Thursday, February 11, 2016

Ketawa Bareng Bung Besar - Eddi Elison

Tadinya sebagai mantan reporter TVRI yang bertugas meliput kegiatan kepresidenan, saya kira Eddi menulis semua pengalaman pribadinya saat berinteraksi dengan Soekarno alias Bung Besar, namun 55 cerita lucu ini ternyata juga dihimpun dari sana sini. Misalnya tulisan Mangil, Guntur, Oei Hong Kian dan beberapa tokoh lainnya. 

Kenapa cuma 55 ? , Eddi ingin fokus pada sisi humanis Soekarno, misalnya saat beliau tanpa canggung membenarkan dasi orang-orang disekitarnya, atau menyamar dan makan sate di pinggir jalan, serta berhutang pada salah Oei Hong Kian yakni dokter gigi langganan beliau. Beliau juga biasa menegur orang-orang disekitarnya yang tidak berjalan tegak.




Juga kerendahan hati beliau saat memuji Roeslan Abdulgani di depan banyak orang, dengan pepatah Jawa "Kebo Nyusu Gudel" alias kerbau menyusu pada anaknya, untuk menggambarkan meski Roeslan Abdulgani diakunya sebagai murid, namun selang beberapa lama justru beliaulah yang belajar pada Roeslan. Sikap ini sangat berbeda dengan Soeharto saat banyak orang menganggap Sudjono Humardani memiliki ilmu spiritual diatas Soeharto. 

Kisah ini juga menceritakan bagaimana beliau berpikir dengan cara yang praktis dan tidak diduga-duga, misalnya saat merencanakan Patung Dirgantara, menolak usulan setengah bercanda Hoegeng untukk mencari model wanita, beliau memilih pematungnya sendiri alias Edhi Soenarno, yang meski tidak rupawan namun gagah, demikian kata  Soekarno.

Menguasai berbagai bahasa asing dengan fasih, dikagumi oleh banyak bangsa, tak membuat beliau harus malu makan dengan menggunakan tangan, dan tak lupa dengan selera beliau yang sangat Indonesia seperti ubi, sayur lodeh, sambal dan ikan asin. Bahkan beliau mengeritik tamu-tamu Indonesianya jika memilih makan dengan menggunakan sendok dan garpu. 

Sehari hari di kediamannya beliau menerima banyak sekali surat yang meminta nama bagi bayi yang baru dilahirkan, disalin oleh salah satu kepercayaaannya, beliau minta dibacakan dan meminta staffnya membalas satu demi satu surat tersebut. Ada yang diberi nama Castro, Lumumba bahkan beliau memberi nama bagi salah satu bayi suku Dayak dengan Jokokarto.  

Kenakalan khas pria Soekarno juga tak luput seperti saat mengatakan "Ing Jepang mbonten wonten ingkang 'sugeng'" saat bercanda dengan Oei Hong Kian. Demikian juga saat tertarik dengan salah satu penari di Istana yang akhirnya dinikahi beliau, atau ledekannya pada istri Duta Besar Amerika karena postur wanita Amerika yang setelah menikah umumnya jadi jauh lebih subur. Tak lupa kisah saat beliau meminta pramuniaga Amerika saat berkunjung ke Amerika berjejer untuk memilih ukuran "kacamata" bagi istri beliau. Sedikit dikisahkan juga cerita pacaran beliau saat remaja dengan noni-noni Belanda. 

Kisah menarik lainnya adalah saat berinteraksi dengan berbagai pemimpin dunia, seperti Eisenhower, Kennedy, Nixon, Castro, Sihanouk dan juga Khrushchev. Terlihat sekali bagaimana Soekarno yang berkarakter dapat mengimbangi para pemimpin dunia dimasa itu, seperti saat memutuskan pulang karena Eisenhower membiarkan beliau menunggu 10 menit, atau "mengadu" Rusia dan Amerika saat Indonesia membutuhkan bantuan.  

Tentu tidak seru lagi kalau semua saya ceritakan disini, bagi saya buku 250 halaman ini tetap menyajikan sesuatu yang baru dari Soekarno Sang Proklamator, dan melengkapi buku-buku sebelumnya tentang beliau. 


No comments: