Buku tipis 144 halaman ini sangat menggoda, dan menjadi introspeksi yang menarik bagi Indonesia dengan memahami sudut pandang bangsa lain. Meski kebanyakan orang Indonesia mengagumi Jepang, namun ternyata ada juga Jepang yang mengagumi Indonesia. Siapa Kato ?Hisanori Kato sendiri saat ini adalah seorang Profesor dan tinggal di Osaka. Pengalaman-nya berinteraksi dengan Indonesia lah yang menjadi sumber penulisan buku ini.
Apakah Kato, sepenuhnya membandingkan-nya dengan Jepang ? Sebenarnya tidak, dengan latar belakang Kato yang pernah tinggal di Seattle-Amerika, Sydney-Australia dan Manila-Pilipina, tentu ada alasan kenapa Indonesia begitu istimewa di matanya. Menurut Kato, di negara2 maju, kehidupan berjalan dengan nyaris sempurna, orang2 cenderung individualias alias tak perduli dengan orang lain, tidak sabaran dan sangat penuntut. Cara yang keras dalam menjalani kehidupan membuat angka bunuh diri dan ketidak bahagiaan justru relatif tinggi. Di Indonesia orang2nya sangat toleran, pemaaf dan suka menolong orang lain, dan banyak orang tetap bahagia meski hidup berjalan dengan sulit.
Ada beberapa hal yang bagi Kato sangat menarik, misalnya kata "tidak apa2" yang mencerminkan kebesaran jiwa, budaya "terlambat" dan cara Indonesia merencanakan sesuatu yang cenderung "bagaimana nanti" dan bukan "nanti bagaimana". Kesemua hal yang sangat khas Indonesia ini lah yang membuat Kato selalu merindukan Indonesia disamping masakan penuh rempah yang menjadi kegemaran-nya. Tidak tanggung2 Kato bahkan penggemar berat masakan Padang.
Siapakah tokoh2 Indonesia yang dipotret oleh Kato ? mulai dari sosok sederhana seperti pembantunya, pemilik warung langganan, tokoh akademi seperti Mohammad Sobary atau bahkan kelas Gus Dur. Khusus Gus Dur mendapat tempat khusus di hati Kato, dan dia ikut menangis saat kepergian tokoh pluralis unik ini.
Dalam menyelami kehidupan masyarakat Indonesia, tidak tanggung2, Kato bahkan pernah mencoba jadi pengamen, meski karena niat awal untuk balas dendam pada masyarakat Indonesia yang berulang kali mencopetnya di kendaraan umum. Dan hasil dari balas dendam ini justru membuat cinta-nya bertambah besar. Kato selain kecopetan, juga mengalami pengalaman khas Indonesia seperti banjir, naik ojek, naik busway, naik kopaja, dll. Pilihan kata dalam buku ini agak unik, terkesan dibuat sendiri semuanya oleh Kato. Namun tetap termasuk lancar dibaca.Hemm buku yang menarik, ringkas dan padat.
Apakah Kato, sepenuhnya membandingkan-nya dengan Jepang ? Sebenarnya tidak, dengan latar belakang Kato yang pernah tinggal di Seattle-Amerika, Sydney-Australia dan Manila-Pilipina, tentu ada alasan kenapa Indonesia begitu istimewa di matanya. Menurut Kato, di negara2 maju, kehidupan berjalan dengan nyaris sempurna, orang2 cenderung individualias alias tak perduli dengan orang lain, tidak sabaran dan sangat penuntut. Cara yang keras dalam menjalani kehidupan membuat angka bunuh diri dan ketidak bahagiaan justru relatif tinggi. Di Indonesia orang2nya sangat toleran, pemaaf dan suka menolong orang lain, dan banyak orang tetap bahagia meski hidup berjalan dengan sulit.
Ada beberapa hal yang bagi Kato sangat menarik, misalnya kata "tidak apa2" yang mencerminkan kebesaran jiwa, budaya "terlambat" dan cara Indonesia merencanakan sesuatu yang cenderung "bagaimana nanti" dan bukan "nanti bagaimana". Kesemua hal yang sangat khas Indonesia ini lah yang membuat Kato selalu merindukan Indonesia disamping masakan penuh rempah yang menjadi kegemaran-nya. Tidak tanggung2 Kato bahkan penggemar berat masakan Padang.
Siapakah tokoh2 Indonesia yang dipotret oleh Kato ? mulai dari sosok sederhana seperti pembantunya, pemilik warung langganan, tokoh akademi seperti Mohammad Sobary atau bahkan kelas Gus Dur. Khusus Gus Dur mendapat tempat khusus di hati Kato, dan dia ikut menangis saat kepergian tokoh pluralis unik ini.
Dalam menyelami kehidupan masyarakat Indonesia, tidak tanggung2, Kato bahkan pernah mencoba jadi pengamen, meski karena niat awal untuk balas dendam pada masyarakat Indonesia yang berulang kali mencopetnya di kendaraan umum. Dan hasil dari balas dendam ini justru membuat cinta-nya bertambah besar. Kato selain kecopetan, juga mengalami pengalaman khas Indonesia seperti banjir, naik ojek, naik busway, naik kopaja, dll. Pilihan kata dalam buku ini agak unik, terkesan dibuat sendiri semuanya oleh Kato. Namun tetap termasuk lancar dibaca.Hemm buku yang menarik, ringkas dan padat.
2 comments:
Baca artikel di detik news pagi siang ini jadi inget artikel bapak:)
http://news.detik.com/read/2012/12/16/093409/2119652/10/cerita-orang-jepang-soal-janji-insya-allah-dan-islam-di-indonesia?n990102mainnews
Semalam baru kelar baca bukuny, Bang
Post a Comment