Thursday, August 27, 2020

Kelelawar Bernasib Tragis

Sudah sejak lama saya tahu kalau mamalia terbang bernama kelelawar ini dianggap sangat berjasa dalam menyebarkan pohon buah2an terbaik. Kenapa ? Krn mereka hanya memilih buah terbaik, dan saat kembali ke gua tempat tinggal mereka, sepanjang terbang mereka menjatuhkan berbagai kotoran biji2an yang kelak akan tumbuh sebagai pohon buah baru. Jadi tak pernah terpikir menganggap mereka hama dan layak untuk dibunuh. Pula dalam Islam mengacu pada Imam Nawawi, membunuh kelelawar haram hukumnya (kecuali tentu saja jika punya alasan yang sangat kuat).

Namun sekitar 8 hari lalu seekor kelelawar terperangkap dalam rumah, dan beterbangan kian kemari. Alhasil krn memang hewan satu ini memiliki berbagai parasit, apalagi istri cukup histeris (bisa jadi karena dianggap ada kaitan dengan covid-19) mau tak mau terpaksa saya kejar2 dengan tongkat yang biasa digunakan untuk mengganti lampu. Saat bergelantungan di lampu lantai 2 depan kamar si bungsu, saya gebuk sekali pukul, dilanjutkan 2x pukulan lagi lalu saya cemplungkan ke kloset. 

Namun 4 malam kemudian istri yang tengah berada di ruang keluarga kembali menjerit dikagetkan kelewar kedua. Dengan cepat saya siapkan kembali tongkat lampu, dan mulai berburu, bolak balik naik turun tangga lantai 2 dan 1 sambil terengah2.  Akhirnya ada kesempatan untuk disodok di ruang perpustakaan, si kelewar mencuit layaknya tikus,  namun terbang kembali naik ke lantai 2, kali ini lebih sulit ketimbang kelelawar pertama. 

Dia tidak lagi mau hinggap, namun terus menerus terbang. Terinspirasi Sasaki Kojiro saat menggunakan jurus tsubame gaeshi, saya angkat pedang eh tongkat lampu setinggi2nya di atas kepala, menunggu momen baik, lalu dengan ayunan atas bawah saya tebas saat dia terbang, srakkkkk ! dia limbung namun tetap terbang. Pada kesempatan berikutnya, kembali tebasan atas bawah saya lakukan, dan kali ini telak, bukkkk ! dia terbanting ke lantai dan lsg saya akhiri dengan 2x gebukan keras, alhasil kelelawar pingsan dan tongkat lampupun ikut hancur. 

Istri yang selama perburuan menjerit2 histeris (begitu juga saat perburuan kelelawar pertama) menatap kagum, namun saya bereaksi seakan2 itu hal biasa saja, hanya menatap dingin dengan mata disipitkan layaknya Clint Eastwood dalam trilogi film klasik Sergio Leone atau album All The Best Cowboys Have Chinese Eyes karya Pete Townshend , saya ambil serokan dan lsg cemplungkan ke kloset. Sejujurnya saya tak ingin membunuhnya (apalagi sejak kecil saya penggemar komik Batman)  namun sangat tidak mudah melepaskannya kembali ke alam liar meski sudah membuka pintu dan jendela. Maafkan saya ya kelelawar, dan jangan lagi masuk ke rumah ya.

No comments: