Penasaran dan ingin tahu bagaimana hadist nabi divisualisasikan dengan gambar, saya memutuskan untuk membeli dua buku komik karya Vbi_djenggotten. Bagi yang heran dengan nama ganjil ini, tentu saja ini bukanlah nama asli beliau. Apakah ini kedua volume (1&2) ini merupakan satu2nya karya komik beliau ?, jawaban-nya juga adalah tidak, karya yang lain adalah “Married with Brondong” yang merupakan kisah hidup-nya dengan istrinya alias Mira Rahman yang memang lebih “dewasa”.
Setelah membaca, dan melihat dari sudut pandang komik, saya agak menyesalkan kenapa Vbi_Djenggoten tidak menggunakan latar belakang arsitek-nya untuk menggambarkan suasana sekitar. Perspektif yang seharusnya merupakan salah satu ilmu wajib dalam karya ini nyaris tidak dipakai, kalau dibanding dengan misalnya Tintin karya Herge yang sangat detail dalam penggambaran mobil, bangunan, landscape, karya Vbi_djenggotten ini lebih mirip karya Garfield-nya Jim Davis. Singkatnya penuh dengan close up tokoh2nya dan box untuk percakapan. Bahkan sekira-nya dibandingkan dengan Benny dan Mice, maka dua kartunis ini masih lebih unggul dalam menggambarkan hal seperti ini di sekitar tokoh2nya.
Beberapa ilustrasi Vbi_djenggotten yang lain misalnya di “Comical Magazine”, atau “Married with Brondong” sebenarnya beliau menunjukkan kemampuan penggambaran suasana yang lebih menarik termasuk perspektif, namun sayang-nya saya menilai hal ini tidak diterapkan dalam komik 33 Hadist Nabi. Untung saja, volume kedua menunjukkan kreativitas yang lebih baik.
Hal kedua yang saya sorot adalah pengelompokan hadist-nya terkesan agak kurang sistematis dan melompat lompat, sehingga kurang nyaman dalam membacanya. Apakah cara ini digunakan Vbi_djenggotten agar orang tidak bosan dengan tema tertentu saja ?, saya tidak tahu persis. Namun demikian jerih payah beliau tentu layak mendapatkan penghargaan, apalagi idenya relatif orisinil. Dan lepas dari komentar saya soal buku ini, anak2 saya ternyata sangat menikmati komik ini.
Beberapa strip yang menarik adalah penggambaran adegan diskusi antara Vbi_djenggotten dengan Iman anak perempuan-nya, yaitu ketika beliau memutuskan untuk meninggalkan TV, dan lantas pindah jalur ke dunia komik. TV bertentangan dengan idealisme Vbi_djenggotten yang dia kisahkan dengan pekerjaan yang bicara ke”shaleh”an diwaktu pagi (misal dakwah subuh) namun mempertontonkan ke”maksiat”an di malam hari (misal acara gosip, artis2 berpakaian seksi, dll).
Komik ini juga mengingatkan saya akan komik yang saya baca saat sekolah dasar, yaitu mengenai berbagai hukuman di Neraka yang disesuaikan dengan dosa2 yang diperbuat di dunia. Komik “jadul” ini begitu mengerikan-nya dan digambarkan dengan cara “horor” sehingga sampai saat ini saya selalu berusaha menjauhi hal2 yang dilarang agama cukup hanya dengan mengingat buku tsb. Seandainya saja komik seperti ini kembali di”remake” sepertinya akan banyak membantu orang tua mendidik anak2nya, terutama di era modern seperti sekarang dimana batas antara yang hitam dan putih semakin tidak jelas.
No comments:
Post a Comment