Thursday, November 01, 2012

Ischemia Heart Disease di Inferior Wall

Apa itu IHDIW ? saya menemukan istilah ini pada hasil treadmill setelah MCU di Bio Medika yang memang dilakukan kantor saya secara rutin setiap tahun. Pada awalnya saya juga tidak tahu apa itu IHDIW , namun ketika sms saya soal ini dibalas istri, saya kaget juga menerima pesan-nya sbb “Papa itu jantung koroner, sangat serius, segera jadikan prioritas !, kalau masih sayang sama mama dan anak2 segera ke Bandung sekarang juga untuk konsul ke cardiolog”. Sms istri itu cukup mengejutkan saya, rasanya kepala saya tiba2 disiram es, dan saya diingatkan bahwa saya masih menyia-nyiakan hidup yang diberikan Allah pada saya.

Hemm hampir dua tahun ini saya setiap pagi selalu mengonsumsi oats, enam bulan yang lalu selalu jalan cepat di pagi hari setengah jam (sampai basah kuyup berkeringat), dan bersepeda di hari minggu kurang lebih sekitar 10 kilometer.  Enam bulan sebelumnya bahkan saya aktif futsal seminggu sekali, dan berhenti karena tendon kaki kanan sobek. Empat tahun yang lalu saya juga bermain tenis secara rutin, 2 jam per minggu. Meski penggemar kuliner khususnya  daging dan memang berbobot cukup berat, saya bukan penggemar usus, jantung, hati, paru dll, kecuali jika komponen2 diatas dimiliki jenis unggas.

Tanggal 18/10/2012 sore saya bertemu dengan Dokter Sugih Sugiantoro di RS Al Ihsan, yang langsung membaca hasil MCU termasuk EKG, hemm cukup deg2an juga menunggu apa kira2 hasil analisa beliau. Wajah serius nya yang ditumbuhi janggut tipis, tanpa kumis dan dahi dengan dua tanda kehitaman tersebut lalu menatap wajah saya. Apakah bapak pernah  sesak ? tidak jawab saya, Nyeri dada ? tidak lagi2 jawab saya, treadmill kemarin dihentikan karena bapak tidak kuat ? lagi2 jawab saya tidak. Hemm kalau begitu saya menyarankan echo test atau coronary CT angio, katanya. Jika tanpa sesak dan nyeri, hasil tread mill jadi meragukan, lanjutnya.  Lalu beliau memberikan rujukan ke Dr. Tan Siauw Koan, seorang spesialis radiologi di RS ST Borromeus.

Dr. Tan Siauw Koan hanya menerima pasien 3 orang perhari, setelah mendaftar di Jumat 19/10/2012, saya kebagian giliran untuk proses CT di hari Rabu 24/10/2012. Seharusnya pada hari yang sama dilakukan juga pemeriksaan darah dan urine, namun karena masih memiliki hasil MCU terakhir, saya bisa langsung ke proses utama-nya saja. Sejak didiagnosa menderita IHDIW saya jadi lebih hati2 khususnya dengan pola makan, dan atas instruksi perawat saya diminta untuk beristirahat secara penuh sebelum proses CT. Setelah puasa sejak jam 12 malam dan paginya mendaftar di radiologi, seorang perawat berwajah ramah mendatangi saya dan menyampaikan denyut nadi tidak boleh lebih dari angka 60, sementara saya masih sekitar 84, apalagi dari basement parkir saya naik tangga dua tingkat ke ruang periksa. Karena denyut masih belum memenuhi syarat saya diminta menenangkan diri selama sekitar setengah jam.



Setelah setengah jam ternyata denyut nadi masih tidak stabil antara 73 sampai dengan 80, maka perawat meminta saya meminum pelambat denyut jantung, lalu tak terasa saya tertidur. Ketika perawat datang lagi dan membangunkan saya denyut-nya masih sekitar 70 an, lalu perawat membawa saya ke ruang isolasi, dan lagi2 saya diminta meminum pelambat denyut jantung, akhirnya tercapailah angka 60 an. Saya lalu dibawa ke ruang CT, dan menanda tangani dokumen “inform concern”, yang menyatakan siap menerima resiko proses CT. Hemm resiko ? ya pemberian cairan kontras kadang berdampak serius terhadap pasien dengan riwayat alergi. Sedih juga ketika menyadari saya harus menanda tangani sendiri form tersebut, karena keluarga sedang berhalangan. Tapi lagi2 ini mengingatkan saya, akan kematian, dimana kita akan mempertanggung jawab-kan-nya  sendirian. Saya juga teringat Ibu saya, yang beberapa minggu sebelumnya bercerita saat2 meski seseorang dibawa ke pemakaman, diiringi keluarga, pasangan, serta kebesaran upacara namun akhirnya ditinggal di makam hanya dengan berbekal takwa. 

Lalu saya menanggalkan semua perlengkapan, termasuk dompet, sisir, samsung mobile, blackberry, ikat pinggang, celana, kunci mobil,  kaos, buku, sampai tinggal celana dalam saja, dan menggunakan baju seksi sekaligus mini berbahan handuk. Kemudian saya berbaring di sebuah tempat tidur putih, dan perawat memasang alat monitor denyut nadi di telunjuk.  Perawat juga memasang infus dengan jarum berukuran besar, hal ini perlu karena cairan kontras yang digunakan termasuk cukup kental. Lalu tempat tidur bergeser ke oven raksasa dengan langit2 hitam, dan saya diminta menahan napas agar gerakan obyek yang di scan tidak berlebihan.

Setelah menahan napas belasan detik, saya dikeluarkan, saya sempat mengira prosesnya sudah selesai, namun perawat mengatakan bahwa tadi baru proses untuk calcium test, untuk mengecek timbunan plak di pembuluh jantung. Lalu saya mulai di-injeksi cairan kontras, karena yang sempat diinjeksi  diawal tadi lebih untuk mengecek reaksi alergi tubuh. Tak lama saya merasa cairan infus dengan deras memasuki tubuh saya, lalu perawat mengingatkan bahwa akan ada rasa panas saat proses CT dilakukan, tak lupa dia memasukkan tablet cedocard dibawah lidah untuk memperlebar pembuluh darah. Lalu saya kembali dimasukkan ke oven raksasa, dan lagi2 menahan napas belasan detik. Tiba2 rasa panas menyelimuti tubuh saya, lalu diikuti rasa mual dan cairan asam yang memenuhi mulut, dan berlanjut dengan pusing yang luar biasa. Sekuat tenaga saya menahan napas sambil menahan cairan asam di mulut, dan tahan,..tahan,.., ya bernapas ! seru perawat akhirnya. Selesailah proses coronary CT angio. Perawat menyampaikan bahwa saya harus segera minum paling tidak dua liter dan sedapat mungkin buang air kecil, agar cairan kontras tidak merusak ginjal.

29/10/2012 saya kembali ke Borromeus untuk cek hasil pemeriksaan, dan diberikan sebuah buku sekitar 20 halaman, beserta summary hasil test sesuai analisa Dr. Tan Siauw Koan dan CD yang berisi aplikasi Philips DICOM viewer dengan foto2  jantung saya, hemm Calcium Test negatif, dan tidak ditemukan plak dalam pembuluh jantung, hemm dengan tegang saya buka bab kedua mengenai hasil Coronary, ternyata semua fungsi juga normal. Alhamdulillah, rasanya saya diberikan Allah kesempatan kedua untuk meningkatkan kualitas hidup saya, sebagai manusia. Seadainya setiap orang menyadari betapa dekatnya kematian, maka tidak akan ada orang yang menyia-nyiakan hidupnya.
 

3 comments:

Anonymous said...

Apa kabar bang Husni? Berarti suspect belum tentu ada apa-apa ya? Lalu kenapa suspect ya? Dadan, tetangga awiligar, himakom 88

Husni I. Pohan said...

Eh ada Kang Dadan, kabar baik nih, sementara sih memang belum ada apa2, akurasi memang salah satu problem-nya, itu sebabnya diperlukan alat lain untuk memastikan, dan kata "tukang parkir sebelah" CT salah satu yang terakurat.

sanctuaire said...

pak husni, tulisan bapak sangat membantu. .
saya mau bertanya mengenai biaya CT atau echo test..karena saya juga mengalami hal serupa dengan hasil MCU saya..mohon infonya ya pak..dapat dikirim ke k_rory@yahoo.com. .terima kasih banyak. .