Seperti biasa saat jalan2 di toko buku, mata saya tertumbuk pada buku dengan cover ajaib dan warna2 aneh, siapa lagi kalau bukan Lat (1951), kartunis Malaysia, yang gaya gambarnya rada2 ajaib dan mirip dengan style Benny dan Mice, duo kartunis Indonesia yang saat ini sudah tidak duo lagi karena masing2 membuat komik sendiri2.
Cukup terkejut melihat komik ini dibuat pada tahun 1979, dan style yang di miliki oleh Lat bagi saya sepertinya sangat orisinil. Garisnya terkesan kotor, namun penggambaran-nya luar biasa ekspresif. Khusus untuk “Kampung Boy” ceritanya sendiri bagi saya lebih mirip graphic novel, yang menceritakan masa kecil Lat dari bayi sampai lulus sekolah. Kenapa nama-nya “Kampung Boy” sebenarnya istilah Indonesia yang tepat adalah “anak kampung”, sebagaimana kita ketahui di Malaysia ejaan sering sekali campur baur dengan Inggris sebagai salah satu eks penjajah di Malaysia.
Panen durian, berenang di sungai, mencari ikan, bertualang di seputar kapal keruk, menambang timah dari pasir limbah, naik sepeda bersama ayah melintasi hutan, ke pasar, mengasuh adik, khitanan, belajar mengaji, membersihkan kebun karet, merantau, dipukul ayah, ditabok ibu semuanya diceritakan Lat dengan sangat kocak. Lagi2 saya menyadari kebahagiaan tak harus berhubungan dengan materi. Rasanya melihat kehidupan Lat seperti melihat sepotong surga di Bumi. Semua cerita ini digambarkan verada pada sebuah lokasi di Lembah Kinta saat tahun 1950-an.
Bagi saya ini komik luar biasa, mengagumkan dengan gambar2 ekspresif dan tentu saja kocak habis, meski Lat sendiri mengatakan tidak ada yang luar biasa dalam kisah-nya. Lat juga sepertinya tidak mau ambil pusing dengan anatomi, namun tokoh2 yang diciptakan meski kadang tidak proporsional tetap saja terlihat asyik. Membuat komik pertama-nya di usia 13 tahun, menunjukkan bakat2 luar biasa yang dimiliki Lat. Sampai dengan sat ini Lat sendiri sudah membuat lebih dari 20 judul komik. Namun demikian melihat Lat menggambarkan dirinya sendiri masih terasa agak aneh, karena sosok-nya dalam komik malah lebih mirip Wimar Witoelar dibanding dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment