Saat saya masih
SD dan tinggal di Denpasar, teman ayah yang tinggal di Lombok alias Om Urip
mengajak kakak dan abang saya liburan. Sepulang dari sana mereka bercerita
banyak hal menarik, namun saya yang tidak turut bersama mereka hanya bisa
melongo dan membayangkan seandainya saja saya turut bersama mereka. Saat
dewasa, hal ini masih terus membekas, meski saya sempat berhenti sebentar di Pelabuhan Lombok dalam
rangka tugas merancang IT Blue Print di PT ASDP tahun 2001-2002. Dalam hati
saya bertekad suatu saat nanti saya akan pergi jalan-jalan ke Lombok dan
menuntaskan obsesi terpendam sejak SD.
Akhirnya bulan
Juli tahun 2007, saya dan istri
memutuskan untuk jalan2 ke Lombok. Saya melakukan survey dan lalu memutuskan
untuk menginap di Qunci Villas, sebuah hotel yang konon dimiliki orang asing
dan berjarak beberapa kilometer dari Pantai Senggigi yang menjadi salah satu
icon Lombok. Ternyata hotel ini adalah pilihan turis asing, menginap disini bagi
turis lokal rasanya menjadi minoritas. Modelnya seperti cottage yang
mengingatkan saya akan Sanur Seaside, tempat pilihan kami sekeluarga untuk
berenang saat masa kecil di Denpasar. Arsitekturnya unik, karena sebagian
mebelnya adalah merupakan bagian dari bangunan, ya betul meja yang merupakan
bagian dari dinding, atau bangku beton yang juga merupakan bagian dari dinding,
dan yang paling parah adalah shower untuk mandinya, he he berada di tengah halaman
belakang dan sama sekali tanpa dinding.
Kami berangkat
dari Husein Sastranegara Bandung Minggu, tanggal 1 Juli 2007, flight departure sekitar
jam 06:00, jadi Subuh dinihari kami sudah langsung menuju Bandara, dan setelah
menunggu beberapa saat kami pun masuk ke dalam pesawat. Sejujurnya karena tidak
menggunakan travel, kami sama sekali tidak punya bayangan akan kemana saja kami
saat berada di Lombok. Pesawat transit di Surabaya, dan kami sarapan sekitar
jam 08:00 pagi di sebuah resto di area Bandara, dengan masakan ala Madura. Lantas
sambil menunggu pesawat kembali terbang kami menghabiskan waktu di sebuah toko
buku di area Bandara.
Lalu pesawat
kembali mengudara dan akhirnya mendarat di Lombok pada jam 11:30, maka kami
langsung menggunakan taxi menuju Qunci Villas. Setelah meninggalkan Mataram
yang sepintas mirip dengan Denpasar namun terlihat lebih berantakan. Di Mataram
terdapat beberapa Pura besar, meski pemeluk Hindu minoritas disini, namun sama seperti
kotanya, Pura-Puranya juga terlihat agak kurang terawat. Dari sini kami langsung menuju lokasi sepanjang Pantai
Senggigi yang terlihat asri. Istri berhenti sebentar di Warung Padang untuk
membeli beberapa porsi nasi bungkus, Aqua, dll yang rencananya akan kami santap
di hotel. Ratusan pohon kelapa seakan akan melambai menyambut kami seperti
boneka kucing merah yang biasa di pajang di toko2 warga keturunan. Anehnya taxi
terus melaju, dan kami meninggalkan hotel2 asri di kawasan Senggigi menuju
daerah yang lebih sepi, ternyata Qunci Villas memang bukan terletak di
keramaian Senggigi melainkan diantara perkebunan kelapa dan peternakan
kambing/sapi milik penduduk.
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/04/jalan-jalan-ke-lombok-part-2-of-5-qunci.html
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/04/jalan-jalan-ke-lombok-part-2-of-5-qunci.html
No comments:
Post a Comment