“Apakah anda mencoba untuk mengajari anak anak muda bahwa semua agama adalah sama ?”, tanya seorang peneliti senior pada Eboo Patel, “Tidak sama sekali, saya cuma ingin menunjukkan pada anak muda bahwa agama punya banyak persamaan, tetapi mereka mempunyai jalan-nya masing masing baik kitab suci, ritual dan para pahlawan-nya” jawab Eboo. “Apa yang saya lakukan adalah bagai menghindari Scylla dan Charybdis” ** dalam kerja sama antar agama.
Menyadari betapa banyak kaum muda yang mendapatkan cara yang salah dalam menyikapi perbedaan keyakinan, Eboo tertarik untuk mendirikan kerja sama antar agama. Hal ini bersumber terhadap kesulitan rasial yang dia hadapi, sebagai imigran India muslim yang besar di Amerika serta sempat mengambil program Doktor di Inggris. Buku ini mengingatkan saya akan pembunuhan massal di Norwegia oleh anak muda yang merasa dirinya terpilih sebagai penerus “Knight of Templar”.
Meski dibesarkan dalam keluarga Islam, sayangnya pengajaran yang di dapat Eboo lebih banyak ke ritual dan bukan esensi, masuk dalam Catholic Workers lalu bertemu Dalai Lama serta akhirnya disadarkan oleh Nenek-nya di India tentang penting-nya melayani sesama manusia. Akhirnya Eboo menemukan keindahan Islam justru lewat para guru besar Oxford.
Terinspirasi oleh karakter Nabi Muhammad khususnya dalam perjanjian Hudaibiyah dan juga puisi2 Rumi, Ebo menemukan kembali Islam, dan menyadari tugas utama-nya adalah sebagai pionir dalam kelompok kerja sama antar agama, untuk memberi kaum muda kesadaran dalam memahami perbedaan. Sungguh suatu buku yang menarik untuk dibaca, tidak salah kalau Bill Clinton memberikan komentar positif pada buku ini dengan “Kisah tentang penemuan dan harapan yang ditulis dengan indah”
** Scylla monster laut dalam mitologi Yunani sementara Charybdis adalah pusaran air diseberang Scylla dimana keduanya adalah hal yang sangat dihindari pelaut pada masa lalu dan menjadi perlambang yang menyatakan kesulitan menghadapi dua hal yang tidak menyenangkan.
Menyadari betapa banyak kaum muda yang mendapatkan cara yang salah dalam menyikapi perbedaan keyakinan, Eboo tertarik untuk mendirikan kerja sama antar agama. Hal ini bersumber terhadap kesulitan rasial yang dia hadapi, sebagai imigran India muslim yang besar di Amerika serta sempat mengambil program Doktor di Inggris. Buku ini mengingatkan saya akan pembunuhan massal di Norwegia oleh anak muda yang merasa dirinya terpilih sebagai penerus “Knight of Templar”.
Meski dibesarkan dalam keluarga Islam, sayangnya pengajaran yang di dapat Eboo lebih banyak ke ritual dan bukan esensi, masuk dalam Catholic Workers lalu bertemu Dalai Lama serta akhirnya disadarkan oleh Nenek-nya di India tentang penting-nya melayani sesama manusia. Akhirnya Eboo menemukan keindahan Islam justru lewat para guru besar Oxford.
Terinspirasi oleh karakter Nabi Muhammad khususnya dalam perjanjian Hudaibiyah dan juga puisi2 Rumi, Ebo menemukan kembali Islam, dan menyadari tugas utama-nya adalah sebagai pionir dalam kelompok kerja sama antar agama, untuk memberi kaum muda kesadaran dalam memahami perbedaan. Sungguh suatu buku yang menarik untuk dibaca, tidak salah kalau Bill Clinton memberikan komentar positif pada buku ini dengan “Kisah tentang penemuan dan harapan yang ditulis dengan indah”
** Scylla monster laut dalam mitologi Yunani sementara Charybdis adalah pusaran air diseberang Scylla dimana keduanya adalah hal yang sangat dihindari pelaut pada masa lalu dan menjadi perlambang yang menyatakan kesulitan menghadapi dua hal yang tidak menyenangkan.
No comments:
Post a Comment