Saturday, April 21, 2012

Ganti Hati - Dahlan Iskan

Saat ini karena gaya-nya yang spontan dan lantas dinominasikan media sebagai salah satu capres 2014, maka buku buku tentang Dahlan Iskan bertebaran di hampir semua toko buku. Namun banyak orang lupa sesungguhnya Dahlan adalah seorang penulis yang handal serta mempunyai jam terbang yang tinggi diantaranya saat menjadi wartawan Tempo. Jadi dari sekian buku tersebut tentu akan lebih menarik membaca yang beliau tulis secara langsung dibanding yang ditulis oleh orang lain. Buku yang beliau tulis secara langsung diantaranya kumpulan CEO Notes saat beliau masih di PLN ataupun buku “Ganti Hati” yang sempat ditulis secara bersambung di media milik-nya.



Kenapa judulnya “Ganti Hati”, karena memang tulisan disini isinya adalah suka duka beliau saat memutuskan untuk mengganti hati-nya yang sudah rusak dengan hati seorang donor dari cina. Sakit yang Dahlan rasakan, tahap2 yang sempat dia lalui sebelumnya seperti menambal saluran pencernaan, memotong sepertiga limpa, keputusan penggantian, proses penggantian, dan lantas hal2 yang dia rasakan setelah penggantian hati. Namun jangan salah sangka kalau mengira isi buku ini lantas membuat kita sedih, justru sebaliknya Dahlan menulis buku ini dengan rasa humor yang sangat hebat, dan membuat kita tertawa, namun tentu saja tawa yang getir, karena tetap saja menyimpan rasa sedih.

Buku ini dibagi menjadi 32 bab, dan tidak ditulis secara berurutan sesuai waktu kejadian, beberapa diantaranya ditulis dengan gaya flash back. Humor sepanjang buku ini antara lain, saat orang lain berdoa panjang2, doa Dahlan justru amat pendek (“Ya Tuhan, terserah engkau sajalah! terjadilah yang harus terjadi, kalau saya harus mati, matikanlah !, kalau saya harus hidup hidupkanlah !”), lalu Dahlan sangat takut bergerak setelah operasi, karena tidak yakin dengan cara yang digunakan dokter “menggantung” hati-nya sehingga kuatir copot, permintaan Robert Lai agar tak satupun yang menangis saat mengantar Dahlan ke ruang operasi, sementara Robert Lai sendiri ternyata malah menangis (ternyata sempat2nya masih diamati oleh Dahlan) dan dugaan Dahlan mengenai ketabahan-nya menghadapi situasi ini karena pernah mengalami hal yang lebih sakit yaitu “kemiskinan”.

Tanggap dengan selera humor Dahlan pasca operasi, beberapa teman-nya sempat malah membalas, misalnya ada yang mengatakan jangan takut jatuh hatinya jatuh, tidak akan hilang kok, pasti masih disekitar situ juga. Namun salah satu humor yang paling berkesan adalah saat Dahlan bertemu dengan Prof Shao seorang spesialis hati, yang sangat suka menjamah payudara Dahlan berkali kali dihadapan murid2-nya untuk menjelaskan dampak kerusakan hati terhadap pembesaran payudara. Dalam salah satu bab Dahlan sempat menjelaskan kekuatiran istrinya kalau kalau Dahlan harus menghadap Allah kelak dengan wajah hitam dan payudara besar. Sebaliknya pasca operasi Dahlan sempat kuatir juga karena payudara-nya kembali mengecil, sementara dia sudah mulai nyaman dengan payudara dengan ukuran gadis abg.

Pasca operasi, problem utama transplantasi adalah penolakan tubuh terhadap organ baru, dalam hal ini Robert Lai mengatakan “Trust is good, but control is better”, bagi saya ini salah satu kalimat paling menarik dibuku ini, dan mengingatkan saya akan salah satu atasan saya, meski harus sedikit di modifikasi “Control is better, but untrust is the best”.

Hal menarik lain-nya, lewat buku ini Dahlan mencoba melakukan klarifikasi tuduhan banyak orang mengenai Nurcholis Majid yang  meninggal dengan wajah hitam, karena saat sebelum operasi Dahlan pun sempat mengalami hal yang sama, dan hal ini tentu saja diakibatkan oleh gagal-nya kinerja hati. Jadi janganlah kita buru buru menghakimi seseorang seakan akan cara mati-nya melambangkan nilai atas semua perbuatan-nya di dunia sedangkan diterima tidaknya amal baik seseorang adalah hak Allah semata. Bukan kah banyak orang tahu bagaimana Hamzah paman Nabi , Umar, ataupun Hasan dan Husin cucu Nabi menemui ajal-nya secara mengenaskan, namun kita juga semua tahu bagaimana sosok mereka yang sebenar-benarnya dalam menegakkan kebenaran.

Dahlan sendiri menyimpulkan apapun agama-nya, jika meninggal karena sirosis akan meninggal dengan wajah hitam sebaliknya Mao Zedong yang jenazahnya sempat dilihat oleh Dahlan, meski tidak percaya Tuhan, justru wajahnya putih bersih bahkan terkesan tersenyum.
 

No comments: