Buku ini berkesan suram, murung, gelap, didominasi dengan warna2 hitam, dan dihantui mahluk2 aneh yang ada dalam alam pikiran David dan muncul dimana saja dalam buku ini. Apa yang tergambarkan di buku ini adalah curahan hati sebuah keluarga dengan tiga anak, dua lelaki dan satu wanita sekaligus sebagai anak bungsu dimana David sendiri merupakan anak kedua. Kenapa judulnya epileptik, ya karena memang asal muasal buku ini bersumber dari penderitaan keluarga tersebut dalam upayanya untuk menyembuhkan abang David, yaitu Jean Christophe, yang sejak kecil terus menerus diserang epilepsi.
Ceritanya bermula dari sejarah keluarga David, dimulai dari kakek dan nenek dari ayah dan ibu David, sampai dengan David bersaudara akhirnya mencapai masa dewasa. Entah sudah berapa dokter, dukun voodoo, terapis magnetik, ahli makrobiotik, akupuntur yang pernah mereka datangi, namun penyakit Christophe tetap tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini diperparah oleh karakter Christophe yang cenderung “anak mama” sehingga dia lebih nyaman tergantung pada orang sekeliling-nya, khususnya ibu mereka dibanding mencoba untuk mandiri.
Pada masa2 ini, episode yang menarik adalah saat kakek David meregang nyawa, dan dalam imajinasi David, kakeknya bertransformasi menjadi manusia burung, yang akhirnya muncul dalam berbagai episode hidup-nya khusus-nya mimpi2 David. Sejak meninggalnya kakek, maka manusia2 berkepala binatang makin sering muncul dalam komik ini.
Pada saat2 frekuensi kambuh meningkat, Christophe secara psikologis bisa menjadi sangat kasar, dan bahkan mampu memukul ayah ataupun menendang ibu-nya sendiri. Hal ini disebabkan oleh karakter nya yang masih belum dapat berdamai dengan penyakit yang dia derita. Ketika serangan dapat terjadi 3x sehari, maka Christophe dapat merusak liburan, mempermalukan keluarga, jatuh begitu saja di jalanan, dan berbagai hal lain yang secara psikologis harus dihadapi oleh David dan keluarga-nya. Belum lagi pandangan masyarakat yang seringkali justru seakan akan menjadikan momen ini sebagai tontonan, dan menganggap penderita dan keluarganya seakan akan sebagai korban kutukan.
Tertekan oleh situasi ini, David, dapat menjadi sangat kasar pada abang-nya, memukul-nya, sengaja memancing agar penyakit-nya kumat, mengencingi bak mandinya, dan bahkan mengusirnya. Dan semuanya dia ceritakan dengan sangat jujur dan apa adanya. Saat saat David sudah tidak sanggup mengendalikan emosinya, maka pelariannya adalah hutan disamping rumah, dimana dia dapat bertemu mahluk2 dari alam pikiran-nya. Situasi ini juga membuat David yang memang punya hobi menggambar semakin intens menekuni minat-nya, dan kelak menjadi profesi-nya. Apakah David membenci abang-nya, saya rasa tidak, hal ini lebih diakibatkan kebencian-nya pada penyakit abang-nya yang dia gambarkan sebagai Naga. Karakter David yang introvert juga sangat terlihat jelas pada buku ini, dan situasi ini membuat dia semakin memilih untuk berkomunikasi dengan alam mimpi-nya.
Membaca buku ini cukup berat secara psikologis, suasana muram yang dirasakan David dengan cepat menular pada para pembaca-nya. Rasanya kita terlibat secara emosionil dan ingin menolong meringankan beban yang dirasakan keluarga David walau tak mampu. Juga mengingatkan saya akan seorang teman di masa sekolah menengah, yang sangat cerdas dan tampan, namun semua kesan itu berubah saat dia kejang kejang dengan mulut berbuih di lantai kelas, dan menyebabkan sebagian anak perempuan histeris dan akhirnya menghindari ybs. Saya juga tak pernah menduga efek-nya pada keluarga sebesar apa yang digambarkan oleh David. Namun dengan membaca buku ini serta mengerti perasaan keluarga, membuat kita bisa lebih fair dalam memperlakukan penderita dan keluarga.
Namun kita patut mengapresiasi karya ini, karena David dapat mengubah penderitaan-nya menjadi prestasi, dan pengakuan atas karya-nya ini diterima dari Time, The Comics Journal, dan San Fransisco Chronicle. Satu hal yang sangat saya kagumi dari David adalah kejujuran-nya dalam mengungkapkan apa yang terjadi.
Ceritanya bermula dari sejarah keluarga David, dimulai dari kakek dan nenek dari ayah dan ibu David, sampai dengan David bersaudara akhirnya mencapai masa dewasa. Entah sudah berapa dokter, dukun voodoo, terapis magnetik, ahli makrobiotik, akupuntur yang pernah mereka datangi, namun penyakit Christophe tetap tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini diperparah oleh karakter Christophe yang cenderung “anak mama” sehingga dia lebih nyaman tergantung pada orang sekeliling-nya, khususnya ibu mereka dibanding mencoba untuk mandiri.
Pada masa2 ini, episode yang menarik adalah saat kakek David meregang nyawa, dan dalam imajinasi David, kakeknya bertransformasi menjadi manusia burung, yang akhirnya muncul dalam berbagai episode hidup-nya khusus-nya mimpi2 David. Sejak meninggalnya kakek, maka manusia2 berkepala binatang makin sering muncul dalam komik ini.
Pada saat2 frekuensi kambuh meningkat, Christophe secara psikologis bisa menjadi sangat kasar, dan bahkan mampu memukul ayah ataupun menendang ibu-nya sendiri. Hal ini disebabkan oleh karakter nya yang masih belum dapat berdamai dengan penyakit yang dia derita. Ketika serangan dapat terjadi 3x sehari, maka Christophe dapat merusak liburan, mempermalukan keluarga, jatuh begitu saja di jalanan, dan berbagai hal lain yang secara psikologis harus dihadapi oleh David dan keluarga-nya. Belum lagi pandangan masyarakat yang seringkali justru seakan akan menjadikan momen ini sebagai tontonan, dan menganggap penderita dan keluarganya seakan akan sebagai korban kutukan.
Tertekan oleh situasi ini, David, dapat menjadi sangat kasar pada abang-nya, memukul-nya, sengaja memancing agar penyakit-nya kumat, mengencingi bak mandinya, dan bahkan mengusirnya. Dan semuanya dia ceritakan dengan sangat jujur dan apa adanya. Saat saat David sudah tidak sanggup mengendalikan emosinya, maka pelariannya adalah hutan disamping rumah, dimana dia dapat bertemu mahluk2 dari alam pikiran-nya. Situasi ini juga membuat David yang memang punya hobi menggambar semakin intens menekuni minat-nya, dan kelak menjadi profesi-nya. Apakah David membenci abang-nya, saya rasa tidak, hal ini lebih diakibatkan kebencian-nya pada penyakit abang-nya yang dia gambarkan sebagai Naga. Karakter David yang introvert juga sangat terlihat jelas pada buku ini, dan situasi ini membuat dia semakin memilih untuk berkomunikasi dengan alam mimpi-nya.
Membaca buku ini cukup berat secara psikologis, suasana muram yang dirasakan David dengan cepat menular pada para pembaca-nya. Rasanya kita terlibat secara emosionil dan ingin menolong meringankan beban yang dirasakan keluarga David walau tak mampu. Juga mengingatkan saya akan seorang teman di masa sekolah menengah, yang sangat cerdas dan tampan, namun semua kesan itu berubah saat dia kejang kejang dengan mulut berbuih di lantai kelas, dan menyebabkan sebagian anak perempuan histeris dan akhirnya menghindari ybs. Saya juga tak pernah menduga efek-nya pada keluarga sebesar apa yang digambarkan oleh David. Namun dengan membaca buku ini serta mengerti perasaan keluarga, membuat kita bisa lebih fair dalam memperlakukan penderita dan keluarga.
Namun kita patut mengapresiasi karya ini, karena David dapat mengubah penderitaan-nya menjadi prestasi, dan pengakuan atas karya-nya ini diterima dari Time, The Comics Journal, dan San Fransisco Chronicle. Satu hal yang sangat saya kagumi dari David adalah kejujuran-nya dalam mengungkapkan apa yang terjadi.