Sampai jam 07:00 di homestay, kami minta
tolong Mas Gofir membawakan Nasi Goreng dari Warung Bu
Yati. Setelah sarapan dan bersiap maka kami meninggalkan homestay sekitar jam
10:00 dan menyempatkan untuk membeli beberapa kekurangan oleh-oleh. Sekitar jam 11 kami meninggalkan Dieng,
sekaligus meninggalkan liburan kali ini yang terasa sangat berkesan.
Karena jalan yang curam, dan turun terus
menerus, kuatir membebani rem secara berlebihan terpaksa saya menggunakan mode tiptronik
di gigi 1 atau 2 agar dapat efek
engine break. Sambil jalan karena ingin mencoba lewat utara, saya menelepon
salah satu sahabat komunitas ID Sportage yakni Sigit Priambodo, dan beliau
menyarankan lewat Purbalingga.
Oleh-oleh Carica, Kacang Babi, Jamur, Sagon, dll |
Rute Utara Via Purbalingga dan Cipali |
Di jalan memasuki pinggiran Purbalingga kami sempat membeli salak yang dijual di sepanjang jalan,
saat awal rasanya cukup asam namun segar, namun semakin kesini malah semakin manis. Masuk
Purbalingga, Sigit via Whatsapp mengingatkan untuk makan siang Soto, Es Kopyor serta Es Duren Pak Kasdi depan Kodim sebelum Jembatan Klawing. Sekitar
jam 13:30 akhirnya kami menemukan lokasi dimaksud. Soto nya unik karena
menggunakan taburan kacang tanah goreng dan biasanya dimakan dengan ketupat,
sementara Es Duriannya, menggunakan durian yang matang, empuk dan manis. Setelahnya Si
Bungsu sempat komplain karena setiap saya sendawa maka aroma durian menyerang
penumpang lainnya.
Es Duren Pak Kasdi |
Soto Sapi Kacang Jembatan Klawing |
Sigit yang sepertinya penggemar Batu Akik menjelaskan
kalau Pak Kasdi biasanya jualan akik juga, yang dikenal dengan nama Akik Klawing, dengan
jenis batu Naga Sui atau istilah baratnya Blood of Christ. Namun geolog
mengenalnya dengan Red Jasper, namun sayangnya saya hanya penggemar Es Duren
dan bukan Batu Akik he he he.
Dua Pohon Kembar Purbalingga |
Perjalanan berikutnya menuju Pemalang, tak
sabar saya lalu langsung memasukkan Brebes di GPS, entah karena langsung ke Brebes
sepertinya GPS mengarahkan kami ke jalan-jalan kecil dan sempit. Lalu jalan
semakin tampak aneh dan sepi. Sekumpulan anak muda desa yang sebagian
menggunakan anting dengan berbagai motor bebek modifikasi terpaksa kami tanyai untuk menjelaskan arah yang
kami tuju, karena GPS mulai menunjukkan fenomena Ouroboros Dragon, alias ular
yang memakan ekornya alias peta yang berputar-putar di tempat yang sama.
Sawah di Perbatasan Purbalingga |
Desa Bantarbarang Kelahiran Jenderal Soedirman
Tak lama kami menemukan Gapura dengan
tulisan Selamat Datang di Desa Bantarbarang, Tempat Kelahiran Jenderal
Soedirman. Lalu melewati monumen ke kanan setelah beberapa kilometer sementara
bahan bakar tinggal satu bar, dan lagi-lagi kedua GPS menunjukkan keanehan, GPS
mobil menunjukkan arah lurus, sementara GPS handphone menunjukkan ke jalan
rusak berukuran kecil menanjak ke kanan. Bertanya pada seorang petani tua,
beliau menjelaskan sebaiknya kami putar balik karena jembatan kearah jalan yang
lurus sedang diperbaiki dan tak dapat dilewati. Untung saja kami tidak melewati tempat terpencil ini di malam hari.
Pohon Meranggas Menjelang Pemalang #1 |
Melewati monumen Soedirman kembali kami
bertanya pada dua pemuda desa yang tengah pacaran, bagaimana caranya ke
Pemalang, namun mereka juga ternyata tidak tahu. Lalu kami kembali melintasi jalan yang
sudah kami lewati sebelumnya, namun anehnya kami berpapasan dengan beberapa mobil
berplat B. Ragu dan akhirnya kami kembali bertanya pada pekerja di sebuah toko
material. Sambil menuliskan peta kasar di tanah, mereka menjelaskan agar kami
kembali ke depan Monumen Soedirman belok kiri lalu persis sebelum gerbang belok
ke kanan, jalannya jelek jelas mereka, namun setelahnya bisa dilalui dengan lancar. Alhamdulillah dengan kondisi bahan bakar yang
tinggal setengah bar, akhirnya kami bisa menemukan SPBU, yang langsung saya isi
full sd 270 ribu atau sekitar 40 liter.
|
Menjelang malam sebenarnya kami sempat mencari-cari
Sate Blengong (kuliner khas Brebes yang merupakan poerkawinan campuran antara Bebek dan Entok), yang ternyata masih tutup karena libur Iedul Adha, akhirnya dengan perut
keroncongan kami terpaksa masuk pintu tol Brebes Timur. Saya langsung melaju dengan
kecepatan sekitar 100 sd 140 km perjam. Setelah sempat masuk Rest Area pertama yang masih belum selesai, lalu kami makan malam di Restoran Simpang Raya, di Rest Area berikutnya km 208. Sepanjang jalan tol ini sekitar tujuh kali kami harus
mengerem mendadak karena ada penyempitan menjadi satu jalur, dan harus ekstra
waspada karena kontur jalannya yang bergelombang. Jalan tol ini juga tidak
informatif karena beberapa petunjuk menuju Bandung justru dipasang di km 170
an, padahal yang dimaksud sepertinya adalah rute non tol menuju Bandung.
Sementara kalau ke Bandung secara langsung sebenarnya sudah dimungkinkan tanpa
perlu keluar tol sama sekali.
Pada awalnya saya menggunakan kata Purbaleunyi
sebagai acuan papan informasi tol,
namun ternyata di kilometer sekian mendadak berubah menjadi Cipularang, karena menghindari
kata-kata Bandung Exit, alhasil lagi-lagi kami menyasar menuju Jakarta,
sehingga terpaksa keluar di Km 55 pintu Krawang Timur lalu masuk kembali menuju
Bandung lewat gerbang tol yang sama. Sekitar jam 23:00 akhirnya kami sampai ke
rumah setelah menempuh hampir sekitar 600 km dengan total waktu 12 jam. Hemm
perjalanan yang mengasikkan dan kejutan bahwa dalam 2 hari 2 malam stamina saya
masih memungkinan untuk menyetir selama hampir 24 jam dan mendaki dua bukit di
sekitar Dieng.
Untuk jalan-jalan sebenarnya ada tiga alternatif, pertama; pakai jasa biro travel secara penuh dimana perjalanan sudah diatur dan kalau melibatkan rombongan maka kita harus mengabaikan destinasi pribadi, kedua; memilah mana yang bisa kita lakukan sendiri dan mempercayakan pada guide setempat untuk hal-hal lainnya, sehingga itinerari dan biayanya lebih fleksibel, dan yang ketiga; sepenuhnya dilakukan sendirian, sehingga banyak effort tambahan seperti mencari tempat menginap, namun sangat bebas dalam menentukan destinasi.
Di tempat seperti Dieng yang memiliki banyak pilihan obyek wisata, sepertinya lebih pas menggunakan model kedua. Si Sulung dengan komunitas bikersnya ternyata hanya ke Sikunir dan Sikidang karena kekurangan informasi, lalu menurutnya sepanjang jalan berkali kali terkena berbagai macam retribusi.
Meski belum sempat ke Sikunir untuk melihat sunrise, juga Telaga Menjer dan Tuk Bimolukar, namun perjalanan kami sudah harus berakhir. Namun setidaknya Candi Dieng, Gardu Pandang Tieng, Dieng Theater, Telaga Warna, Bukit Sidengkeng, Batu Pandang, dan Kawah Sikidang sudah kami jelajahi dalam perjalanan menyenangkan ini.
Untuk jalan-jalan sebenarnya ada tiga alternatif, pertama; pakai jasa biro travel secara penuh dimana perjalanan sudah diatur dan kalau melibatkan rombongan maka kita harus mengabaikan destinasi pribadi, kedua; memilah mana yang bisa kita lakukan sendiri dan mempercayakan pada guide setempat untuk hal-hal lainnya, sehingga itinerari dan biayanya lebih fleksibel, dan yang ketiga; sepenuhnya dilakukan sendirian, sehingga banyak effort tambahan seperti mencari tempat menginap, namun sangat bebas dalam menentukan destinasi.
Di tempat seperti Dieng yang memiliki banyak pilihan obyek wisata, sepertinya lebih pas menggunakan model kedua. Si Sulung dengan komunitas bikersnya ternyata hanya ke Sikunir dan Sikidang karena kekurangan informasi, lalu menurutnya sepanjang jalan berkali kali terkena berbagai macam retribusi.
Meski belum sempat ke Sikunir untuk melihat sunrise, juga Telaga Menjer dan Tuk Bimolukar, namun perjalanan kami sudah harus berakhir. Namun setidaknya Candi Dieng, Gardu Pandang Tieng, Dieng Theater, Telaga Warna, Bukit Sidengkeng, Batu Pandang, dan Kawah Sikidang sudah kami jelajahi dalam perjalanan menyenangkan ini.
Informasi rute Dieng – Bandung (via Utara)
Rute #1
Dieng
Batang Rute #1
Tegal
Brebes (via Tol Cipali melewati Cirebon dan Subang)
Bandung
Dieng
Batang Rute #1
Tegal
Brebes (via Tol Cipali melewati Cirebon dan Subang)
Bandung
Rute #2
Dieng
Wonosobo
Purbalingga
Tegal
Brebes (via Tol Cipali melewati Cirebon dan Subang)
Bandung
Informasi rute Bandung – Dieng (via
Selatan)
Bandung (via Tol Purbaleunyi)
Tasikmalaya
Banjar
Purwokerto
Banjarnegara
Wonosobo
Dieng
2 comments:
Saya januari mo maen ke dieng jg pak..saya lg baca2 nih blog bapak. Btw penginapannya permalam berapaan pak? Thanks -angga
Kalau yang kemarin sekitar 250.000 per malam, sepertinya harganya berubah ubah tergantung musim libur, week end atau week day. Selamat berlibur ya :)
Post a Comment