Friday, December 07, 2012

Fellowship of The Ring - JRR Tolkien

Belum habis kagum saya dengan The Hobbit, namun FoTR malah lebih dalam lagi mengisahkan sejarah Hobbit, lengkap dengan tahun kejadian, peta, siapa raja dan pemimpin saat itu, peperangan yang terjadi lengkap dengan jumlah korban serta kapan terjadi-nya, tradisi komunitas hobbit, jenis2 hobbit, makanan hobbit, dan lain lain. Khusus untuk abjad di buku ini dibahas lebih detail mengenai bentuk dan model yang digunakan. Semua ini benar2 membuat Middle-Earth seakan akan benar2 ada. Tolkien yang nama lengkapnya John Ronald Reuel Tokien benar2 mampu menuliskan imajinasinya yang luar biasa ini.

FoTR menyinggung sedikit tentang cincin yang ditemukan Bilbo saat petualangan-nya bertemu dengan Gollum, selebihnya adalah kelanjutan dari bagaimana cincin itu akhirnya menjadi malapetaka dan perebutan semua pihak. Satu pihak ingin memusnahkan-nya namun pihak lain menganggapnya sebagai sumber kekuatan untuk menguasai Middle-Earth. Cara Tolkien menulis tentang cincin juga menarik, sbb "Cincin itu harapan terbesar-nya (baca : sauron si penguasa kegelapan) namun sekaligus ketakutan terbesar kita.



FoTR juga menceritakan bagaimana Isildur memotong cincin dari jari Sauron, lantas terbunuh oleh Orc, dan sampai cincin ditemukan oleh Deagol, namun sahabat Deagol, Smeagol membunuhnya, dan akhir-nya Smeagol yang terusir dari kaum-nya memilih tinggal jauh dalam danau pegunungan yang gelap sampai dia bertemu Bilbo. Ternyata Smeagol yang akhirnya disebut sebagai Gollum merupakan bangsa Hobbit juga.

Tolkien pria kelahiran 1892 ini juga seorang professor di bidang bahasa dan karena dia memang terlibat dalam perang dunia, khususnya WWI, tak heran kalau kemampuan-nya menggambarkan perang begitu hidup. Namun pada prinsipnya Tolkien bukan lah penggemar peperangan, dan dia termasuk orang yang sangat menentang korban sipil, seperti yang sempat terjadi di Jerman saat pendudukan sekutu, dimana wanita dan anak2 turut menjadi korban atau pemboman Nagasaki dan Hiroshima.

Salut untuk penerjemah Gita Yuliani, khususnya dalam menerjemahkan syair yang memenuhi seluruh buku ini. Gita tetap mengupayakan keseragaman akhir kata, membuat syair2nya enak dibaca. Seperti syair yang di buat Bilbo bagi Strider alias Aragorn sbb

Emas belum tentu gemerlap,
Tak semua pengembara tersesat,
Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,

Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.

Dari abu akan menyala api,
Dari bayangan akan muncul cahaya,
Mata pisau yang patah akan diperbaharui,

Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.

Bagian yang paling menarik dalam buku ini bagi saya adalah perjuangan kelompok sembilan ini ketika masuk tambang Moria, setelah gagal melewati pegunungan es Caradhras. Pencarian pintu masuk, gurita misterius dalam danau gelap depan pintu gerbang,  berputar putar dalam labirin tambang, penemuan situs Balin sang raja Moria, di gempur pasukan Orc dan pertarungan Gandalf dengan Ballrog di jembatan Khazad Dum , sehingga Gandalf terseret jatuh ke dalam jurang. Penggambaran Tolkien sedemikian rupa sehingga suasana tambang yang gelap, dan mencekam terasa sangat realistis.

Membaca buku ini juga menumbuhkan kekaguman pada Peter Jackson, yang nyaris menginterpretasikan-nya secara "sempurna", mulai dari casting tokoh, penciptaan setting, lokasi2 pengambilan gambar di New Zealand. Jika Harry Potter begitu sukses karena melibatkan Rowling dalam pembuatan film-nya, sebaliknya kesuksesan Jackson meski tanpa didampingi almarhum Tolkien.



No comments: