Tuesday, January 03, 2012

Kartun Riwayat Peradaban - Larry Gonick

Banyak orang mengatakan sejarah yang digunakan adalah selalu sejarah versi pemenang. Kita saat ini pelan pelan melihat bagaimana sejarah di Indonesia versi Soeharto mulai bergeser ke versi lain, misalnya saat peristiwa G30S, dimana pada era Soeharto hanya diarahkan pada satu versi dengan “buku putih”. Memang tidak mudah untuk menyimpulkan apa yang sudah terjadi dan dapat diterima semua pihak, contoh sederhana saja misalnya dalam permainan sepak bola jika terjadi pelanggaran meski di lakukan reply dengan slow motion dari segala sudut, tetap saja apakah gol yang masuk offside atau tidak, sering sekali jadi kontroversi.



Begitu juga karya Larry Gonick (1946) dalam buku Kartun Peradaban, seorang ahli matematika alumni Harvard dengan Summa Cum Laude, yang memilih berprofesi sebagai kartunis, yaitu buku sejarah yang dibuat dengan menggunakan kartun, dimana cukup banyak terjadi kontroversi yang mau tak mau harus kita telan ketika mengeksplorasi buku ini.

Kontroversi pertama adalah soal evolusi, dimana tidak digambarkan sama sekali faktor Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci (tetapi anehnya dalam perkembangan kebudayaan berikutnya Gonick malah menggunakan kitab suci sebagai referensi) dalam proses munculnya mahluk hidup, melainkan semata mata bahwa semua kehidupan berasal dari air, dan proses evolusi kemudian menghasilkan mahluk yang kita kenal saat ini, pertanyaan simpel-nya adalah, kenapa fosil mahluk yang menjadi perantara (missing link) hingga kini tidak ditemukan, kenapa kecoa yang sudah berusia jutaan tahun sosok-nya tidak berubah ?, kenapa saat ini masih ada monyet kalau manusia dianggap sosok yang lebih sempurna mengarungi waktu ?, dan darimana datang-nya nyawa dan kemana nyawa akan pergi ?

Kontroversi kedua, adalah sosok Yesus yang digambarkan dengan sangat sederhana dan melakukan hubungan “khusus” dengan Maria Magdalena, yang mana saya yakini juga tidak dapat diterima mayoritas penganut Kristen.

Kontroversi ketiga, adalah sosok Budha yang digambarkan Gonick wafat karena kebanyakan makan daging babi, tentu saja ini hal yang saya yakin tak dapat diterima kebanyakan umat Budha.  Sebagian umat Budha sebenarnya lebih berpegangan pada sejumlah literatur bahwa yang dimaksud adalah adalah jamur Kaki Babi, yang memang merupakan tanaman yang digemari sejumlah Babi, dan bukan daging Babi itu sendiri.

Kontroversi keempat, adalah kesan bahwa Nabi Muhammad seakan akan ngambek pada sekumpulan kaum Yahudi dan lantas memindahkan kiblat dari Yerusalem ke Mekkah, yang mana umat muslim meyakini perubahan tersebut adalah karena turun-nya ayat saat Nabi memimpin sholat Lohor di Mesjid Qiblatain (mesjid dengan dua kiblat). Untung saja editor buku ini menambahkan keterangan tambahan sehingga tidak semata mata menggunakan interpretasi Gonick. Umat Yahudi pada masa Nabi juga digambarkan seakan akan selalu menjadi pihak yang menjadi korban Muslim, padahal dalam banyak literatur Islam, Yahudi dianggap selalu melanggar kesepakatan. Piagam Madinah adalah bukti bahwa pada masa itu setiap keyakinan memeroleh hak-nya masing masing dengan adil, begitu juga dengan penaklukan Yerusalem oleh Umar bin Khatab, ataupun Shalahuddin Al Ayubi, yang sangat menoleransi kebebasan berkeyakinan. Meski demikian putusan Gonick untuk tidak menggambar Nabi Muhammad, bahkan juga sekalian juga dengan empat  khalifah setelahnya patut dihargai.

Membaca buku ini cukup berat, saya sendiri membutuhkan paling tidak enam hari untuk menamatkan ketiganya. Berbeda dengan buku teks biasa, bagi seorang penikmat ilustrasi, halaman2 tertentu dinikmati sebagai karya seni sehingga membuat satu halaman sajapun perlu waktu yang lebih lama. Saya tidak merekomendasikan buku ini bagi anak2, karena banyak adegan pemotongan kepala, pencungkilan mata, hubungan intim tidak wajar, pembantaian musuh, dll.
Kualitas gambar Gonick tidak konsisten, kadang ada beberapa bagian dari buku ini terkesan digambar secara asal2an. Teknik gambarnya masih jauh dibawah Uderzo akan tetapi untuk selera humor Gonick layak mendapat pujian. Idealnya Gonick seharusnya juga menggambarkan beberapa versi untuk kejadian2 yang saat ini masih menjadi kontroversi, dengan demikian buku ini bisa dinikmati oleh lebih banyak komunitas tanpa harus kehilangan rasa “nyaman”.

2 comments:

Kevin said...

Jaman sekarang, komik ga semerta-merta untuk anak2, ada banyak sekarang komik yang untuk konsumsi orang dewasa, komik Larry Gonick ini menurut saya sih lebih cocok untuk orang dewasa muda.. Cukup muda untuk memahami fakta sejarah (dari sudut pandang pengarang) dan cukup tua untuk memahami hal2 yang tabu bagi anak2 (sex, sadism, etc.) All-in-all, bukunya cukup entertaining untuk merangsang pembelajaran mengenai sejarah dunia :)

ayu said...

saya suka sekali komik ini, gonick menggambarkan semua peradaban dan semua agama dengan kelebihan dan kelemahannya tanpa kecuali. Tapi mungkin mengguncang bagi pemeluk agama yg text book.