3 bulan ini hanya keluar jika sangat perlu. Akhirnya Juni ini kembali cukuran di langganan, shalat Jumat, dan 2 hari Minggu terakhir kembali sepedaan.
Seluruh aktivitas ini sedapat mungkin dilakukan dengan masker. 21/6 pagi saya, istri dan 3 rekan lainnya sepedaan ke seputaran Gedung Sate, dan berhasrat mencoba Sate Jando yang trending di komunitas kuliner, dan berikut FAQ nya.
Apa itu Jando ? lemak keras mirip dengan kikil, menurut kabar yang digunakan adalah lemak dibagian tetek sapi.
Kenapa dengan Sate Jando ? sate yang populer sekali dan berlokasi di belakang Gedung Sate.
Apa saja satenya ? Sate Jando, Sapi dan Ayam.
Bagaimana antriannya ? Panjang banget, seperti beli tiket kereta di St. Jatinegara, jurusan Jakarta - Bandung saat Jumat sore.
Boleh di mix gak ? boleh.
Berapa 1 porsinya, 25 ribu, semua rasa, sama.
Ada tempat duduk ? Tak ada, cuma jualan di trotoar, lantas pengunjung yang makan bertebaran, termasuk duduk2 di tangga taman Gedung Sate.
Apa saja ramuannya ? Sate yang sudah dibumbuin lalu dibakar, bumbu kacang, kecap, sambal dan sepotong lontong yang sudah diiris.
Dimana lokasi persisnya ? Hadap2an dengan pembuangan sampah Gedung Sate 😌
Enak gak Jandonya ? Maaf saya gak "nyobain", krn istri wanti2 sejak awal, "papa jangan beli Jandonya ya, gak baik buat kesehatan", alhasil kebagian antri panjang2 cuma buat sate sapi 🤧
Demikian review Sate Jando eh Sate Sapi belakang Gedung Sate.
No comments:
Post a Comment