Friday, June 22, 2018

Jalan-Jalan ke Belitung Part #6 dari 8 : Bersepeda ke Pantai Tanjung Tinggi, Pulau Batu Garuda, Pulau Pasir, dan Pulau Lengkuas.


Pagi hari, saya berdua dengan istri langsung sarapan dan menuju lobby depan untuk menyewa dua sepeda. Nyaris saja kami tak kebagian, karena hanya ada dua sepeda tersisa. Kami langsung mengayuh sepeda ke arah Pantai Tanjung Tinggi, jalannya mulus dan naik turun, saat tanjakan kami mendorong sepeda, dan meluncur cepat saat turun, setelah sekitar 4 km, kami akhirnya sampai di sebuah restoran bernama Lemadang Seafood and Grill. Kami langsung ke halaman belakang lewat samping dan menemukan konfigurasi berbagai batu raksasa, yang seakan akan dilempar begitu saja ke pantai dengan air yang sangat jernih. Saat perjalanan pulang kami sempat tergoda melihat gerbang masuk ke Hutan Bakau, sayang waktu sudah sangat sempit. Menjelang jam 8 kami kembali ke hotel untuk bersiap siap, untuk seharian eksplorasi pulau-pulau kecil di sekitar Belitung. 




Berbeda dengan hari pertama, kali ini Ajie sudah standby sejak jam 07:30, sekitar jam 09:00 dengan menggunakan pakaian renang kami langsung menuju pelabuhan Tanjung Kelayang. Kegiatan hari ini dikenal dengan Island Hopping, yakni kunjungan ke beberapa pulau berdekatan.  Sebelum masuk area pantai, kami membeli minuman dan roti khusus untuk ikan. Tak lama perahu kecil kami pun siap, dan kami langsung menaiki kapal menuju Pulau Pasir.  Dekat dengan pelabuhan nampak sekumpulan batu ditengah laut yang mirip dengan kepala Burung Garuda, lokasinya relatif sangat dekat dengan Pantai Tanjung Kelayang. Namun kami tidak berhenti di Pulau Burung Garuda, karena memang karang disekitarnya menyulitkan perahu membuang sauh, sekaligus untuk menjaga habitat disekitar pulau tsb.    




Di kejauhan nampak beberapa kapal sudah membuang sauh disebuah onggokan pasir, yang saat pasang ternyata bisa menghilang.  Selain hanya ada pada waktu tertentu, pulau ini menarik karena seakan-akan menjadi tempat kounitas Bintang Laut berukuran besar dan gemuk dengan warna coklat kemerahan dan duri-duri tumpul berwarna coklat gelap.  Dari Pulau Pasir kita bisa melihat semacam pulau batu, dengan beberapa pohon kelapa yang disusun dengan indah.  Si Bungsu memutuskan menebus seekor penyu seharga IDR 25.000 untuk dilepas di pinggir Pulau Pasir. 







Tak lama kamipun kembali menaiki kapal meninggalkan Pulau Pasir yang unik menuju Pulau Lengkuas yang terkenal dengan Mercusuar tua buatan 1882 dan masih aktif hingga kini.  Dalam kegiatan Island Hopping ini, Pulau Lengkuas merupakan pulau terjauh. Pemandangan di Pulau Lengkuas mungkin salah satu yang terbaik di Belitung. Namun laut yang surut tak memungkinkan perahu kami mendekat dan terpaksa menggunakan perahu kecil dengan biaya IDR 20.000 per orang untuk menginjakkan kaki di pulau. Karena banyaknya wisatawan disekitar mercusuar, maka saya memilih eksplorasi ke sisi kanan, dimana terdapat batu-batu berukuran besar yang mengingatkan saya akan cover album group progressive rock asal Inggris alias Yes dengan ilustrator Roger Dean. 






Setelah menikmati Kelapa Muda dan beberapa potong Pempek Goreng, kami lanjut ke mercusuar, sayang hanya diperbolehkan sampai lantai tertentu saja, padahal konon kabarnya salah satu pemandangan terbaik ada di puncak mercusuar. Ternyata bangunan ini dibuat dari logam yang dirangkai dengan sekrup-sekrup berukuran besar. Suara percakapan pengunjung dalam mercusuar ini menggema dan agak bernuansa mistis. Lantai bajanya basah dan dingin dengan air menggenang disana sini. 








Lalu kami menuju lokasi snorkling di sekitar Pulau Lengkuas, anehnya nelayan membuang jangkar besar begitu saja ke arah kumpulan karang dimana ikan-ikan berdiam. Saya jadi teringat Pulau Kanawa di NTT yang melarang perahu membuang jangkar sembarangan, dan membuat dermaga panjang dimana kapal dapat menambatkan perahu tanpa merusak habitat karang dengan jangkar mereka. Sepertinya pemerintah setemnpat harus memikirkan cara yang paling baik untuk menyelamatkan habitat karang yang didiami ikan hias di sekitar Pulau Lengkuas. 




Lalu saya dan istri serta Si Bungsu langsung terjun, wuih airnya terasa segar dan dingin, dan ikan-ikan nya ternyata sangat banyak serta jinak layaknya ikan-ikan di Puau Rubiah, Sabang. Saat memberikan serpihan biskuit, ikan yang datang menjadi lebih banyak lagi. Saya memilih menggunakan kacamata selam biasa ketimbang kaca snorkling karena memang sesuai dengan mata saya yang sudah minus 4. Saya juga lebih memiilih menceburkan diri tanpa pelampung, agar bisa lebih bebas bergerak. 

Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2018/06/jalan-jalan-ke-belitung-part-7-dari-8.html

No comments: