Masih terkesan dengan Paradise Lost, jujur agak kaget dengan kompleksitas Iconoclast album ke delapan Symphony X. Perlu waktu yang cukup lama bagi saya untuk dapat menikmati album ini, yang bahkan lebih berat dari A Dramatic Turn of Events nya Dream Theater. Salut buat Russell Allen yang masih sempat menyediakan waktu untuk membuat album ini meski beliau sudah cukup disibukkan dengan Jorn Lande di Allen Lande serta dengan Mike Portnoy di Adrenaline Mob.
01. Iconoclast (****)
02. The End Of Innocence (****)
03. Dehumanized (***)
04. Bastards Of The Machine (***)
05. Heretic (***)
06. Children Of A Faceless God (****)
07. When All Is Lost (*****)
08. Electric Mesiah (***)
08. Prometheus (I Am Alive) (***)
09. Light Up The Night (***)
10. The Lord of Chaos (***)
11. Reign In Madness (****)
Untuk permainan seperti biasa Michael Romeo masih yang terbaik untuk ritem, dengan sound berat andalan-nya beliau memainkan berbagai macam teknik ritem dengan cepat dan akurat. Sayang untuk melodi beliau masih harus angkat topi pada John Petrucci, ini terlihat di Track When All Is Lost, track luar biasa ini sayang-nya tidak diisi dengan permainan melodi cantik. Meski unison antara Pinella dan Romeo di bagian awal sangat menjanjikan. Dalam album ini saya memberikan apresiasi khusus bagi Jason Rullo, yang benar2 dapat menjaga seksi drum sehingga menjadi bingkai yang presisi bagi semua track dalam album.
Track kedua terbaik menurut saya adalah sekaligus track terpanjang dalam album ini, tepatnya yang merupakan lagu pembuka sekaligus merupakan title dari album, juga merupakan track terumit. Membutuhkan lebih dari 6x spin untuk bisa menikmati track yang satu ini.
Tema yang diangkat dalam album ini berhubungan dengan ketika mesin mengambil alih segalanya dari manusia, mengingatkan saya akan komik Arad dan Maya yang menceritakan kejadian serupa. Artwork sendiri masih dikerjakan oleh Warren Flanagan yang juga mendesain artwork untuk Paradise Lost. Di zaman digital ini effort ekstra untuk artwork patut dikagumi, ini menunjukkan perfeksionis-nya Symphony X. Meski hal2 seperti ini memang umum-nya merupakan ciri band progressive.
Pada awalnya saya agak sedikit bingung dengan istilah iconoclast, soalnya ,mengingatkan saya akan penghancuran icon (iconoclasm) saat kejayaan imperium Byzantine. Dimana pada masa itu semua simbol agama khususnya patung dihancurkan karena dianggap tidak sesuai dengan keyakinan. Dalam Sejarah Islam iconoclasm juga terjadi ketika Nabi Muhammad menduduki Mekkah dan menghancurkan semua berhala yang ada.
Akhir kata meski album ini layak koleksi saya menilai album ini sedikit dibawah Paradise Lost, dan cenderung selevel dengan The Odyssey. So penantian empat tahun dari album sebelumnya tidak lah sia sia.
01. Iconoclast (****)
02. The End Of Innocence (****)
03. Dehumanized (***)
04. Bastards Of The Machine (***)
05. Heretic (***)
06. Children Of A Faceless God (****)
07. When All Is Lost (*****)
08. Electric Mesiah (***)
08. Prometheus (I Am Alive) (***)
09. Light Up The Night (***)
10. The Lord of Chaos (***)
11. Reign In Madness (****)
Untuk permainan seperti biasa Michael Romeo masih yang terbaik untuk ritem, dengan sound berat andalan-nya beliau memainkan berbagai macam teknik ritem dengan cepat dan akurat. Sayang untuk melodi beliau masih harus angkat topi pada John Petrucci, ini terlihat di Track When All Is Lost, track luar biasa ini sayang-nya tidak diisi dengan permainan melodi cantik. Meski unison antara Pinella dan Romeo di bagian awal sangat menjanjikan. Dalam album ini saya memberikan apresiasi khusus bagi Jason Rullo, yang benar2 dapat menjaga seksi drum sehingga menjadi bingkai yang presisi bagi semua track dalam album.
Track kedua terbaik menurut saya adalah sekaligus track terpanjang dalam album ini, tepatnya yang merupakan lagu pembuka sekaligus merupakan title dari album, juga merupakan track terumit. Membutuhkan lebih dari 6x spin untuk bisa menikmati track yang satu ini.
Tema yang diangkat dalam album ini berhubungan dengan ketika mesin mengambil alih segalanya dari manusia, mengingatkan saya akan komik Arad dan Maya yang menceritakan kejadian serupa. Artwork sendiri masih dikerjakan oleh Warren Flanagan yang juga mendesain artwork untuk Paradise Lost. Di zaman digital ini effort ekstra untuk artwork patut dikagumi, ini menunjukkan perfeksionis-nya Symphony X. Meski hal2 seperti ini memang umum-nya merupakan ciri band progressive.
Pada awalnya saya agak sedikit bingung dengan istilah iconoclast, soalnya ,mengingatkan saya akan penghancuran icon (iconoclasm) saat kejayaan imperium Byzantine. Dimana pada masa itu semua simbol agama khususnya patung dihancurkan karena dianggap tidak sesuai dengan keyakinan. Dalam Sejarah Islam iconoclasm juga terjadi ketika Nabi Muhammad menduduki Mekkah dan menghancurkan semua berhala yang ada.
Akhir kata meski album ini layak koleksi saya menilai album ini sedikit dibawah Paradise Lost, dan cenderung selevel dengan The Odyssey. So penantian empat tahun dari album sebelumnya tidak lah sia sia.
No comments:
Post a Comment