Tuesday, November 27, 2012

Julyan dan Lorong Cahaya

Aku melihat dunia tanpa warna, semua hanya terdiri dari gradasi antara hitam dan putih, dan aku terus berjalan menyusuri sebuah lorong panjang menuju cahaya di ujung-nya. Sosok2 akrab namun sudah meninggal berdiri diujung lorong, seakan akan menyambutku dan diantaranya sosok almarhum Ayah. Anehnya aku bukanlah lelaki dewasa dalam mimpi ini, namun seorang anak lelaki berusia sekitar 8 tahunan. Ayah menyongsongku dan dengan lembut berkata, "nak belum saatnya kau kesini, kembalilah", dan lamat2 aku mendengar desisan alat bantu pernapasan dalam ruang IGD, isak tangis anak dan istriku, dan.... Ya Allah Kau beri aku kesempatan kedua.

Ya itulah cerita Julyan mengenai mimpi-nya di saat koma, akibat serangan jantung lima tahun yang lalu, siapa Julyan ?  ya dia adalah sahabatku, dua minggu yang lalu dia mampir ke meja-ku seraya mengeluh sudah beberapa hari  tidak  enak badan. Lalu dia benar2 pergi selamanya, kemana ? Ya mungkin Julyan kembali menyusuri lorong tersebut kearah cahaya dan kali ini dia tidak pernah kembali.

Julyan juga cerita anak bungsunya sangat traumatis dengan peristiwa itu, dan selalu memegang lengan Julyan kuat2 setiap melewati RS yang sama meski jauh setelah peristiwa itu terjadi seraya berkata, "Papa jangan tinggalkan adek ya". Namun Julyan bersyukur, karena si bungsu menjadi rajin belajar, terobsesi untuk menjadi dokter agar kelak dapat menjaga sang Ayah.




Setelah tujuh bulan dia kembali bekerja di kantor kami, kepercayaan BOD yang sangat tinggi membuatnya harus mengelola Dept baru untuk memonitor deliverable dan penagihan, koordinator inovasi, pengembangan produk baru dalam area mobile apps, di lain pihak berbeda dengan saat dia ada ditempat yang sama pada periode lalu, kali ini dia tidak mempunyai manager, dan semua staff project management harus memberikan laporan langsung pada-nya. Bahkan bukan cuma itu, semua proyek bermasalah harus dia kunjungi dan membuat evaluasi atas hambatan yang ada sekaligus mencari solusi.

Meski Julyan sosok yang penuh semangat, namun fisik-nya dan suasana kantor yang penuh tekanan sepertinya tidak mendukung. BBM nya beberapa hari yang lalu semakin mengisyaratkan keletihan, seperti komentarnya bagi BOD  "to win his heart, everything is a test, it's a constant test all the time".

Hari itu dalam meeting yang tidak aku ikuti karena sedang tidak enak badan, teman2 cerita dia sempat ditegur karena terlihat, pucat, mengantuk dan duduk dengan posisi menyandar. Aneh-nya Julyan yang biasa ramai, hari itu hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Sayang-nya karena suasana meeting yang cukup menekan, tak ada yang benar2 sempat memperhatikan kondisi Julyan. Saat meeting kedua berlanjut, dia meninggalkan ruangan dan juga tas-nya seraya terbatuk batuk menuju mejanya.  Namun batuknya semakin keras dan sepertinya lebih merupakan upayanya untuk mengaktifkan jantung-nya, dia dibawa oleh rekan2 lain meninggalkan kantor, meski dalam perjalanan sempat sadar di IGD di RS Harapan Kita, setelah dilakukan CPR, Julyan meninggalkan kami semua sekitar jam 10:45 siang, Senin 26/11/2012 .

Siapa Julyan ? aku mengenalnya sekitar empat tahun lalu, ketika  Direktur saat itu, mengajak kami berdua diskusi mengenai implementasi Project Management di divisi Managed Services, saat itu dia merupakan karyawan baru. Tak lama kemudian dia dipercaya memimpin PMO Dept sebagai manager. Setahun kemudian dia di promosikan menjadi Division Manager, namun tahun 2011 dia keluar dan kembali lagi bergabung di 2012.

Kenapa Julyan sempat keluar ?, saat itu terjadi reorganisasi di perusahaan kami, sebagian petinggi karena merasa tidak sejalan dengan kebijakan perusahaan, memutuskan untuk membuat perusahaan baru, sebut saja X. Karena Julyan memiliki hubungan dekat dengan salah satu tokoh kunci yang pindah ke X, loyalitasnya jadi diragukan. Tidak nyaman dengan situasi tsb, Julyan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan di bidang content provider.

Menyadari kecurigaan pada Julyan tidak beralasan karena ternyata Julyan tidak bergabung dengan X, dan kebetulan pada saat yang sama perusahaan kami lagi2 memiliki masalah dengan manajemen proyek, maka Julyan kembali dihubungi sekaligus untuk mengklarifikasi "tuduhan" pada loyalitas-nya. Kebetulan perusahaan content provider saat itu sedang mengalami masa sulit akibat tuduhan penyalah-gunaan pulsa, maka tanpa banyak pikir, Julyan memutuskan kembali bergabung. Ketika melihatnya kembali ke kantor, aku cukup terkejut, karena cukup banyak tokoh kunci keluar akibat tekanan yang tinggi, namun sebaliknya Julyan kembali seakan akan menyongsong takdir-nya.

Aku merasa dekat dengan-nya  karena kami sama2 rasional, suka humor, pencinta buku, lahir di bulan yang sama, suka dengan project management, punya sepasang anak dengan urutan yang sama yaitu lelaki lalu perempuan, suka menulis, serta sama2 memiliki istri yang bekerja sebagai dokter (dan bahkan sama2 berjilbab). Julyan juga sering sekali menjadi teman curhat yang asik, kedewasaan yang jauh melebihi umur-nya dan wajah boros-nya meski baru berusia 36 tahun, serta sifat humorisnya.

Saat ada indikasi jantung ku bermasalah ketika MCU dilakukan di kantor kami, meski setelah pemeriksaan dengan CT ternyata negatif, Julyan mampir ke meja ku dan membesarkan hati ku. Sebaliknya aku bertanya bagaimana hasil MCU terkait kesehatan-nya, dia nyengir sambil menjawab kalau dia belum berhak untuk MCU karena dianggap pegawai baru dan belum mencapai setahun masa kerja. Dengan riwayat kesehatan seperti-nya, Julyan seharusnya sangat layak menjalani MCU rutin, bahkan meski harus dengan biaya sendiri.

Beberapa humor yang sering dia angkat seperti "Maju tak gentar, membela yang mbayar" atau ketika dia mengomentari bebasnya gaya anak masa kini berpacaran, sehingga tidak ada lagi "malam pertama" namun "malam reuni", begitu juga ciri khasnya berupa  email2 saat subuh yang sering dia sebut sebagai "serangan fajar". Julyan juga acapkali mengaku keluarga-nya kaya raya tujuh turunan, sayang-nya dia keturunan ke delapan. Masih seputar kaya dan miskin, Julyan juga kadang nyeletuk "Biar miskin yang penting sombong". Selera humor yang khusus membuatnya mudah bergaul dengan segala level, dan semua-nya keluar begitu saja, meski saat meeting sedang serius2nya, sehingga kehadiran-nya sangat terasa dimanapun dia berada.

Aku juga ingat diskusi kami tentang manajemen, Malcolm Gladwell, Robert Greene, musik progressive, konspirasi jatuhnya Soeharto, misteri dibalik kematian Bu Tien, pola makan sehat  bahkan juga cost dan benefit obat2 jantung seperti Lipitor vs Crestor. Dengan Julyan tidak ada bahan diskusi yang asing, dia lebih seperti "ensiklopedi berjalan". Status-nya di BB kadang filosofis dan membuat aku kagum seperti "Allah kini, Allah lagi dan Allah terus" atau menunjukkan ketegasan-nya seperti "Break It or Make It". Untuk menulari para PM agar mempunyai ketegasan yang sama dengan Julyan di lapangan, kadang Julyan menggunakan cara yang sederhana namun mengena misalnya "Tirulah orang Madura, kalau dibunuh ya balas membunuh". Hal ini bagi Julyan perlu, karena kadang para PM menghadapi tuntutan terus menerus dari customer, namun sebaliknya kebutuhan PM diabaikan sehingga mengganggu penyelesaian proyek.

Dilain pihak kicauan-nya di twitter menjelaskan kenapa Julyan tak pernah berhenti belajar seperti "Learning is constant process of discovery, process without end" persis seperti yang diutarakan Bruce Lee dalam buku Andrie Wongso. Kecerdasan-nya juga terlihat saat melakukan interview, alih2 bertanya apakah kandidat lebih senang menjadi member atau leader, Julyan malah bertanya "Apa yang anda pilih ? Ekor Naga atau Kepala Ular ?" dengan pertanyaan seperti ini Julyan langsung mengetes dua hal, intelegensi sekaligus tipe kandidat, untung saja tidak ada yang menjawab "Ekor Ulat".

Julyan juga mahir berdebat, pada salah satu meeting atas undangan customer yang kecewa, customer tersebut secara blak2an menyampaikan kekecewaan yang sangat dan menganggap pertemuan seperti ini tidak ada guna-nya sama sekali. Namun Julyan dengan wajah polosnya malah bertanya dengan tenang, "Kalau bapak kecewa sekali, kenapa kami masih diundang ? terminasi saja pak, karena kalau masih diundang itu tandanya bapak masih percaya kami dapat memperbaikinya". Julyan juga tidak suka permintaan maaf ke customer dia lebih senang menuliskan "We deeply value our relationship with you and are committed to providing you with the highest level of service simply because our customers deserve the best" lalu menambahkannya dengan improvement plan.

Sisi lain dari Julyan terungkap saat beberapa teman mengikuti tahlilan, terlihat seorang pria setengah baya dengan penampilan lusuh hadir dalam acara tersebut. Teman2 bertanya dalam hati siapa kiranya pria tersebut dan apa hubungan-nya dengan Julyan ? Ternyata beliau seorang tukang ojek yang sengaja mengikuti tahlilan dan naik motor di tengah cuaca buruk Desember dari Slipi ke Bintaro Sektor IX demi almarhum. Beliau telah setahun ini menjadi tukang ojek Julyan, yang setia antar jemput Julyan beberapa bulan terakhir dari Stasiun Palmerah - APL (Central Park) serta sebaliknya jika sore. Pada hari kejadian, beliau menunggu nunggu Julyan, dan tak pernah menduga jika Senin pagi adalah kali terakhir beliau dapat mengantar Julyan. Setelah berturut mengirim sejumlah SMS, akhirnya istri almarhum mengundang beliau untuk hadir dalam acara tahlilan. Kehadiran beliau menunjukkan sosok Julyan yang dekat dengan semua kalangan tanpa membeda bedakan latar belakang.

Sehari setelah Julyan berpulang, saat aku menuju ruang meeting, rasanya Julyan seakan akan masih lalu lalang di lorong antara ruang meeting, dan salah seorang rekan yang mejanya berdekatan bahkan seakan akan  masih mendengar tertawa khas-nya, seakan akan kejadian Senin siang tidak pernah terjadi.  Tetapi kami semua harus menghadapi realitas, bahwa Julyan memang sudah benar2 pergi. Kini semua humor2 Julyan tak lagi dapat didengar ataupun wajah bulatnya yang ramah tak lagi dapat dilihat,  diskusi2 panjang via BBM tak lagi mungkin dapat aku lakukan, selamat jalan sahabat, semoga dosa2 mu diampuni, amal baikmu diterima dan Allah memberimu tempat yang terbaik di sisiNya.
 


1 comment:

Aminah said...

Pak Husniiii...
sedih sekali rasanya kehilangan sosok atasan yang juga sosok ayah, teman, sahabat, kakak dan pembimbing bagi anak buah dan teman nya :(

beliau orang yang sangat-sangat baik, selalu ada untuk orang lain, tidak pernah mengeluh tentang penyakit nya, selalu memberi contoh dan mejadi leader yang sangat dikagumi.

sedih rasanya ketika melihat beliau pergi, rasanya seperti kehilangan sosok ayah ku untuk kedua kali nya :(

terimakasih untuk kenangan nya Pak, dengan membaca ini aku bisa lebih mudah mengingat kembali semua candaan beliau.... :(