Thursday, August 27, 2020

Sate Jando Tanpa Rasa Jando

3 bulan ini hanya keluar jika sangat perlu. Akhirnya Juni ini kembali cukuran di langganan, shalat Jumat, dan 2 hari Minggu terakhir kembali sepedaan. 

Seluruh aktivitas ini sedapat mungkin dilakukan  dengan masker. 21/6 pagi saya, istri dan 3 rekan lainnya sepedaan ke seputaran Gedung Sate, dan berhasrat mencoba Sate Jando yang trending di komunitas kuliner, dan berikut FAQ nya. 

Apa itu Jando ? lemak keras mirip dengan kikil, menurut kabar yang digunakan adalah lemak dibagian   tetek sapi. 

Kenapa dengan Sate Jando ? sate yang populer sekali dan berlokasi di belakang Gedung Sate. 

Apa saja satenya ? Sate Jando, Sapi dan Ayam.

Bagaimana antriannya ? Panjang banget, seperti beli tiket kereta di St. Jatinegara, jurusan Jakarta - Bandung saat Jumat sore. 

Boleh di mix gak ? boleh. 

Berapa 1 porsinya, 25 ribu, semua rasa, sama. 

Ada tempat duduk ? Tak ada, cuma jualan di trotoar, lantas pengunjung yang makan bertebaran, termasuk duduk2 di tangga taman Gedung Sate. 

Apa saja ramuannya ? Sate yang sudah dibumbuin lalu dibakar,  bumbu kacang, kecap, sambal dan sepotong lontong yang sudah diiris. 

Dimana lokasi persisnya ? Hadap2an dengan pembuangan sampah Gedung Sate 😌

Enak gak Jandonya ? Maaf saya gak "nyobain", krn istri wanti2 sejak awal, "papa jangan beli Jandonya ya, gak baik buat kesehatan", alhasil kebagian antri panjang2 cuma buat sate sapi 🤧

Demikian review Sate Jando eh Sate Sapi belakang Gedung Sate.






No comments: