Apakah anda
pernah ditinggalkan pesawat, saya sih belum, namun saya pernah menjadi penumpang
terakhir masuk ke pesawat dan disambut dengan cemoohan "Huuuu !!!" nyaris dari seluruh
penumpang. Saat itu saya menuju ke Bangka dalam rangka proyek di PT Timah,
Karena dari Bandung saya sengaja berangkat pagi, maka saya boleh dibilang
penumpang pertama yang check in. Ternyata systemnya belum siap, petugas check
in menuliskan secara manual seat yang harus saya tempati dan gate dimana saya
harus menunggu.
Entah kenapa sampai dengan jam keberangkatan tetap saja tidak
ada panggilan sesuai dengan maskapai dan tujuan penerbangan saya. Tiba-tiba, nampak
dua orang berseragam petugas darat yang berlari lari sambil memanggil nama saya,
ketika saya mengiyakan, mereka langsung menyuruh saya berlari secepat yang saya
bisa dengan menjinjing koper dan memanggul ransel. Menurut petugas tersebut, semua penumpang
sudah menunggu sejak tadi. Saya sempat menjelaskan bahwa saya diminta menunggu
di gate tertulis di boarding pass, namun petugas menjelaskan kalau informasi
itu salah. Rasanya cukup jauh berlari, disusul turun tangga, lalu berlari lagi
dengan terengah, engah, dan terakhir menaiki tangga pesawat dalam keadaan basah
kuyup dengan keringat. Kalau mengingat cemoohan penumpang rasanya saya masih
malu hingga kini. Nah saya tidak pernah menyangka akan mengalami kembali hal
tersebut untuk kedua kalinya.
Seperti biasa
menjelang akhir tahun keuangan, kantor saya mengadakan acara FY17 planning, dan
kali ini Courtyard Marriot Hotel, Seminyak di Bali menjadi pilihan. Sebelum
berangkat saya mencoba menghubungi sekretaris Presdir yang kebetulan menjadi
panitia untuk mengupayakan tiket berangkat dari Bandung tujuan Denpasar dan
sebaliknya dari Denpasar ke Bandung. Dengan cara ini saya yang selama 15 tahun
terakhir bekerja di Jakarta (namun rumah di Bandung) berharap tidak terlalu banyak
waktu weekend keluarga yang terpakai.
Sayang entah ada
hubungannya dengan menjelang selesainya PON atau tidak, ternyata sulit sekali
mendapatkan tiket dari Bandung tujuan Denpasar. Sehingga tiket berangkat tetap
dari Jakarta dengan menggunakan Air Asia jam 08:05 pagi Kamis 29/9/2016 sedangkan
tiket pulang ke Bandung menggunakan Lion Air jam 15:25 Sabtu 1/10/2016.
Istri yang
berkonsultasi dengan pihak Prima Jasa akhirnya memutuskan untuk beli tiket berangkat
dengan bis jam 02:00 pagi dari Bandung ke Soekarno Hatta. Sebetulnya saya
sempat protes kenapa terlalu pagi, namun ya sudahlah, mungkin lebih cepat
justru lebih baik.
Setelah
menyelesaikan materi presentasi tengah malam, lalu tidur sekenanya, jam 00:30
saya sudah bangun lagi, dan langsung mandi air panas. Lalu istri mengantar jam
01:00 ke terminal Prima Jasa di Batununggal. Jam 02:00 bis pun berjalan.
Menjelang Krawang hujan lebat turun dengan derasnya. Mencoba untuk tidur
ternyata susah sekali, karena dua orang gadis berjilbab di depan saya ributnya
luar biasa, dan yang persis di depan saya gadis berjilbab biru merebahkan
korsinya hingga nyaris menyentuh dada saya. Sementara jilbab hitam sepertinya
lebih senang mengomentari sesekali. Gadis berjilbab biru, bercerita terus
menerus dengan semangat sekali kadang menggerak gerakkan tangannya dengan
ekpresif, kadang menirukan suara mobil, intonasi lawan bicara, dll.
Kesal sekali
rasanya pada kedua gadis brisik ini, sementara saya harus istirahat cukup
mengingat dalam skedul saya memiliki slot presentasi di depan Presdir lama dan
Presdir baru yang akan menggantikan Presdir lama, satu bulan kedepan.
Ternyata malang
tdak dapat ditolak, bis terjebak dan nyaris berhenti sangat lama di Krawang, karena
perbaikan jalan, ketika jam menunjukkan 05:30, penumpang bis yang skedul jam
06:00 nampak pucat pasi menerima kenyataan, bergantian mereka ke depan dan konsultasi dengan supir mengingat tiket mereka hangus. Saat masuk tol dalam
kota, kemacetan semakin menggila, lalu giliran penumpang pesawat jam 07:00 yang
gantian "melolong". Waduh saya semakin cemas, sepertinya saya yang sebentar lagi meraung, maklum penerbangan hari itu
cukup padat, dan saya sepertinya akan sulit mencari tiket pengganti.
Iseng sambil
menyembunyikan rasa kesal, saya tanya kedua gadis tersebut hendak kemana,
ternyata kami memiliki tujuan yang sama. Mereka dengan aktif mencoba
menghubungi call center Air Asia menjajaki kemungkinan reskedul. Gagal, namun tetap
tidak kehabisan akal mereka mengontak rekan mereka yang menunggu di Bandara
untuk mengurus proses check in. Lalu dengan ramahnya mereka menawarkan saya
kalau-kalau mau ikut check in, dan memotret KTP saya, lalu memotret tiket saya lalu mengirimkannya ke rekan
mereka via whatsapp.
Si jilbab biru,
lalu mengajukan ide lain untuk naik taksi bertiga ke Bandara, yang langsung saja
iyakan, apalagi karena bis kami terlihat tidak bergerak sama sekali, Namun
supir melarang karena kuatir ditangkap polisi. Tak berapa lama barulah terlihat
sebuah truk terguling yang menjadi penyebab, jalur tol dalam kota macet luar
biasa.
Saat Kemacetan Mulai Terurai Terlihat Penyebab Kemacetan Tol Dalam Kota |
Lalu Bis meluncur
kembali dan masuk area Bandara pada jam 07:15, di terminal 3, salah satu bule penumpang
bis nampak kecewa sekali menyadari pesawatnya ke Eropa sudah terbang, dan kembali
masuk bis dengan wajah muram. Menit demi menit berlalu saya sudah pasrah, dan Bis
masih harus mengunjungi terminal 1a, 1b, 1c dst sampai akhirnya baru berhenti
di terminal 2F pada jam 07:30, hiks tinggal 35 menit sebelum berangkat dan
masih tanpa boarding pass di tangan. Kedua gadis dengan cepat menuju gate,
sementara saya masih berusaha mengakses boarding pass saya dengan mesin khusus
Air Asia. Sialnya nama yang keluar selalu nama lain, dan kedua gadis sudah
tak terlihat.
Karena sudah
tidak mungkin antri check in, nekat saya putuskan masuk area tunggu tanpa boarding
pass ditangan, waduh saya ditahan petugas karena tidak bisa menunjukkan
boarding pass, asal saja saya katakan boarding pass nya dibawa teman sambil
menunjuk kedua gadis kira-kira 100 meter di depan saya yang sedang memasuki gate. Lagi-lagi saya
terhambat karena membawa victorinox, pisau lipat dan akhirnya saya masuk gate,
pada jam 08:00. Hemm 5 menit lagi dan tanpa boarding pass, lagi-lagi saya ditahan
petugas gate, alhamdulillah ternyata sudah check in dengan bantuan rekan dari kedua gadis
berjilbab tersebut, dan setelah dijelaskan dan mengecek nama saya, mereka
membuat boarding pass manual, lalu akhirnya saya diperbolehkan menuju pesawat, yang langsung saya respon dengan berlari cepat, lalu turun tangga, dan langsung naik mobil Avanza yang memang sengaja tinggal menunggu saya.
Singkat kata saya
kembali mengalami Deja Vu, masuk ke pesawat sebagai orang terakhir dan selamat
dapat mengikuti penerbangan karena dua gadis yang tadinya saya anggap menyebalkan
namun justru malah menjadi penyelamat saya hari itu. Moral of The Storynya
adalah berprasangka baiklah pada semua orang, karena bisa saja dari sosok
menyebalkan tersebut pertolonganNya tiba. Maaf ya kedua gadis berjilbab, tanpa pertolongan
anda berdua, saya bisa saja kehilangan
hari pertama acara penting tersebut.