Wednesday, May 10, 2017

Kuala Lumpur – Penang Part #4 dari 8 : KLCC Park, GOKL Bus, Central Market dan KL Tower


Pagi-pagi kami bangun dan langsung menyantap nasi kambing briyani yang sudah dipanaskan istri dengan microwave yang memang tersedia di unit kami di The Zon Residences. Sekitar jam 08:00 kami berjalan-jalan ke KLCC Park. Taman ini cukup luas dan asri, meski hari Minggu, untung tidak terlalu ramai, lalu kami menyusuri jembatan indah di tengah kompleks taman. Setelah puas foto sana sini kami lanjut kembali ke Bukit Bintang karena kedua anak kami masih saja belum menemukan sepatu yang mereka cari. 

Rencana awal sebenarnya jalan-jalan ke Batu Cave, namun setelah dicek ulang sepertinya lebih menarik menggunakan HOHO alias Hop On Hop Off dengan membayar sekitar 45 RM, tapi anehnya di internet review pengguna HOHO KL sepertinya lebih banyak yang kecewa termasuk karena bus yang sudah tua lalu interval menunggu bisa 30 menit sd satu jam, dan berbagai hal lainnya. Untung istri sempat baca-baca brosur GOKL Bus, yang malah gratis dengan 4 rute yang dibedakan berdasarkan empat warna yakni biru, merah, hijau dan ungu dengan frekuensi kedatangan 5 sd 15 menit.

Ungu : Pasar Seni / Central Market - Bukit Bintang 
Hijau : KLCC - Bukit Bintang 
Merah : KL Sentral - Tunku Abdul Rahman 
Biru : Medan Mara - Bukit Bintang 







Dengan menaiki GOKL Bus rute Ungu, kami pun menuju Central Market, setelah sebelumnya menyantap ayam goreng kentang di Texas Fried Chicken. Sedikit menyesal makan disini, karena lantai dua Central Market ternyata ada lebih banyak pilihan. Berbeda dengan mall di sekitar Bukit Bintang, kali ini saya dan terutama istri semangat melihat lokasi belanja yang unik ini, karena memang banyak sekali pernik-pernik karya seni.





Saya dan istri menyempatkan membeli kartu yang bisa dilipat keluar dan kedalam alias 3D pop up card, sehingga terkesan tiga dimensi, karya seniman sekaligus anak-anak muda Malaysia dengan brand “loka made” yang sengaja tinggal di Penang saat mengeksplorasi keindahan tradisi dan bangunan-bangunan tua namun cantik. Karya anak-anak muda kreatif ini bisa dilihat di http://www.lokamade.com/




Menjelang sore, kami menuju KL Tower, menara dengan tinggi kurang lebih 421 meter, namun lagi-lagi hujan turun dengan derasnya. Turun di Halte kami terpaksa berteduh sebentar, dan saat gerimis kami melanjutkan perjalanan dan kejutan buat kami, lokasi KL Tower dari halte masih cukup jauh, dengan jalan menanjak dan dikombinasikan dengan  tangga curam sampai akhirnya mencapai lantai dasar KL Tower. Sebenarnya ada shuttle ke lokasi ini untuk menghindari jalan terjal yang cukup menguras tenaga pejalan kaki, sayang kami baru tahu belakangan.

Meski ada cukup banyak atraksi di KL Tower selain Observation Deck, Sky Deck, Animal Mini Zoo, F1 Simulator, Blue Collar Aquarium, Upside Down House, dan XD Theater kami hanya bisa mengunjungi tiga pertama saja dengan tiket terusan seharga 110 RM.  Penyebabnya adalah kami tiba terlalu sore akibat hujan yang cukup lama dan deras, pula kami berharap bisa menangkap momen sunset.




Petugas menyarankan kami untuk terlebih dahulu ke mini zoo, karena sky deck masih ditutup untuk mengindari sambaran petir pada para wisatawan diakibatkan hujan sebelumnya. Setelah menikmati kebun binatang kecil yang apik sekaligus resik, sekaligus mengingatkan saya akan Featherdale Wildlife Park di pinggiran Sydney, kamipun naik ke Observation Deck, tidak puas karena banyaknya kaca, kami lanjut ke Sky Deck. Sayang Kuala Lumpur sedang diselimuti kabut dan awan tebal, Si Sulung agak kecewa dan langsung mengatakan kok mirip sekali saat kami ke The Peak di Hongkong, jauh-jauh naik eh.. awan dan kabut tebal menyelimuti kota.




Namun kepalang tanggung, saya yang memang sengaja tidak membawa tripod SLR karena ukurannya yang besar, langsung mengeluarkan tripod mini (yang biasa dipakai buat action camera) dan berusaha mengabdikan momen istimewa menjelang pergantian malam ke siang dengan shutter terbuka selama 25 detik, malangnya tripod mini ini sepertinya terlalu lemah menyangga kamera SLR saya, sehingga berulang kali tertunduk menahan beban.




Saat kembali pulang ternyata mobile phone saya mengalami situasi low batt yang cukup parah, sehingga terpaksa menunggu taksi meteran yang menurunkan penumpang di pelataran KL Tower. Akhirnya kami menaiki taksi Innova ini dan langsung ke restoran Selera Ampang, sebuah restoran yang beroperasi 24x7, dengan jarak kira-kira 450 meter dari hotel. Biaya taksinya sekitar 17 RM, dengan supir India yang sepanjang jalan berbicara seakan akan ngerap. 

Sesampai di Selera Ampang kami memesan Nasi Goreng Sapi 4 porsi, saya memesan Lychee Ice Tea dua gelas besar saking hausnya. Tak lupa sisa makanannya yang ternyata masih banyak, kami bawa pulang untuk sarapan keesokan harinya sebelum ke KL Sentral untuk menaiki ETS Train ke Penang. 

Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2017/05/kuala-lumpur-penang-part-5-dari-8.html

No comments: