Saturday, February 15, 2014

Rumah Masa Depan Part #3 of 3 : Tausiyah Ustadz Budi Prayitno

Ustadz Budi juga mengingatkan bahwa kematian adalah misteri, sebagaimana seorang asal Aceh yang merantau bertahun tahun di Jawa, sampai tak seorangpun sanak saudaranya yang mengira dia akan kembali. Suatu saat entah kenapa dia merasa sangat rindu dengan keluarga besarnya di Aceh. Namun ketika dia mudik, terjadi tsunami, dan akhirnya tanpa diduga bersama keluarga besarnya justru dia meninggal di Aceh. Sebaliknya dengan kisah lain seorang lelaki Jawa yang suatu saat ditugaskan ke Medan dalam rangka tugas, namun ternyata gempa meruntuhkan hotel tempat dia menginap sehingga dikuburkan di Medan, jauh dari sanak saudaranya.

Sebagai bekal untuk menghadapi kematian, Ustadz Budi mengingatkan kita akan sebuah cerita dimana seorang lelaki saat perhitungan amal baik, selalu dibantu dan dibela seseorang pria yang berwajah mirip dengan dirinya. Sehingga akhirnya timbangan kebaikannya dapat mengantarnya ke Surga, Di Gerbang Surga si lelaki yang bingung dengan sosok mirip dirinya lalu bertanya, siapakah kiranya lelaki itu. Maka lelaki itu mengatakan bahwa dia adalah sosok amal baik lelaki itu yang menjelma menjadi pembelanya di akhirat.
 
Rockefeller yang nyaris memiliki apapun di dunia sangat menginginkan hidup sampai dengan 100 tahun, sayang pada usia 99 tahun dia harus kembali ke Sang Maha Pencipta, meski dia termasuk salah satu orang terkaya di dunia, tetapi hartanya tak bisa membeli satu tahun tambahan untuk menggenapi hidupnya hingga ke 100 tahun.

Alexander The Great, salah satu penguasa dunia, berpesan pada pengikutnya untuk mengeluarkan kedua tangan-nya dari lubang di sisi kiri dan kanan peti mati yang dia gunakan, agar semua orang melihat meski dia penguasa nyaris separuh dunia, namun dia tak kuasa membawa apapun untuk bekal di alam akhiratnya. 

Dengan cerita diatas Ustadz Budi mengingatkan bahwa statistik menyebutkan lebih dari 70% milik kita ternyata tidak pernah kita gunakan dimasa hidup, jadi pintar-pintar lah menggunakan harta yang kita miliki agar kelak menjadi harta abadi yang sebenarnya alias harta yang diwakafkan.

Mati bukanlah hal yang perlu ditakuti selama kita beriman, karena bagi orang beriman, mati layaknya pulang ke kampung halaman sendiri, karena itu siapkan bekal yang sebaik-baiknya bekal, seperti harta yang diwakafkan, doa anak yang sholeh dan shalihah serta ilmu yang bermanfaat bagi orang lain.

Memperkuat apa yang disampaikan Ustadz Budi saya kutip dua hadist dibawah ini, pertama;

Ada dua hal yang dibenci oleh manusia. Pertama, mati, padahal mati itu lebih baik dari pada rusaknya agama. Kedua sedikitnya harta, padahal orang yang sedikit hartanya itu sedikit hisabnya (HR Ahmad).

dan hadist kedua;

Kematian adalah hadiah indah untuk seorang mukmin (HR Thabrani)

Dengan hadist penutup ini, maka saya akhiri tausiyah mengharukan dibawah siraman debu halus letusan gunung Kelud sehari sebelumnya 14/2/2014, tepat di gerbang Firdaus Memorial Park.

No comments: