Covernya sudah sangat menarik perhatian, khususnya kutipan kata kata Gandhi yang berbunyi sbb
“Ahlak Mulia Muhammad, dan bukannya pedang yang menyebabkan umat Muslim berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang. Ketika menamatkan biografi Muhammad, saya sedih karena tidak ada lagi yang bisa saya baca tentang kehidupan nan agung itu”.
Membaca kalimat Gandhi, saya jadi ingat persis bagaimana perasaan saya ketika akhirnya menamatkan Muhammad karya Martin Lings, setelah masa masa penuh cinta antara saya dengan Beliau di antara tiang tiang Masjidil Haram, dalam perjalanan menuju Madinah, diantara tiang tiang Masjid Nabawi dan dalam perjalanan menuju Jeddah, ternyata tidak jauh dengan yang dirasakan Gandhi, semakin tipis buku-nya semakin sedih rasanya seakan akan hidup Sang Nabi yang telah berlalu ratusan tahun muncul kembali di depan mata, dan Beliau akan pergi untuk kedua kalinya meninggalkan umat-nya.
Akan tetapi membuka buku ini, agak sedikit penasaran dengan model seleksi yang dilakukan pengarang, karena kadang yang dimunculkan bukan melulu ahlak Nabi Muhammad, melainkan juga kisah2 Nabi yang lain, serta bahkan beberapa kisah sahabat setelah wafatnya beliau, sehingga terkesan tidak begitu sejalan dengan judul-nya, mungkin akan lebih baik jika judul-nya disesuaikan menjadi “Wangi Ahlak Para Nabi dan Pengikutnya” atau “Wangi Ahlak Ala Nabi”.
Salah satu yang menarik justru di Prakata dimana dikutip perjalanan spiritual Malcolm X yang merasa terisolasi dari komunitas kulit putih di US, justru disambut bagaikan saudara sekandung ketika menunaikan perjalalan Haji. Sehingga ini mengubah pandangan ybs dalam memandang ras lain secara lebih positif. Meski akhirnya berakhir dengan tragis, yaitu 21/2/1965 tepatnya jam 15:00, seseorang tidak bertanggung jawab menembak beliau ketika berpidato di Audobon Ballroom, Harlem.
Meski demikian buku yang cukup rinci ini khususnya dalam sejarah para tokoh didalam-nya, tetap memberikan manfaat bagi kita untuk menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari hari. Juga karena bahasa yang mengalir lancar, deskriptif dan disusun dengan ketelitian. Dan lewat buku ini kita belajar tentang keindahan cinta, persaudaraan dan kebajikan. Dan semoga wangi-nya ahlak yang dituliskan dalam buku ini dapat juga kita rasakan semerbaknya.
“Ahlak Mulia Muhammad, dan bukannya pedang yang menyebabkan umat Muslim berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang. Ketika menamatkan biografi Muhammad, saya sedih karena tidak ada lagi yang bisa saya baca tentang kehidupan nan agung itu”.
Membaca kalimat Gandhi, saya jadi ingat persis bagaimana perasaan saya ketika akhirnya menamatkan Muhammad karya Martin Lings, setelah masa masa penuh cinta antara saya dengan Beliau di antara tiang tiang Masjidil Haram, dalam perjalanan menuju Madinah, diantara tiang tiang Masjid Nabawi dan dalam perjalanan menuju Jeddah, ternyata tidak jauh dengan yang dirasakan Gandhi, semakin tipis buku-nya semakin sedih rasanya seakan akan hidup Sang Nabi yang telah berlalu ratusan tahun muncul kembali di depan mata, dan Beliau akan pergi untuk kedua kalinya meninggalkan umat-nya.
Akan tetapi membuka buku ini, agak sedikit penasaran dengan model seleksi yang dilakukan pengarang, karena kadang yang dimunculkan bukan melulu ahlak Nabi Muhammad, melainkan juga kisah2 Nabi yang lain, serta bahkan beberapa kisah sahabat setelah wafatnya beliau, sehingga terkesan tidak begitu sejalan dengan judul-nya, mungkin akan lebih baik jika judul-nya disesuaikan menjadi “Wangi Ahlak Para Nabi dan Pengikutnya” atau “Wangi Ahlak Ala Nabi”.
Salah satu yang menarik justru di Prakata dimana dikutip perjalanan spiritual Malcolm X yang merasa terisolasi dari komunitas kulit putih di US, justru disambut bagaikan saudara sekandung ketika menunaikan perjalalan Haji. Sehingga ini mengubah pandangan ybs dalam memandang ras lain secara lebih positif. Meski akhirnya berakhir dengan tragis, yaitu 21/2/1965 tepatnya jam 15:00, seseorang tidak bertanggung jawab menembak beliau ketika berpidato di Audobon Ballroom, Harlem.
Meski demikian buku yang cukup rinci ini khususnya dalam sejarah para tokoh didalam-nya, tetap memberikan manfaat bagi kita untuk menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari hari. Juga karena bahasa yang mengalir lancar, deskriptif dan disusun dengan ketelitian. Dan lewat buku ini kita belajar tentang keindahan cinta, persaudaraan dan kebajikan. Dan semoga wangi-nya ahlak yang dituliskan dalam buku ini dapat juga kita rasakan semerbaknya.
No comments:
Post a Comment