Friday, June 22, 2018

Jalan-Jalan ke Belitung Part #5 dari 8 : Vihara Dewi Kwan Im, dan Santika Premiere


Begitu tahu saya sekeluarga letih, Ajie memanfaatkan jalur baru untuk langsung parkir di bagian atas. Nampak Patung Dewi Kwan Im dengan warna semen, menjulang dan menghadap Pantai Burung Mandi, di bagian paling atas Vihara yang konon sudah ada sejak tahun 1747 ini. Secara arsitektur bangunan, saya kira Vihara yang pernah kami kunjungi di Penang terlihat lebih indah, dan secara patung Dewi Kwan Im, yang kami kunjungi di Hatyai, Thailand juga terlihat lebih artistik dengan warna emasnya, namun untuk ukuran lokal, destinasi ini sudah cukup memenuhi ekspektasi wisatawan. 




Karena Pantai Burung Mandi menurut Ajie kurang lebih seperti Pantai Serdang dan tidak seistimewa pantai-pantai di sekitar Tanjung Pandan, kami memutuskan destinasi wisata terakhir cukup Vihara Dewi Kwan Im saja. Lalu kami langsung menuju Tanjung Pandan melewati jalan yang berbeda, namun kali ini jalannya cukup rusak. Setelah menempuh sekitar 73 km, akhirnya kami tiba saat sore. 




Hotel Santika Premiere cukup besar, memiliki arsitektur yang bagus, relatif masih baru dan semua jendela yang menghadap pantai. Kamar-kamar tertentu memiliki kolam terpisah dengan kolam utama, persis dibawah balkon.  Setiap balkon disediakan kursi nyaman dengan pandangan langsung ke laut lepas. Para karyawan di hotel ini juga secara umum ramah dan helpfull. Meski jauh dari kota Tanjung Pandan, namun sangat dekat dengan Pantai Tanjung Tinggi. Cukup dengan menyewa sepeda atau skuter listrik, kita bisa menyusuri pantai menuju Pantai Tanjung Tinggi sekitar 4 km dari hotel. 








Masing-masing kamar dilengkapi dengan 4 botol Le Minerale, Istri langsung komentar betapa dominannya Le Minerale, sepanjang hari sepertinya kami tak pernah melihat Aqua di Belitung sini, sebaliknya Le Minerale ada dimana2, termasuk minuman di warung dan yang disediakan Enjoy Tour dan Travel. 

Karena masih capai, kami mendiskusikan pada pihak travel untuk rencana makan malam di Raja Seafood dipindah menjadi makan siang di hari terakhir saja. Ajie lalu kembali ke Tanjung Pandan. Namun istri cukup kaget ketika pihak front office menyebutkan biaya buffet per orang untuk makan malam sebesar IDR 350.000.  Ketika saya coba cek ke restoran informasi yang diperoleh berubah menjadi IDR 250.000 per kepala. Akhirnya kami memutuskan ala carte saja, ternyata Nasi Goreng Ikan Asin dan Mie Godognya enak. Kami makan di sisi restoran yang menghadap laut, sambil menghirup bau laut dan merasakan tiupan angin malam.

Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2018/06/jalan-jalan-ke-belitung-part-6-dari-8.html


No comments: