Di Pulau Pahawang Besar terdapat sekitar 15 homestay dan 10
cottage, tadinya saya membayangkan akan mengelilingi pulau ini dengan berjalan
kaki, sebagaimana yang saya lakukan dahulu di Gili Trawangan, namun tak jadi
karena ternyata cukup luas dan terdiri dari 6 desa. Total luas pulau ini
sekitar 1084 hektar.
Tak lama berlayar terlihatlah, kumpulan cottage yang saling
berhubungan dengan dermaga kayu satu sama lain, layaknya landscape Maldives,
namun cottage di sini terinspirasi dari bangunan kayu Suku Sasak di Lombok.
Setiap rumah memiliki tangga dibagian teras depan yang langsung bersentuhan
dengan laut yang sangat jernih. Terpikir oleh saya bagaimana jika kita beranag
terjadi proses pembuangan dari setiap kamar, ternyata ada jaringan pipa yang
membuat berenang disini tetap aman. Kami langsung beristirahat dan meluruskan
kaki yang pegal selama perjalanan.
Karena cuaca yang cukup terik, AC di kamar sepertinya tidak
kuasa membuat ruangan menjadi sejuk, maka kedua pintu baik yang menghadap laut
maupun pulau, kami buka selebar mungkin. Saya memilih duduk2 di teras, sampai
mendadak petugas cottage mengatakan pada saya ada seseorang tamu bernama Abdul
Hamid ingin bertemu saya. Wah aneh juga ? bagaimana mungkin ada seseorang di
lokasi ini mengenal saya, demikian terbersit dalam pikiran saya. Ternyata pak
Abdul Hamid adalah penjual kelapa muda di Pahawang Keciil, beliau menutup
warungnya lebih awal, karena menemukan kunci mobil saya yang terjatuh saat minum kelapa. Untung saja.
Pak Abdul mendengar percakapan saya dengan salah satu pengunjung, jadi dia tahu
dimana saya menginap. Lalu beliau segera berlayar dari Pahawang Kecil ke ujung
Pahawang Besar, dan menaiki motor melintasi jalan setapak yang cukup jauh dr
ujung pulau untuk mengembalikan kunci pada saya. Ajaibnya beliau menolak uang
sebagai tanda apresiasi kejujuran beliau. Benar2 salut, dengan kejujuran dan
semangat beliau membantu orang lain, teringat office boy yang menemukan HP
istri disalah satu lokasi kuliner di Kliningan, Bandung.
Menjelang sore, semua berangkat ke lokasi snorkling
berikutnya bersama Bang Kosim, yakni lokasi yang jauh lebih dalam, ketimbang
lokasi pertama, sementara saya memutuskan untuk tetap di teras kamar untuk
menikmati sunset. Waktu serasa berhenti berputar melihat kapal nelayan melintas
perlahan di cakrawala, dibelakangnya lapisan gunung demi gunung yang saling
menumpuk, matahari yang memancarkan sinar kemerahan dan memantul di laut, awan tipis berarak di
kejauhan tiupan angin pantai nan segar.
Menjelang malam, kami makan disalah satu cottage yang
didesain seperti restoran / bar kecil, dilengkapi kursi2 kayu dengan payung
kain lebar dengan pemandangan laut lepas. Anehnya menunya ayam goreng he he.
Sekitar jam 21:00 Bang Kosim mampir ke cottage kami membawa berbagai ikan2 segar yang sudah dibakar dengan bumbu buatannya sendiri yang ternyata sangat lezat. Ah benar-bena rliburan yang mengasikkan. Kami makan ikan bakar ditemani sinar rembulan dr belakang pulau, sambil menikmati pemandangan malam ke pegunungan Lampung, dengan lampu samar2 dan suara genset
Sekitar jam 21:00 Bang Kosim mampir ke cottage kami membawa berbagai ikan2 segar yang sudah dibakar dengan bumbu buatannya sendiri yang ternyata sangat lezat. Ah benar-bena rliburan yang mengasikkan. Kami makan ikan bakar ditemani sinar rembulan dr belakang pulau, sambil menikmati pemandangan malam ke pegunungan Lampung, dengan lampu samar2 dan suara genset
Keesokan paginya setelah menikmati sunrise yang mucul dari
sisi kanan pulau, kami berjalan-jalan di perkampungan Pahawang Besar, lalu
kembali ke cottage dan berenang disekitar cottage bersama ikan-ikan kecil. Tak
lama pelayan restoran mengantar sarapan nasi goreng kami yang terasa nikmat
setelah lelah berenang. Sekitar jam 08:00 kami check out dan kembali snorkling
di lokasi ke tiga.
Lokasi ketiga memiliki topografi laut yang unik, karena ada
banyak tonjolan karang yang bisa menjadi lokasi istirahat sebelum aksi snorkling
berikutnya. Perasaan kami layaknya burung yang terbang dari satu pucuk pohon ke
pucuk lainnya melewati lembah yang dipenuhi berbagai karang laut warna warni
dan ikan-ikan yang indah. Namun di lokasi ini ada banyak sekali hewan semacam
ubur-ubur yang saat menyentuh kulit terasa seperti digigit semut2 kecil. Tak
urung keponakan kami terkecil sempat meraung dan menangis tak henti2 saat
merasakan sengatan ubur2 tsb.
Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan.html
Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan.html
No comments:
Post a Comment