Saturday, January 25, 2014

Escape - Carolyn Jessop

Membaca buku ini mengingatkan saya akan A Child Called It karya Dave Pelzer, meski penyiksaan fisik-nya tidak separah A Child Called It, namun siksaan psikologisnya yang digambarkan dalam buku ini cukup dalam. Sebenarnya saat membeli buku ini saya tidak tahu kalau buku ini ada hubungannya dengan Stolen Innocence nya Elisa Wall. Kalau saja saya tahu ini masih seputar kehidupan di sekte pecahan Mormon alias Fundamentalist Church of Latter Day (FLDS) bisa jadi saya tidak akan membeli buku ini. Namun jika dibandingkan, dengan karya Elisa, ternyata buku Carolyn Jessop ini justru lebih memiliki daya tarik.

Jika Elisa merupakan korban dari tetua FLDS terkait pernikahannya yang tidak bahagia dengan seorang pemuda psikopat, Carolyn justru menikah dengan tetua FLDS dan menjadi istri muda kesekian dari sosok Merril Jessop. Bagaimana sebagai seorang remaja, Carolyn harus menempatkan diri diantara enam istri Merril dan nyaris 35 anak menjadi benang merah dalam buku ini.



Episode menegangkan antara lain saat Carolyn memutuskan untuk menjauhkan diri dari konflik rumah tangga dengan menawarkan diri mengelola losmen milik Merril. Namun seorang mantan narapidana menghantui Carolyn setiap kali sampai seorang pria membantunya selamat dari ancaman narapidana tersebut. Pria itulah yang akhirnya menyadarkan Carolyn bahwa dia mengalami kesewenang wenangan serta penganiayaan psikologis yang dalam dari Merril.

Dalam buku ini dikisahkan 17 tahun lamanya Carolyn yang lahir pada tahun 1968 ini terjebak menjadi korban Merril, sejak menikah di usia 18 tahun, seorang pria yang lebih tua 32 tahun dari dirinya sebagai istri keempat. Selama 15 tahun pertama Carolyn harus melahirkan 8 anak Merril. Kejadian demi kejadian akhirnya menambah kuat konstruksi bangunan ketidakyakinan Carolyn atas FLDS dan membuatnya mengambil keputusan untuk pergi dengan kedelapan anaknya. Meski perjalanan ini menuju kebebasan yang dia dambakan namun juga ketidak pastian yang sangat besar. Tahun 2003 tepatnya Carolyn pergi membawa delapan anaknya serta uang sebanyak 20 USD. Untunglah cita cita tinggi Carolyn dan keinginannya untuk terus belajar dan bersekolah dapat menyelamatkan keluarganya dari jeratan finansil kebutuhan hidup.

Kisah yang diceritakan secara setahap demi setahap ini membuat kita sulit melepas buku setebal 500 halaman lebih ini sebelum benar benar selesai. Sebuah buku yang layak menjadi renungan bagi kita semua, betapa kebenaran semu bisa berkembang lewat doktrinasi terus menerus, kontrol ketat semua aspek kehidupan dan bumbu kekerasan. Sebagaimana karya Elisa, kesulitan FLDS muncul akibat ulah Warren Jeffs, nabi palsu yang menyalahgunakan kondisi nabi sebelumnya alias ayahnya Rulon Jeffs dengan cara yang manipulatif.

“In a cult, you have two identities: your cult identity and your authentic self. Most of the time I operated from my cult identity, which was pliant, submissive and obedient. But when I was pushed to the point where it felt like my survival was at stake, my authentic self came to the fore.”  ― Carolyn Jessop, Escape


No comments: