Sedih atas meninggal-nya Khairani kakak-ku, Ayah menawarkan aku sebagai pengganti kakak-ku, atau dikenal dengan istilah “turun ranjang”. Namun berbeda dengan kakak yang sangat lembut, aku terang2an menolak permintaan Ayah. Apalagi pada saat itu aku sudah berkenalan dengan suamiku dan menerima tiga surat dari-nya enam bulan setelah pertemuan ku yang berkesan di rumah-nya. Ayah menangis memohon agar aku menerima-nya, dan aku tetap berkeras menolak-nya. Ironis-nya malam itu juga Ombak Harahap datang kerumah kami untuk mengabarkan undangan, bahwa dia sudah menemukan pengganti kakak dan berharap Ayah dan Ibu dapat datang ke acara pernikahan mereka.
Aku sangat menyesal menyadari kalau saja waktu itu aku mengatakan “ya”, sebenarnya pernikahan itu toh tetap tidak akan terjadi karena Ombak sudah menemukan calon lain. Kalau saja saat itu anak kakak selamat, aku mungkin akan mengatakan “iya”, karena bagaimanapun aku pasti tidak akan membiarkan keponakanku besar tanpa seorang Ibu yang mengasihi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan hal ini merupakan salah satu penyesalan terbesar hidupku. Setelah peristiwa malam itu Ayah tak mau bicara denganku nyaris selama tiga bulan.
No comments:
Post a Comment