Wednesday, May 10, 2017

Kuala Lumpur – Penang Part #2 dari 8 : Suria KLCC dan Tunnel+Skywalk ke Bukit Bintang


Ada beberapa cara untuk jalan-jalan ke luar Indonesia, cara pertama menggunakan travel, namun tidak enaknya, skedulnya ditetapkan oleh pengelola travel, demikian juga hotel, pesawat, destinasi di lokasi tujuan dan akomodasi lainnya. Kalau dalam rombongan ada yang misalnya selalu terlambat, maka semua anggota rombongan akan terkena dampaknya. Seperti yang saya rasakan pada perjalanan hampir tiga tahun lalu, dimana ada tiga orang nenek pemarah yang selalu tidak tepat waktu bahkan terkadang “nyasar”. Cara kedua, beberapa komponen penting seperti hotel dan pesawat kita pesan langsung, lalu memanfaatkan guide lokal untuk mendampingi termasuk sewa kendaraan jika diperlukan. Cara terakhir atau ketiga, adalah semua kita lakukan sendiri, namun risetnya memang perlu waktu lama, dan biasanya selalu ada bumbu-bumbu “nyasar” seperti yang pernah kami alami di Shenzhen dan Macau. Bagi saya dan keluarga, cara kedua lebih nyaman, khususnya jika waktu anda terbatas, sehingga skedul destinasinya bisa diatur menjadi lebih fleksibel.




Sekitar jam 14:00 dengan langsung berjalan kaki kami akhirnya sampai di KLCC Suria dan segera menuju Little Penang di Lantai tiga, untuk makan siang. Menu-menu khas disini antara lain Char Kway Teow (lengkap dengan topping kerang kupas), Nasi Lemak, dan juga Cendol Durian yang menggunakan topping kacang.  Di lantai yang sama ternyata juga ada restoran khas Jawa Barat alias Bumbu Desa. Belakangan kami juga menemukan Bumbu Desa di KLIA 2.




Setelah puas berkeliling-keliling dan sempat kaget melihat beberapa outlet, termasuk Resto Chili’s Grill and Bar yang biasanya antri pada saat jam makan saat kunjungan saya sebelumnya, ternyata peminatnya harus gigit jari karena aliran listrik mati. Demikian juga saat kami ke mushalla di lantai bawah, lagi-lagi harus kaget melihat betapa gelapnya mushalla yang kalau di Malaysia disebut Surau.  Kejutan juga menara kebanggaan Malaysia ini bisa mengalami kondisi mati aliran listrik, meski terjadi tidak pada semua outlet.




Karena hujan cukup lebat, rencana berikutnya ke kawasan Bukit Bintang nyaris gagal, namun dengan petunjuk salah satu teman, kami menyusuri lorong dibagian bawah KLCC menuju kawasan yang terkenal dengan pusat-pusat perbelanjaan dari yang paling sederhana seperti Sungei Wang Plaza sampai dengan yang lebih mewah seperti Pavilion. Setengah jalan lorong ini berakhir dan lanjut ke skywalk.  Ah... jadi ingat teori yang mengatakan maju tidaknya budaya lalu lintas suatu bangsa terlihat dari perlakuan pada pengguna lalu lintas yang paling lemah seperti halnya pejalan kaki. Buat saya Kuala Lumpur meski belum secanggih Singapore jauh lebih ramah pada pejalan kaki dibanding Jakarta.




Namun skywalk akhirnya ada batasnya juga, setelah melewati Aquaria KLCC, akhirnya kami berempat harus berlari-lari kecil di trotoar, dan melanjutkan perjalanan dari kanopi satu ke kanopi lainnya, sementara hujan masih saja turun dengan deras. 

Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2017/05/kuala-lumpur-penang-part-3-dari-8.html

No comments: