangan Buah Batu. Kebagian nomor 24, kami baru diperiksa menjelang jam 23:00. Hasil EKG ulang tetap menunjukkan ada keanehan. Setelah menempelkan stetoskop di dada dan punggung, dokter Agus Thosin Sp.JP, ingin lebih memastikan apa sebenarnya yang terjadi, karena keanehan ini bisa saja karena penyumbatan namun bisa juga penebalan LV (left  ventricular hyperthrophy). 




Maka beliau membuat surat pengantar ke laboratorium klinik Prodia untuk pemeriksaan Echocardiography Test. Sehari setelahnya, alternatif pemasangan ring, agak membuat saya secara psikologis down, melihat anak-anak dan istri membuat saya berpikir, barangkali tak banyak lagi kesempatan saya mendampingi mereka. Apalagi sebulan lalu, salah satu keponakan yang masih berusia muda, berpulang setelah pemasangan ring. Sementara dua rekan saya di perusahaan sekarang dan perusahaan sebelumnya juga berpulang karena serangan jantung. Alhamdulillah shalat semakin khusyuk dan saya jadi sering merenung akan waktu yang sering saya habiskan dalam kesibukan dunia.  

Malam hari, dengan ditemani Si Bungsu saya meluncur menuju Prodia, dan dapat antrian nomor 4. Tak lama istri menyusul, karena harus menangani beberapa pasien terlebih dahulu di klinik kami. Pemeriksaan Echocardiography Test ini agak mirip dengan USG yang biasa digunakan spesialis kebidanan, namun ini khusus untuk jantung, selain bentuk dan ukuran jantung kita juga dapat mendengar suara jantung saat bekerja, mana kala ada fungsi-fungsi yang tak sempurna.  Setelah berbaring di ruangan dengan posisi menyamping, dokter Agus Thosin Sp.JP langsung  beraksi dengan probe yang sudah dioleskan dengan gel  yang menari nari kian kemari di dada saya. Ada sensasi aneh saat mendengar jantung saya berdegup lewat pengeras suara Echocardiography Test, seakan ingin menyampaikan pesan rahasia pada saya. 

Tak lama hasil pemeriksaan dicetak, beliau langsung menyampaikan hasilnya pada saya, yakni belum ditemukan sumbatan serius, namun ada penebalan di LV yang normalnya 11 mm, ternyata mengalami penebalan ekstrim sampai dengan 20 mm. Jika penebalan ini terus terjadi, maka kemampuan jantung memompa akan menurun drastis karena tak lagi elastis, dan dapat mengakibatkan berhentinya jantung bekerja secara mendadak. Beliau bertanya apakah saya merasa sesak, karena 20 mm seharusnya saya sudah mengalami serangan sesak, alhamdulillah tidak jawab saya. Itu berarti bapak diselamatkan kebiasaan bapak berolah raga keras setahun terakhir, namun penebalan LV justru disebabkan olahraga keras saat hipertensi, hemm sebab akibat yang saling kait mengait ternyata. Sementara hipertensi sendiri bisa diakibatkan kondisi stress dalam pekerjaan (termasuk juga kondisi lalu lintas Jakarta dan lalu Jakarta – Bandung), habit makan yang kurang tepat, serta disiplin minum obat yang kurang. Kedepan mau tak mau saya mulai membiasakan menggunakan Candesartan 16, HCT 25 (Hydrochrolothiazide)di pagi hari, lanjut ke Clopidogrel Bisulfate di siang hari, dan diakhiri dengan Artovastatin 20  dan Alovar 300 di malam hari. 

Keesokan harinya, istri menyarankan memulai kembali olahraga rutin dengan dosis yang dikurangi, saya lebih memilih menggunakan sepeda. Jarak yang biasanya sekitar 30 km saya coba kurangi menjadi sekitar 15 km. Setelah mengecek tekanan darah dengan menggunakan tensimeter Osim Portable (yang saya beli di Singapore tahun 2004 lalu) dan meminum obat, meski masih kurang fit, saya langsung meluncur, setelah sekitar 12 km,  polisi tidur bikinan warga kompleks dan tiadanya suspensi Dahon (sepeda lipat) yang tidak saya antisipasi menyebabkan saya terlempar dari sepeda dengan lutut kiri menghantam aspal. Tanpa menghiraukan darah di lutut, untuk menghindari kecelakaan lanjutan, saya langsung bangkit, namun kepala terasa pusing dan nyaris jatuh, padahal saya yakin sekali tidak ada benturan kepala, disusul dengan pandangan yang kabur. Duduk di dinding garasi warga kompleks dengan kaki selonjor menghadap jalan, perlu waktu sekitar 28 menit dan sebotol Pucuk Harum dari warung sebelah untuk mengembalikan kemampuan saya melihat. 

Secara medis, jatuh tersebut menyebabkan kejutan pada jantung, sehingga berdenyut lebih kencang, perubahan irama secara mendadak ini dapat mengakibat gangguan penglihatan sementara (black out). Kejadian ini menyebabkan saya harus lebih hati-hati, dalam berolah raga, sampai dengan tekanan darah systolic bisa dikontrol diangka 120. 

Akhir minggu setelah izin work from home dari kantor sd akhir minggu saya peroleh, saya menikmati sarapan dan sorenya saat makan berdua dengan istri sebelum ybs praktek, menyambut si bungsu pulang sekolah, menyambut si sulung pulang kerja, dan mendengar cerita anak-anak saat interaksi dengan lingkungan luar seharian. Ah betapa keindahan hidup seperti ini yang sering saya lupakan saat berjuang sibuk dengan urusan pekerjaan. 

Akhir kata, hal-hal yang bisa saya simpulkan dari rangkaian kejadian tersebut adalah sebagai berikut 
  • Pastikan sisa umur kita benar-benar digunakan dalam hal-hal yang bermanfaat. 
  • Jalani hidup dengan seimbang, pekerjaan memang penting namun kehidupan diluar pekerjaan tak kurang pentingnya. 
  • Terus berdoa semoga jika saatnya tiba, Allah SWT memudahkan kita berpulang dalam keadaan Husnul Khatimah (akhir yang baik). 


"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." 
QS. Ali Imran: 8






No comments: