Friday, December 30, 2016

Jelajah Banda Aceh dan Sumatera Utara : Part #9 dari 14 : Kuala Namu, Medan, Ucok Durian dan Grand Angkasa.


Mendarat di Medan, saya sekeluarga terkagum kagum dengan Bandara Kuala Namu. Penampilannya sudah setara dengan bandara-bandara di kota modern Asia, sepintas mengingatkan saya akan bandara Suvarnabhumi di Bangkok, namun dalam ukuran yang lebih kecil. Ruang tunggu dihiasi karpet tebal layaknya Changi di Singapore dan tata letaknya sudah berkelas internasional.  Bandara ini juga dilengkapi dengan kereta khusus bandara yang sayangnya tidak sempat kami jajal karena sudah menggunakan kendaraan carteran Toyota Avanza dari Aulia Tour Travel.




Kami segera mengontak guide kami berikutnya yakni Bang Ernov. Usianya sudah sekitar 51 dan bertampang keras dan garang namun ternyata berhati baik, dan sangat humoris. Sambil  mengomel mengenai sebagian besar suku Batak yang menurutnya sangat susah menaati aturan parkir bandara, kami langsung menuju Medan. Karena kebetulan saya ingin bertemu dengan keponakan yang belasan tahun sudah tidak bersua, maka Bang Ernov menyarankan untuk makan di sekitar Kuala Namu saja. Dalam waktu singkat, kami bisa langsung akrab dengan Bang Ernov karena beliau ternyata pernah menjadi supir angkutan kota trayek Bandung yakni jurusan Abdul Muis – Dago selama setahun. Bukan cuma itu, beliau bahkan pernah menjadi supir bis trayek Medan - Jakarta, di paling tidak dua perusahaan, selain Harum dan juga Liberty (sempat berganti nama menjadi Medan Jaya), pantas saja penguasaan medan dan kendaraannya diatas rata-rata. 




Maka sesuai saran Bang Ernov kami memutuskan makan di Ayam Cindelaras, karena masuk ke Medan di jam seperti itu menurut Bang Ernov bisa terjebak kemacetan luar biasa, apalagi sedang banyak arus mudik Natal dan Tahun Baru. Untungnya sambal Cindelaras cukup membetot lidah dan Ca Kangkungnya juga terasa enak. Setelah perut terisi barulah kami atur rencana berikutnya.

Sambil jalan Bang Ernov menjelaskan bagaimana cara mengingat plat nomor di Sumatera Utara dan sekitarnya, yakni dengan menggunakan cara sebagai berikut;

BL (Aceh) Banyak Lembu
BK (Medan) Banyak Kasus
BA (Padang) Banyak Ajo
BM (Pekanbaru) Banyak Minyak
BB (Tapanuli Utara termasuk Samosir) Banyak Babi

Kami sempat melewati Polonia, yang kini terlihat rusak dan tidak terawat, terlihat juga diskotik dan bar dikawasan tersebut yang kalau menurut Bang Ernov kini menjadi salah satu sentra kehidupan malam, dengan musik Dung ! Dung !, hemm bisa jadi yang dimaksud Bang Ernov adalah musik EDM.  Singkat kata, menurut Bang Ernov sebagian kawasan Polonia kini menjadi tempat maksiat. Si Sulung yang beberapa tahun lalu sempat bertualang sendiri dan transit di Polonia untuk lanjut menggunakan Susi Air menuju Padang Sidempuan, sempat kaget melihat kondisi Polonia.



Saya lalu berusaha menghubungi keponakan yakni Ramadhan Mohammad Irfan Pohan alias Aye untuk bertemu di Ucok Durian. Makan disini cukup unik yakni dipilihkan oleh penjual, lalu kami boleh menukarnya jika tidak manis tanpa harus membayar lagi.  Sebagai tambahan, kami memesan Roti Cane, Pancake Durian, dan Aye memesan Sate Padang. Setelah memuaskan rindu, kami lalu berpisah dan kembali ke Grand Angkasa untuk beristirahat. Bang Ernov seperti biasa selalu membuat kejutan dengan komentar loh kok hotel ini ganti nama menjadi Grand Mercure, dan sempat membuat kami sedikit bingung apakah ini hotel yang sama dengan Grand Angkasa atau tidak.  




Link berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2016/12/jelajah-banda-aceh-dan-sumatera-utara_34.html

No comments: