Dari sini kami
langsung menuju Green Canyon dengan menggunakan bis, Green Canyon adalah lokasi
yang unik dengan airnya yang kehijauan dan gua serta air terjun dibagian ujung
sungai. Bis berhenti disebuah lapangan yang dikelilingi warung dan berada di
seberang jalan berhadap-hadapan dengan pintu masuk. Nama Green Canyon menurut
Suparmin berasal dari nama pemberian turis asal Eropa yang mengatakan ada situs
seperti ini di luar negeri. Nama aslinya sendiri adalah Cukang Taneuh. Karena
kami akan menggunakan enam perahu, Suparmin wanti-wanti untuk yang berniat
berenang menggunakan perahu yang sama karena nelayan akan meminta biaya
tambahan Rp. 100.000 per perahu, sehingga jika hanya ada satu orang yang
berenang di setiap perahu, rombongan bisa kena charge Rp 600.000. Meski sudah disampaikan tetap saja ada beberapa
orang di perahu yang berbeda memutuskan berenang di lokasi, sehingga anggota
rombongan tetap terkena biaya tambahan Rp 200.000.
Sungai yang kami
lewati sebenarnya bermuara di laut, sehingga lokasi ini bisa juga ditempuh
lewat laut, namun sepertinya saat ini ada peraturan baru sehingga nelayan yang
bisa akses lewat laut bebas tidak diperkenankan lagi membawa turis langsung
dari laut. Menjelang gua, ada pelabuhan kecil yang dilengkapi toilet dan warung
penjaja makanan. Lokasi ini dipakai agar setiap perahu dapat secara bergantian
memasuki gua yang memang tak dapat dilewati dua perahu secara bersamaan. Setiap
sebuah perahu meninggalkan gua, maka perahu lainnya baru dapat masuk.
Warna air yang
kehijauan mengingatkan saya akan sungai disekeliling rumah Tarzan di Universal
Studios Singapore. Sepanjang sungai yang berkelok kelok terlihat rerimbunan
pohon2 dan bambu serta alat2 pancing yang diletakkan penduduk untuk menangkap
ikan. Sebenarnya disini ada atraksi body rafting yang sayang-nya tidak sempat
kami coba dan bukan merupakan paket dari travel yang kami bayar. Sepertinya
menarik sekali body rafting menyusuri sungai ini dari lembah diatasnya turun kebawah. Anak saya Si Sulung
mengatakan dulu dia pernah mencoba rute ini, sayang karena saat itu musim
kemarau, tangan dan kaki–nya lecet2 terkena batu sepanjang rute.
Setelah sekitar
setengah jam menyusuri sungai pulang dan pergi serta melihat keindahan gua,
kami menunggu anggota rombongan yang berenang di warung2 sekitar lapangan
parkir sambil menikmati kelapa muda yang terasa sangat segar serta rambutan
yang memang banyak dijual.
Dari sini kami
menuju Pantai Batu Karas, posisinya sedikit menjorok kedalam, serta pantai landai
dan pasirnya sangat cocok untuk berenang, sayangnya matahari sedang
terik-teriknya sehingga kami tidak jadi berenang. Sambil menunggu makan siang
disiapkan beberapa anggota rombongan sibuk tawar menawar di pasar Batu Akik
disamping warung. Lalu kamipun menyantap Ikan Bakar, Kangkung Ca, Udang Goreng
Tepung, Kerupuk dengan lahap di RM Sederhana.
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/04/jalan-jalan-ke-pangandaran-part-3.html
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/04/jalan-jalan-ke-pangandaran-part-3.html
No comments:
Post a Comment