Sebenarnya ada
tujuh gua di Pangandaran, empat gua lainnya yakni Gua Sumur Mudal, Gua Lanang,
Gua Cirengganis, Gua Karang Bolong sayang tidak sempat kami jelajahi. Keluar
dari Gua Miring, kami langsung menuju lokasi monyet, setelah memanggil
monyet-monyet tersebut dengan kacang maka monyet-monyet pun keluar dari hutan.
Sebelumnya Suparmin sudah wanti-wanti agar kami tidak membawa minuman,
khususnya yang berwarna, karena akan dirampas oleh monyet-monyet. Suparmin juga
melarang kacang yang sudah diulurkan tidak ditarik lagi, karena monyet-monyet
ini tidak akan segan segan menggigit tangan kita. Saya sendiri trauma dengan
ulah monyet Uluwatu yang merampas kaca mata lebih memilih menghindar.
Dari sini kami
langsung menaiki perahu nelayan, bagi yang snorkling disarankan menggunakan
perahu yang sama, sedangkan yang hanya berlayar ke Batu Buaya dan Batu Layar
menaiki perahu yang berbeda. Lantas kamipun menuju laut, angin bertiup kencang,
air yang berwarna kehijauan tampak indah, di sisi kiri nampak puluhan jaring
apung milik nelayan sedangkan di sisi kanan terlihat Batu Buaya dan lalu Batu Layar. Dinamakan
Batu Buaya karena bagian punggung-nya terlihat berduri duri layaknya kulit
buaya, sedangkan Batu Layar terlihat seperti haluan Titanic yang seakan
mengancam menabrak perahu kami. Sayang anggota yang snorkling tidak bisa dengan
jelas melihat karang di dasar laut karena kondisi air yang sedang tidak tenang.
Saya dan istri teringat pengalaman yang sama saat snorkling di Bali, sudah
jauh-jauh ke tengah laut, ternyata karang-karang nya tertutup pasir akibat
kondisi laut yang sedang tidak tenang.
Kembali ke tempat
asal, kami menuju Warung Bu Suparmin, dan meminum Kelapa Muda sambil menunggu
semua rombongan berkumpul. Sambil menunggu kami memborong rujak dan gula aren. Setelahnya
barulah kami makan siang di Risma salah satu warung seafood terkenal di Pantai Timur.
Selama perjalanan sepertinya masakan di Warung Risma yang paling lezat, Ikan
Bakar, Udang Saos Mentega, Kangkung Ca, Cumi Goreng Tepung langsung kami santap
dalam keadaan letih dan lapar. Setelahnya kami kembali ke Hotel dan langsung bersiap siap pulang. Dalam
perjalanan tak lupa kami mampir di Toko Owen untuk membeli oleh-oleh, tepat jam
14:00 kami berangkat dan setelah berjuang menempuh kemacetan akhirnya sampai di
Bandung jam 01:00 dini hari. Khusus oleh-oleh sebaiknya jangan ragu membeli
apapun yang menurut anda berkualitas dan murah saat di Pangandaran, karena Owen
pun ternyata tidak lengkap-lengkap amat. Tadinya kami kira Owen merupakan One
Stop Shopping layaknya Brawijaya di Batu, namun sepertinya masih perlu waktu
Kesan saya pada
Pangandaran kali ini jauh lebih baik di banding kunjungan sebelumnya. Ternyata
Pangandaran menyimpan potensi luar biasa dengan berbagai keunikan alam dan
berada pada lokasi yang saling berdekatan. Mulai dari Green Canyon, Body Rafting,
Tujuh Gua, lebih dari lima pantai (Pantai Pananjung/Cagar Alam, Pantai Batu
Karas, Pantai Batu Hiu, Pantai Barat dan Pantai Timur yang masing-masing
memiliki keunikan) , snorkling, sepeda/sepeda-mobil sewaan, menyusuri laut
dengan perahu nelayan, dan berbagai atraksi air lainnya. Karena lokasi pantai yang unik, kita bahkan
bisa melihat sunset dan sunrise, tak aneh kalau Pantai Pangandaran di nobatkan
sebagai Pantai Terbaik di Jawa oleh AsiaRooms. Namun untuk kesini jarak yang
ditempuh cukup jauh dan pada saat week end kami harus melalui Nagrek yang
terkenal macet. Suatu hari nanti tentu
saja kami berharap akan kembali, dan menuntaskan obsesi kami untuk menyantap lobster
bakar yang masih saja belum sempat disantap pada dua kali kunjungan kami.
No comments:
Post a Comment