Friday, December 30, 2016

Jelajah Banda Aceh dan Sumatera Utara : Part #12 dari 14 : Simarjarunjung, Rumah Adat Bolon , dan Air Terjun Sipiso Piso.


Setelah shalat subuh saya mengajak istri ke depan hotel, pinggiran danau terlihat kotor, trotoar tidak terawat, matahari tertutup awan tebal, lagi-lagi saya sedikit kecewa tidak mendapatkan momen bagus untuk diabadikan.  Kami lalu berkemas dan setelah sarapan Lontong Medan di hotel yang kali ini ternyata lezat, kami bersiap meninggalkan Danau Toba, sambil berharap peruntungan kami kali ini berubah.







Perjalanan ini kira-kira akan menempuh 200 km,  dan rencananya akan melalui Simarjarunjung, Rumah Adat Bolon, Air Terjun Sipiso Piso, Taman Simalem Resort (Tongging Point), Berastagi (termasuk singgah sebentar melihat Sinabung), Rumah Gugung Tirto Meciho,  dan Medan.  Perasaan saya mulai berubah bahagia ketika melihat rute yang kami tempuh menyusuri pinggiran Danau Toba ternyata sangat indah, berkali kali saya minta berhenti untuk mengabadikan momen, setiap kali berhenti saya mengira ini adalah pemandangan terbaik, namun berikutnya selalu lebih indah. Bagi saya Danau Toba menjadi ironi, ketika dekat terasa jelek namun saat jauh keindahannya yang tak habis-habis sejauh mata memandang.



Dalam perjalanan menuju Berastagi, Si Sulung bertanya pada saya, jika saya menjadi pemimpin di Danau Toba apa langkah-langkah yang akan saya lakukan. Setelah pengamatan kurang dari dua hari, maka saya katakan, sbb pertama; pelarangan warung dibangun di sisi Danau dan pembangunan spot-spot cantik, karena saat ini khususnya di Parapat, wisatawan akan sulit mendapatkan spot-spot cantik dengan pemandangan langsung ke danau, kedua pembenahan trotoar, karena dari yang saya lihat, pejalan kaki masih bukan prioritas di daerah destinasi wisata ini, ketiga; penerapan denda bagi pembuangan sampah dan limbah, khususnya ke danau, keempat; penertiban sertifikasi halal bagi wisatawan muslim, kelima, pembenahan transportasi danau dan pelabuhan agar nyaman dan sekaligus aman. Masih berpikir ide-ide lain, Bang Ernov langsung menyambar sambil mengatakan, ide-ide tersebut sulit dilakukan karena karakter masyarakat di sini keras dan susah sekali diingatkan. 





Bang Ernov lalu berhenti di Simarjarunjung tepatnya di sebuah restoran tua bernama Siantar Hotel, ahh keindahannya luar biasa, hampir 200 derajat pemandangan di ketinggian menghadap ke Danau Toba. Kami menikmati Pisang Goreng dan Minuman Teh Jahe Hangat di restoran tua di puncak bukit lalu lanjut dengan jagung bakar yang dijual seorang ibu di pinggir parkiran dan dikipas dengan menggunakan tenaga sepeda motor dan arang dari kulit kemiri.  Seluruh hidangan hanya perlu membayar sekitar 75.000 IDR.




Dari sini kami menuju Rumah Adat Bolon Simalungun yang terkenal dengan Raja dengan dua belas istri yang tinggal di satu rumah. Untuk masuk ke kawasan dengan sembilan bangunan utama ini, kami melewati terowongan, yang sempat membuat Si Bungsu ketakutan karena di tengah terowongan ada lubang dengan patung kayu yang seakan-akan menyapa kami. Entah kenapa saya teringat mumi Rascar Capac di komik Tintin. Aura supranatural disini terasa sangat kuat, menurut Bang Ernov keberadaan patung ditengah terowongan tak lepas dari kepercayaan zaman dulu sebelum agama Kristen masuk.









Kami lalu lanjut ke Air Terjun Sipiso Piso, Bang Ernov yang perlu beristirahat membiarkan kami menikmati pemandangan yang lebih indah lagi dari Simarjarunjung. Saat itu saya mengatakan pada anak-anak, ini adalah pemandangan terindah yang pernah saya saksikan selama hidup. Anak-anak lalu membalas bukannya itu juga yang papa sampaikan saat di Simarjarunjung tadi.





Air terjun terlihat disisi kanan, dan di sisi kiri di antara tebing terlihat Danau Toba membentang.  Pemandangan akan lebih indah jika kita jalan terus menuju pos pengamatan di bagian bawah. Kami menyusuri tangga-tangga di pinggir jurang yang sayangnya kurang terawat. Saat kembali dan mendaki ke lokasi parkir, saya dan istri kehabisan nafas dengan keringat mengucur deras, istri bahkan sempat merasa pandangannya gelap dan berpegangan karena kuatir pingsan. 

No comments: