Saat masih kuliah aku pernah bersama dengan seorang sahabat mengendarai mobil Peugeot hitam kesayangan-nya melintas di kawasan taman di sekitar Gedung Sate. Pada mulanya kami berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan asri kawasan tersebut. Namun dari spion terlihat sebuah mobil sedang berusaha menyusul kami sambil berkali kali menyalakan dim, dan klakson. Kesal dengan perilaku pengendara tersebut, sahabatku alih2 memberi jalan, malah kemudian dia berusaha menutup jalan kemanapun pengendara tersebut berusaha menyalip. Namun di satu kesempatan pengendara tersebut berhasil mensejajari kami, dan lalu membuka jendela-nya. Aku bersiap siap mendengar makian, eh ternyata sambil tersenyum dengan wajah ramah dia berteriak bawah tutup tangki bensin mobil kami terbuka, dan lalu dia meninggalkan kami berdua dengan perasaan malu.
Aku pernah membaca sebuah buku yang berkisah tentang seorang pemuda yang bepergian dengan Kereta Api dan sangat terganggu dengan dua anak kecil yang pergi bersama seorang pria setengah baya. Kedua anak ini luar biasa ribut dan berlari lari serta menjerit diseputar gang di antara tempat duduk. Sebagian penumpang juga merasa terganggu dengan ulah kedua anak tersebut, yang menyebabkan mereka tidak bisa istirahat. Namun daripada memilih untuk menggerutu, si pemuda berusaha membuka percakapan dengan pria setengah baya tersebut. Pria setengah baya lalu bercerita, kedua anak ini baru saja ditinggal wafat ibu mereka, dan sejak hari kelabu tersebut baru kali ini keduanya terlihat begitu gembira. Malu dengan penjelasan pria setengah baya, kali ini si pemuda justru sebaliknya dapat beristirahat setelah memaklumi situasi yang dialami kedua anak malang tersebut.
Suatu hari karena tidak enak badan seorang bawahan mengajukan usulan pada atasan untuk bekerja secara remote (dari rumah), namun atasan meminta bawahan tersebut untuk mengajukan cuti saja. Jika prasangka buruk yang digunakan maka kita akan menduga bahwa sang atasan begitu kaku dan perhitungan sehingga sakitpun sebaiknya dikonversi ke cuti, namun sebaliknya jika prasangka baik yang digunakan, maka bisa jadi sang atasan ingin agar si bawahan benar2 fokus untuk beristirahat agar segera sembuh.
Apakah anda pernah mendengar seorang lelaki yang membunuh kucing karena ketika pulang ke rumah dia melihat bayi-nya berlumuran darah dengan kucing kesayangan mereka sedang membersihkan cakarnya dan mulutnya yang dikotori darah di samping bayi tersebut ? Namun ketika dia akhirnya melihat ke bawah tempat tidur, dia melihat bangkai seekor ular besar yang berhasil dikalahkan kucing demi membela bayi si lelaki. Sedangkan darah di tubuh si bayi, tak lain dan tak bukan adalah darah kucing yang rela mengorbankan jiwanya dalam menyelamatkan si bayi.
Seorang sahabat mengirim cerita tentang seorang ayah dan seorang pemuda yang tak lain adalah anak-nya. Mereka sedang naik kereta api pulang menuju ke rumah. Di sepanjang jalan si pemuda menunjukkan ekspresi luar biasa gembira saat melihat pemandangan diluar kereta. Sesekali dia berteriak, "Ayah ayah ! lihat pagar rumah diluar berlarian kearah belakang", lalu tak lama kembali berteriak "Ayah ayah ! lihat awan dan matahari sore mengejar kita !". Seseorang penumpang di depan mereka setengah berbisik bertanya pada Sang Ayah, kenapa pemuda ini tidak dibawa saja ke seorang dokter ahli jiwa karena sikap-nya terasa tidak wajar untuk pemudia seusia dia. Alih alih marah, Sang Ayah cuma tersenyum dan berkata, justru kami baru kembali dari seorang dokter mata, karena anak saya sejak kecil tak apat melihat apa2, dan ini adalah hari hari pertama paska operasi, dimana matanya dapat kembali melihat normal.
Apa sih moral of the story cerita tersebut diatas, prasangka baik membuat hidup menjadi lebih mudah dijalani, jadi marilah bersama sama untuk berprasangka baik, pikirkan baik2 sebelum mengambil keputusan dan menjadikan hidup kita masing2 menjadi lebih nyaman untuk dijalani.
Silahkan lihat link lainnya di
http://hipohan.blogspot.com/2014/04/prasangka-buruk-part-2.html
http://hipohan.blogspot.com/2015/09/prasangka-buruk-part-3-pencuri-kue.html
Aku pernah membaca sebuah buku yang berkisah tentang seorang pemuda yang bepergian dengan Kereta Api dan sangat terganggu dengan dua anak kecil yang pergi bersama seorang pria setengah baya. Kedua anak ini luar biasa ribut dan berlari lari serta menjerit diseputar gang di antara tempat duduk. Sebagian penumpang juga merasa terganggu dengan ulah kedua anak tersebut, yang menyebabkan mereka tidak bisa istirahat. Namun daripada memilih untuk menggerutu, si pemuda berusaha membuka percakapan dengan pria setengah baya tersebut. Pria setengah baya lalu bercerita, kedua anak ini baru saja ditinggal wafat ibu mereka, dan sejak hari kelabu tersebut baru kali ini keduanya terlihat begitu gembira. Malu dengan penjelasan pria setengah baya, kali ini si pemuda justru sebaliknya dapat beristirahat setelah memaklumi situasi yang dialami kedua anak malang tersebut.
Suatu hari karena tidak enak badan seorang bawahan mengajukan usulan pada atasan untuk bekerja secara remote (dari rumah), namun atasan meminta bawahan tersebut untuk mengajukan cuti saja. Jika prasangka buruk yang digunakan maka kita akan menduga bahwa sang atasan begitu kaku dan perhitungan sehingga sakitpun sebaiknya dikonversi ke cuti, namun sebaliknya jika prasangka baik yang digunakan, maka bisa jadi sang atasan ingin agar si bawahan benar2 fokus untuk beristirahat agar segera sembuh.
Apakah anda pernah mendengar seorang lelaki yang membunuh kucing karena ketika pulang ke rumah dia melihat bayi-nya berlumuran darah dengan kucing kesayangan mereka sedang membersihkan cakarnya dan mulutnya yang dikotori darah di samping bayi tersebut ? Namun ketika dia akhirnya melihat ke bawah tempat tidur, dia melihat bangkai seekor ular besar yang berhasil dikalahkan kucing demi membela bayi si lelaki. Sedangkan darah di tubuh si bayi, tak lain dan tak bukan adalah darah kucing yang rela mengorbankan jiwanya dalam menyelamatkan si bayi.
Seorang sahabat mengirim cerita tentang seorang ayah dan seorang pemuda yang tak lain adalah anak-nya. Mereka sedang naik kereta api pulang menuju ke rumah. Di sepanjang jalan si pemuda menunjukkan ekspresi luar biasa gembira saat melihat pemandangan diluar kereta. Sesekali dia berteriak, "Ayah ayah ! lihat pagar rumah diluar berlarian kearah belakang", lalu tak lama kembali berteriak "Ayah ayah ! lihat awan dan matahari sore mengejar kita !". Seseorang penumpang di depan mereka setengah berbisik bertanya pada Sang Ayah, kenapa pemuda ini tidak dibawa saja ke seorang dokter ahli jiwa karena sikap-nya terasa tidak wajar untuk pemudia seusia dia. Alih alih marah, Sang Ayah cuma tersenyum dan berkata, justru kami baru kembali dari seorang dokter mata, karena anak saya sejak kecil tak apat melihat apa2, dan ini adalah hari hari pertama paska operasi, dimana matanya dapat kembali melihat normal.
Apa sih moral of the story cerita tersebut diatas, prasangka baik membuat hidup menjadi lebih mudah dijalani, jadi marilah bersama sama untuk berprasangka baik, pikirkan baik2 sebelum mengambil keputusan dan menjadikan hidup kita masing2 menjadi lebih nyaman untuk dijalani.
Silahkan lihat link lainnya di
http://hipohan.blogspot.com/2014/04/prasangka-buruk-part-2.html
http://hipohan.blogspot.com/2015/09/prasangka-buruk-part-3-pencuri-kue.html
No comments:
Post a Comment