Perjalanan kami lanjutkan ke lokasi penangkaran penyu di Pantai Batu Hiu. Lokasi penangkaran bentuknya seperti rumah biasa dan dilengkapi dengan bak air besar di halaman belakang. Lokasi ini dikelola swasta dan mengandalkan pemasukan operasional dari sumbangan pengunjung. Kolamnya dibagi bagi sesuai ukuran penyu, ada sekitar empat kolam yang ada, khusus untuk kolam berisi penyu berukuran kecil, kami tidak diperkenankan untuk menyentuhnya, namun yang berukuran sedang dan dewasa kita dapat menggendong dan diperbolehkan untuk memotret mahluk lucu ini.
Pengelola nya
seorang tua berambut panjang yang sangat informatif dan semangat menceritakan
perilaku penyu. Perbedaan penyu dan kura-kura adalah penyu tidak dapat
menyembunyikan kepalanya kedalam cangkang dan keempat lengannya lebih mirip
sirip sementara kura-kura dapat menyembunyikan kepala dan keempat lengannya
memiliki cakar. Ternyata ada juga penyu yang kanibal, terlihat dari beberapa
penyu bagian tubuhnya tidak sempurna.
Setelahnya kami
menyebrang jalan langsung menuju pantai. menjelang masuk pantai, Nampak rangka pos jaga, yang menurut Suparmin hancur karena tsunami dan tak pernah diperbaiki kembali. Setelah berfoto-foto dan bermain air,
kami menyusuri pantai ke arah Batu Hiu yang dihiasi pohon-pohon pandan berusia
ratusan tahun. Kumpulan pohon pandan ini berada di onggokan karang yang
dibagian atasnya masih memiliki lahan subur dan ditanami rumput. Sayang sekali
saya tidak ke sisi sebelahnya untuk mengambil foto, karena sisi kiri ternyata
lebih eksotis dari sisi kanan. Di depan onggokan pohon pandan tersebut terlihat
batu karang dengan sirip-sirip runcing yang sepintas terlihat seperti Hiu. Ada kesan Tanah Lot disini, hanya saja tanpa bangunan Pura.
Ini mungkin salah
satu lokasi terindah di Pangandaran, dan saya memiliki kesempatan untuk
mengabadikan beberapa landscape yang terlihat sangat indah, apalagi menjelang
matahari sore mulai tenggelam. Setelah puas jalan-jalan disini, lalu kami
menuju ke bis dan melanjutkan perjalanan ke tempat penginapan, yakni Hotel Guna
Mekar Indah yang pemiliknya berasal dari Majalaya.
Lokasi Hotel kami
berada di sebuah gang yang hanya bisa dilalui satu mobil saja, namun di bagian dalam ada lapangan parkir yang relatif lega dan dapat menampung belasan mobil. Lokasi Hotel ini juga ada di dekat Hotel Fortuna. Kami
menyewa beberapa kamar besar dengan masing-masing kamar berisi 3 bed room
berukuran King Size. Di sore hari pedagang baso turut berjualan di depan Hotel,
begitu juga sepeda-mobil hias yang terlihat cantik di malam hari masuk ke
halaman Hotel mencari penumpang.
Entah karena koordinasi yang kurang baik, Bis yang bisa kami tumpangi mendadak tidak bisa dihubungi, akhirnya dengan bantuan perwakilan travel kami terpaksa menggunakan bis rombongan lain, menuju lokasitempat makan. Suasana di Pangandaran malam itu sangat ramai, sepeda-mobil dengan lampu warna warni hilir mudik melintas, Warung-warung makan penuh dengan pengunjung. Akhirnya kami sampai juga ke Warung Gozali, dan sambil menunggu masakan, siap dilakukan lah acara pembagian hadiah bagi para karyawan. Makan disini sungguh nikmat, terutama karena menyediakan Sop Pindang yang rasanya lezat. Bumbunya menguingatkan saya akan Sop Ikan Manado langganan di belakang Wisma Metropolitan saat saya masih bekerja di Metrodata.
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/04/jalan-jalan-ke-pangandaran-part-4.html
No comments:
Post a Comment