Tuesday, December 10, 2013

Umrah #6 of 7 Berakhirnya Cobaan dan Menuju Madinah

Lalu kamipun bersiap setelah tawaf wadha, alias tawaf terakhir untuk pergi menuju Madinah yang ditempuh dengan Bis. Rasanya sedih sekali meninggalkan Mekkah, dan tidak tahu kapan bisa kembali. Mata saya berkaca kaca meninggalkan rumah Allah ini. Di Arab pada saat itu Bis2 mulai banyak menggunakan produk China seperti Zhong Thong atau Kin Long. Ukuran-nya besar2 dengan lantai bawah khusus untuk bagasi. Sementara mobil yang berukuran kecil, disini lebih banyak menggunakan produk Amerika seperti GMC. Sementara beberapa Negara Arab sangat membenci Amerika, sebaliknya dengan Saudi Arabia yang terlihat lebih sebagai sahabat Amerika.



Menjelang tengah malam, kami sampai di Madinah, Ustadz Budi cerita bagaimana Nabi menempuh jalan yang kami lalui dan disambut dengan sangat hangat oleh masyarakat Madinah. Beliau juga bernyanyi dengan sahdu menirukan senandung kaum Ansor saat menyambut Nabi, dan membuat kami berkaca-kaca karena haru. Setelah sekitar 4 jam perjalanan, nampaklah 10 menara masjid Nabawi, di langit Madinah menembus gelapnya langit, terasa indah sekaligus menggetarkan.



Di pelataran masjid seluas 165 ribu m2 dan dapat menampung 257 ribu jamaah inilah,  kami shalat, karena menjelang tengah malam Masjid ini ditutup untuk dibersihkan. Selain juga untuk menjaga hal2 yang tidak diinginkan pada makam Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya.  Di bagian ujung terdapat makam Baqi' Al Gharqad yang menjadi makam sekitar 10.000 sahabat Nabi, termasuk makam Ibrahim putra Nabi dengan Mariyah Al Qibthiyah.

Di Madinah kami menginap di hotel Al Anwar Movenpick Madinah Hotel. Tengah malam kami berziarah ke makam Nabi. Si Sulung yang sudah mulai sehat, saya ajak ke Raudhah, area yang disebut Nabi sebagai  sepotong Taman Surga yang ada di Bumi. Kami berdua juga dengan haru menyentuh pintu mimbar Nabi seraya berdoa.



Saat2 anak2 sudah mulai sehat, saya melanjutkan bacaan riwayat hidup Nabi Muhammad karya Martin Lings diantara pilar2 Masjid Nabawi dan merasa beliau begitu dekatnya dengan saya, seakan-akan baru saja dipanggil Sang Pencipta beberapa hari lalu.

Di Madinah kami juga mengunjungi Masjid Quba yang dibangun atas saran dan rancangan Nabi, lalu Masjid Qiblatain, masjid yang terkenal karena sempat memiliki dua kiblat, saat pagi masih ke Masjidil Aqsa dan lalu pada hari yang sama berubah ke Masjidil Haram. Juga Bukit Uhud dan kebun kurma, dimana kami mebeli cukup banyak oleh2 dan memakan kurma segar gratis serta teh Arab yang nikmat. Ternyata kurma segar tidak kalah nikmatnya dengan buah anggur.



Setelah beberapa malam di Madinah, maka kami pun kembali ke Indonesia dengan bis menuju Jeddah. Beberapa kali kami melihat kumpulan monyet gurun yang mendekati kendaraan2 yang berhenti di pinggir jalan. Benar2 perjalanan yang mengesankan dan meninggalkan banyak kenangan, bagi kami yang sudah mulai merasa Mekkah dan Madinah seakan akan kampung halaman yang sebenar-nya.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-7-kembali-ke-tanah-air.html


No comments: