Thursday, September 15, 2016

Perjalanan ke Dieng #5 dari 7 : Dieng Theater dan Batu Pandang



Sebetulnya Mas Gofir menyarankan kami untuk istirahat saja dan lanjut esok pagi, namun istri ingin sebanyak mungkin mengunjungi obyek wisata sehingga keesokan harinya kami punya waktu lebih banyak untuk belanja oleh-oleh. Setelah istirahat sekitar 1 jam, kami menuju Warung Bu Yati untuk makan siang, dan lagi-lagi menunya Ayam Goreng dan Sambal Rawit Hijau, sebagai hidangan penutup kami menikmati Carica yang dibeli di Telaga Tiga Warna. Si Sulung yang sedari awal mengatakan hanya ingin membeli Carica di sekitar Kawah Sikidang berubah pikiran setelah mendapatkan penjelasan dari Mas Gofir bahwa Carica terbaik justru tidak dijual di sekitar kawah karena kuatir terkontaminasi berbagai jenis gas.

Carica Ori dan Carica dengan Cabe Gendot


Dieng Theater

Lalu kami menuju Dieng Theater yang merupakan tempat untuk menyaksikan film tentang seluk-beluk Dieng, seperti sejarah, budaya, kearifan lokal, geografis, dan obyek wisata.  Disorot juga aktifitas geolog dalam mengantisipasi bahaya gas dengan menanamkan banyak pipa di berbagai tempat dan memeriksa potensi gas di kedalaman tertentu. Sebenarnya akan lebih baik memulai kunjungan dengan mengunjungi theater yang diresmikan oleh Susilo Bambang Yudoyono pada 9 April 2006 ini terlebih dahulu, sehingga kita memiliki gambaran Dieng yang sebenarnya sebelum mengunjungi berbagai obyek. 


Menuju Dieng Theater


Batu Pandang

Lokasi Batu Pandang ini dekat sekali dengan Dieng Theater, hanya perlu jalan ke belakang dan lalu menanjak melintasi batu-batu besar yang terserak begitu saja dan mengingatkan saya akan Garut dan juga film-film Indiana Jones. Tidak seperti pendakian ke Bukit Sidengkeng, kali ini lintasannya cukup bersahabat. Nampak sebuah pondok di ketinggian yang merupakan salah satu spot terbaik. Di depan pondok mencuat batu besar yang bagian atasnya dapat diduduki sekitar 10 orang sekaligus, setelah menunggu rombongan sebelumnya berfoto, saya mengambil beberapa shoot dengan mode panorama dan lensa 10-22 mm. Rasanya seram melihat saat sesi foto, beberapa orang berdiri persis di pinggir batu sementara dibagian bawah sana, batu-batu lain siap menghancurkan tubuh-tubuh yang setiap saat bisa terjatuh.

Landscape dari Batu Pandang

Di sini kami menunggu sunset sambil menikmati pemandangan yang sama dengan Bukit Sidengkeng tetapi dari sudut dan ketinggian yang berbeda. Mas Gofir yang menyarankan kami untuk menaiki jembatan tali tertinggi di Pulau Jawa, kami tolak secara halus, maklum terkesan agak mengada-ngada, jembatan ini hanya menyambungkan dua batu besar yang dengan mudah dapat dilintasi dengan berjalan kaki dibawahnya. Mendadak muncul kabut tebal, sehingga Mas Gofir menyarankan kami untuk segera turun. Akhirnya untuk hari pertama ini kami sudah cukup puas menyaksikan paling tidak beberapa lokasi utama di Dieng. Saat perjalanan pulang kami membeli oleh-oleh di toko Kampoeng Dieng di Jalan Telaga Warna 250, seperti Carica, Pia, Sagon Tipis, Roti Bengket Jahe, Jamur Tiram, dan lain-lain.

No comments: