Aku seorang pencinta musik, mewarisi minat ini dari ayah
yang menyukai musik klasik, dan juga
lagu-lagu daerah seperti Trio Golden Heart. Saat kami kecil, ayah juga
membelikan album-album Koes Plus. Jadi pengaruh pertama dalam musik adalah dari
ayah, namun yang kedua aku rasa adalah dari Kak Eli.
Namun Kak Eli yang juga sangat menyukai musik, dan juga
memilki pengaruh dalam selera musik ku seperti Elvis Presley (yang poster
besarnya selalu tersenyum padaku saat masuk kamar Kak Eli), juga Stevie Wonder
(yang nadanya selalu terkesan merintih dan agak melolong), Dream Express
(kompilasi slow rock dari Atlantic Records yang menjadi cikal bakal ku saat
mulai mendalami music rock), dan Queen (dikenalkan Kak Eli saat kami sudah
pindah ke Bandung).
Khusus Michael Frank, aku rasa Kak Eli mulai suka ini
setelah dikenalkan oleh paman alias Tulang Nawawiy. Album-album awal nya memang
benar-benar berkelas, seperti The Art of Tea yang diiringi musisi sekelas David
Sanborn, Larry Carlton, Joe Sample, dll.
Kak Eli bukan hanya suka musik, dia juga sempat ikut
kompetisi di Gedung pertunjukan terbesar bernama Lila Buana, saat kami tinggal
di Denpasar. Sayang Kak Eli gagal (kalau tak salah Kak Eli membawakan lagu
karya Titiek Puspa berjudul Bing yang dibuat saat Bing Slamet berpulang dan
juga Renjana), namun dari kompetisi ini juga Kak Eli mendapatkan pengalaman dan
sahabat seperti salah satunya Bambang Papilaya, peserta yang sengaja ke Bali
setelah gagal menjadi wakil Surabaya. Aku ingat Kak Eli menyimpan buku catatan
musik Bambang Papilaya yang berisikan karya2nya dan banyak ilustrasi ala
vignete.
Menjelang Bulan Ramadhan, rumah kami di Denpasar ramai
dengan remaja Islam sekitar, yang menyanyikan lagu-lagu bernuansa Islami,
seperti Sebelas Bintang. Salah satu gitaris andalan adalah seorang pemuda
tampan bernama Ansor yang mengiringi Kak Eli bernyanyi. Saking berkesannya latihan-latihan
yang mereka lakukan, aku masih ingat syairnya sbb;
Sebelas
bintang, matahari dan rembulan
bersujudlah
kepadanya
rupawan nan
bagai malaikat
sangatlah
indah berseri wajahnya
Tujuh
tangkai daun nan hijau
ditambah
tujuh tahun musim kemarau
Nabi Yusuf
tiada berdendam
walau Ia
disakiti.
Yusuf...Yusuf…
Alaihi…
Salam....
Saat di Bandung Kak Eli juga pernah membelikan aku karya
seni dalam bentuk foto printing di pigura kayu dengan gambar Marillion album Fugazi
dan Marillion single Assassing. Berkat informasi dari Kak Eli juga aku
mendapatkan nyaris seluruh piringan hitam Genesis dari almarhum kolonel TNI yang merupakan ayah dari Adam, salah
seorang yunior Kak Eli yang bekerja di hotel milik Panghegar Group. Kak Eli memang
masih terus meneruskan hobbynya menyanyi di Bandung, dan beberapa kali aku sempat
mengantar Kak Eli latihan di daerah Gandapura dengan band leader bernama Joko
yang berkacamata super tebal, layaknya pantat botol.
Aku ingat betapa kagumnya Kak Eli akan Joko yang menyukai
musik-musik ala Carpenters, Kate Bush, ataupun Manhattan Transfer. Namun Joko
yang membuat Kak Eli kagum tsb, terhenyak saat aku menjawab pertanyaannya soal
siapa artis favoritku dengan menyebut nama Frank Zappa. Ya, Kak Eli memang bisa
dengan mudahnya dekat dan kagum akan temannya yang memiliki keahlian dalam
musik, salah satu yang aku ingat mahasiswa Unpar bermarga Nainggolan yang mahir
bermain piano.
Ketika pertengahan September 2018, aku sedang jalan bersama Bang Royce, salah satu sepupu dari garis ayah, beliau mengenang saat Kak Eli remaja liburan di rumah mereka sekitar awal tahun 1980 an, di bilangan Kayumanis, Jakarta. Pada saat itu mereka menyanyikan Africa karya Toto keras-keras (dari album Toto IV yang dirilis tahun 1982). Bang Royce sempat terkejut melihat selera musik Kak Eli yang di zaman itu cukup berbeda dengan kebanyakan remaja.
Ketika pertengahan September 2018, aku sedang jalan bersama Bang Royce, salah satu sepupu dari garis ayah, beliau mengenang saat Kak Eli remaja liburan di rumah mereka sekitar awal tahun 1980 an, di bilangan Kayumanis, Jakarta. Pada saat itu mereka menyanyikan Africa karya Toto keras-keras (dari album Toto IV yang dirilis tahun 1982). Bang Royce sempat terkejut melihat selera musik Kak Eli yang di zaman itu cukup berbeda dengan kebanyakan remaja.
Saat Kak Eli bekerja di Hotel Homann, jika ada even musik berkualitas,
Kak Eli juga tak lupa mengabari aku, misalnya Didier Lockwood, violin Perancis
dengan aliran jazz yang pernah menghasilkan karya Bersama dengan Allan
Holdsworth, dan juga band fusion Uzeb.
No comments:
Post a Comment