Sehabis belanja bulanan di Carrefour Kiara Condong, saya dan keluarga melewati stand discount produk Gramedia di, tiba2 si bungsu menunjuk buku relatif tebal dengan cover indah meski terkesan suram. Karena tertarik dengan cover yang indah dan misterius, maka kami membuka selembar demi selembar novel grafis komikus Prancis ini dari sampel yang disediakan. Mata saya langsung melotot melihat kualitas gambar yang disajikan. Sangat indah dan ekpresif sekaligus surealis. Akhirnya tanpa berpikir panjang, saya membeli buku ini dan langsung membaca-nya di rumah. Siapakah Cyril, dia adalah seorang komikus ex Disney kelahiran 22/11/1972 serta pernah terlibat dalam “The Hunchback of Notre Dame” dan “Hercules”.
Ceritanya sendiri seputar keluarga kecil yang tinggal di lokasi terpencil, di sebuah pondok nan indah dikelilingi daerah perkebunan dan hutan yang sangat cantik. Sang Ayah Luis, Sang Ibu Lise dan si kecil Joachim hidup berbahagia, dengan mengelola kebun dan ternak mereka, juga mandi bersama di danau sekitar pondok, sampai suatu saat kebahagiaan mereka berubah menjadi kecemasan karena selalu di kuntit tiga bayangan yang terus menerus hilang timbul dan seakan akan memata-matai aktivitas mereka setiap hari. Sejak saat itu hidup mereka berubah menjadi tidak nyaman, dan meski sudah meminta tolong pada “orang pintar” bernama Mistress Pike tak juga menyelesaikan masalah mereka. Bahkan Mistress Pike meminta mereka untuk tidak melawan bayangan ini dan memilih untuk menikmati saat kebersamaan mereka bersama Joachim. Namun alih2 menerima saran Pike, mereka memutuskan mencoba mendekat dan mengusir, namun tiga bayangan akan menjauh sementara, dan setiap kali mereka kembali ke rutinitas harian, maka tiga bayangan kembali mendekat.
Luis yang tidak tahan dengan situasi ini, akhirnya memutuskan pergi sejauh mungkin bersama Joachim meninggalkan istrinya Lise demi cinta mereka pada anak satu2nya itu, menyeberangi laut dan danau, namun tiga bayangan tersebut selalu mengikuti mereka berdua. Berhasil menyelamatkan diri dari kapal yang mengalami musibah dan terkena fitnah serta terjebak ulah penipu sampai kehabisan harta, akhirnya mempertemukan mereka dengan seorang tua sakti yang bersedia menolong Luis dengan memberikan kekuatan asal Luis memberikan “hati”-nya. Namun kekuatan yang dimiliki Luis tetap tidak dapat membuat mereka lolos dari kuntitan tiga bayangan, sehingga akhirnya Luis menyerah, dan tiga bayangan merampas Joachim dari-nya. Siapakah ketiga bayangan tersebut ?, meski Cyril seakan akan menyerahkan kesimpulan pada pembaca, kita dapat menduga bahwa yang dimaksud adalah malaikat kematian, yang entah kenapa digambarkan berjumlah tiga.
Meski cerita ini memang tidak berakhir dengan gembira, namun kualitas gambar Cyril benar2 luar biasa, mencekam, surealis dan ekpresif. Tak banyak kata dalam komik ini, sebagaimana novel grafis, kita sebagai pembaca lah yang diminta mengambil kesimpulan dan merangkai kata2 sendiri untuk setiap gambar yang ditampilkan atau singkatnya “membaca gambar”. Gaya gambar yang melukiskankan kepolosan Joachim dan Lise ibu-nya mengingatkan saya akan film kartun kehidupan prasejarah "Kum-Kum", yang sering sekali menggambarkan tokoh utama-nya dalam keadaan polos.
Singkat kata, apakah moral of the story dari Tiga Bayangan ?, bahwa hidup ini tidak mungkin akan selalu bersama, tidak mungkin selalu bahagia, bahwa kematian dan perpisahan akan datang tanpa kita sanggup menolaknya, bahwa kita cukup menikmati apa yang kita miliki saat ini, bersyukur tanpa harus terganggu dengan apa yang pasti terjadi nanti. Cyril sendiri terinspirasi dari anak2 sahabat-nya yang meninggal muda setelah memberikan kebahagiaan yang sangat pada orang tua-nya meski hanya sesaat.
Ceritanya sendiri seputar keluarga kecil yang tinggal di lokasi terpencil, di sebuah pondok nan indah dikelilingi daerah perkebunan dan hutan yang sangat cantik. Sang Ayah Luis, Sang Ibu Lise dan si kecil Joachim hidup berbahagia, dengan mengelola kebun dan ternak mereka, juga mandi bersama di danau sekitar pondok, sampai suatu saat kebahagiaan mereka berubah menjadi kecemasan karena selalu di kuntit tiga bayangan yang terus menerus hilang timbul dan seakan akan memata-matai aktivitas mereka setiap hari. Sejak saat itu hidup mereka berubah menjadi tidak nyaman, dan meski sudah meminta tolong pada “orang pintar” bernama Mistress Pike tak juga menyelesaikan masalah mereka. Bahkan Mistress Pike meminta mereka untuk tidak melawan bayangan ini dan memilih untuk menikmati saat kebersamaan mereka bersama Joachim. Namun alih2 menerima saran Pike, mereka memutuskan mencoba mendekat dan mengusir, namun tiga bayangan akan menjauh sementara, dan setiap kali mereka kembali ke rutinitas harian, maka tiga bayangan kembali mendekat.
Luis yang tidak tahan dengan situasi ini, akhirnya memutuskan pergi sejauh mungkin bersama Joachim meninggalkan istrinya Lise demi cinta mereka pada anak satu2nya itu, menyeberangi laut dan danau, namun tiga bayangan tersebut selalu mengikuti mereka berdua. Berhasil menyelamatkan diri dari kapal yang mengalami musibah dan terkena fitnah serta terjebak ulah penipu sampai kehabisan harta, akhirnya mempertemukan mereka dengan seorang tua sakti yang bersedia menolong Luis dengan memberikan kekuatan asal Luis memberikan “hati”-nya. Namun kekuatan yang dimiliki Luis tetap tidak dapat membuat mereka lolos dari kuntitan tiga bayangan, sehingga akhirnya Luis menyerah, dan tiga bayangan merampas Joachim dari-nya. Siapakah ketiga bayangan tersebut ?, meski Cyril seakan akan menyerahkan kesimpulan pada pembaca, kita dapat menduga bahwa yang dimaksud adalah malaikat kematian, yang entah kenapa digambarkan berjumlah tiga.
Meski cerita ini memang tidak berakhir dengan gembira, namun kualitas gambar Cyril benar2 luar biasa, mencekam, surealis dan ekpresif. Tak banyak kata dalam komik ini, sebagaimana novel grafis, kita sebagai pembaca lah yang diminta mengambil kesimpulan dan merangkai kata2 sendiri untuk setiap gambar yang ditampilkan atau singkatnya “membaca gambar”. Gaya gambar yang melukiskankan kepolosan Joachim dan Lise ibu-nya mengingatkan saya akan film kartun kehidupan prasejarah "Kum-Kum", yang sering sekali menggambarkan tokoh utama-nya dalam keadaan polos.
Singkat kata, apakah moral of the story dari Tiga Bayangan ?, bahwa hidup ini tidak mungkin akan selalu bersama, tidak mungkin selalu bahagia, bahwa kematian dan perpisahan akan datang tanpa kita sanggup menolaknya, bahwa kita cukup menikmati apa yang kita miliki saat ini, bersyukur tanpa harus terganggu dengan apa yang pasti terjadi nanti. Cyril sendiri terinspirasi dari anak2 sahabat-nya yang meninggal muda setelah memberikan kebahagiaan yang sangat pada orang tua-nya meski hanya sesaat.
No comments:
Post a Comment